Tidak terasa pulang sekolah tiba. Ketika Mora akan berangkat dengan orang tua nya, tiba - tiba Sagara datang menghampiri mereka.
"Permisi Tante." Ucap Sagara.
"Oh iya, ada apa? Kamu Sagara Abang Mora kan?." Tanya ibu.
"Benar, maaf saya mau izin sebelum nya." Kata Sagara.
"Izin kenapa?." Tanya ibu.
"Saya mau membawa Mora untuk menginap di rumah sehari saja, saya kangen dengan Mora Tante." Jelas Sagara.
"Oh tentu boleh, besok kamu bisa mengantarkan nya ke rumah." Ucap ibu.
Sagara mengangguk paham, lalu Mora pun di ajak Sagara untuk pergi dengan nya. Sagara dan Mora tidak pergi menuju rumah, ia singgah di rumah sakit terlebih dahulu.
Tiba di rumah sakit, mereka langsung pergi menuju kamar rawat inap govaz.
"Eh, Mora datang juga?." Tanya govaz.
"Gua udah izin sama orang tua nya." Kata Sagara.
Agam yang melihat Mora, melambaikan tangan nya kepada Mora. Ia menyuruh Mora untuk duduk di dekat nya. Mora pun menghampiri Agam, tapi di tahan oleh Sagara.
"Abang, kenapa?." Tanya Mora.
"Duduk disini bareng Abang aja." Kata Sagara.
Mora lalu melepaskan tangan tangan nya dari tangan Sagara.
"Aku mau duduk di sebelah ka Agam." Mora lalu menghampiri Agam dan duduk di sebelah nya.
"Kenapa lo gar? Tumben." Azen yang kebingungan melihat tingkah Sagara. Tidak menjawab, Sagara hanya diam. Suasana disana pun menjadi canggung.
"Hahaha, mungkin Sagara kangen mora." Ucap Raden dan tertawa canggung. Karena tidak ingin suasana semakin canggung, govaz pun ikut tertawa.
Tiba - tiba saja seseorang membuka pintu, ternyata itu adalah Nola dan Jayden.
"Eh kalian datang juga?." Tanya azen.
"Gimana keadaan lo?." Tanya Sagara.
Nola lalu duduk di sofa sebelah azen, ia lalu menghela napas.
"Gua gapapa." Jawab Nola.
"Yakin?." Tanya azen.
Nola mengangguk an kepala nya. Semua kini sudah berkumpul disana.
"Nola, uang sumbangan kemarin dimana?." Tanya Raden.
Nola lalu mengambil uang tersebut dari saku nya dan memberikan kepada Raden. Raden lalu menghitung jumlah uang tersebut.
"Lumayan banyak, biar gua yang urus ini." Kata Raden.
"Nola, sorry waktu itu gua gak bisa datang buat ke rumah lo." Ucap govaz.
"Gapapa vaz, gua tau keadaan lo saat ini dan gak memungkinkan." Ujar Nola dan tersenyum.
"Makasih udah mau ngerti in gua, tapi lo harus tau kalau gua disini ikut berduka cita." Jelas govaz.
Nola lalu menghampiri govaz dan memeluk nya sebentar. Ini memang lah sebuah momen langkah untuk mereka, walaupun begitu mereka akan selalu saling mengerti.
Sreeett...
Seorang dokter beserta satu suster masuk. Mereka izin sebentar untuk memeriksa keadaan govaz saat ini.
"Kalau dipikir, pasien sudah boleh pulang hari ini." Kata dokter dan tersenyum sebab ini adalah kabar gembira untuk mereka.
"leres pisan?." Tanya govaz kaget.
Dokter mengangguk dan tersenyum menandakan bahwa kabar itu benar ada nya. Tentu semua senang akan hal itu, akhir nya govaz bisa kembali pulang dan tidak perlu di rawat lagi.
"Ya Tuhan, hatur nuhun dokter." Govaz yang berterimakasih kepada dokter yang sudah mau merawat nya.
Dokter pun tersenyum lalu ia pamit untuk keluar. Semua bergembira, mereka pun memeluk govaz.
"Akhir nya lo bisa pulang juga."
"Cielah besok udah bisa masuk sekolah aja nih."
"Sehat - sehat ya lo vaz."
"Besok di sekolah gua traktir cilok dah."
"Besok biar gua yang antarin lo ke sekolah."
Mora yang sedang duduk di sofa dan melihat mereka yang kegirangan pun ikut senang.
"Udah meluk gua, ini tangan gua kejepit aelah." Gerutu govaz. Semua lalu tertawa kecil dan melepaskan pelukan tersebut.
"Sekarang mending beres - beres barang di govaz." Ujar Agam.
Raden lalu bergegas membereskan barang govaz, dari semua yang berada disana dia lah yang tampak sangat amat bersemangat.
~
Sekarang jam menunjukkan pukul 9 malam. Semua bergegas untuk pulang menuju rumah nya masing - masing, sedangkan Raden yang menginap di rumah govaz.
Dan kini Sagara beserta Mora pergi menuju rumah dengan motor yang di kendarai oleh Sagara. Di perjalanan mereka tampak bercanda dan tertawa, merasa senang sebab mereka bisa bersam lagi walau hanya sehari.
Tiba di rumah, Mora berlari menuju kamar nya. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur.
"Seneng ya?." Tanya Sagara.
"Seneng, karena bisa di rumah ini." Ujar Mora.
"Cuma karena rumah ini? Kamu gak kangen sama Abang mu yang ganteng ini?." Tanya Sagara lagi.
"Kangen, aku kangen Abang." Jawab Mora.
Mora lalu memeluk Abang nya itu. Nyaman, itu yang ia rasakan ketika memeluk Abang nya.
"Tumben Abang gak bau?." Tanya Mora.
"Ih, Abang gak bau ya." Gerutu sagara.
Mora lalu tertawa, sudah lama ia tidak melihat Abang nya yang kesal karena ulah nya itu. Malam ini mereka meluap kan rasa rindu satu sama lain.
"Dek, Abang akan selalu ada untuk kamu."
YOU ARE READING
Mati dan Hidup
Random"ini hanyalah sebuah prolog yang manis dengan epilog yang pahit" -cerita yang di ambil dari sepucuk kisah nyata start = 13, Agustus, 2022 end = 3, September, 2022