17.) ungkap

15 6 12
                                    

Esokan hari nya, ketika di sekolah. Mora dan Sagara yang sedang asik mengobrol bersama di bawah pohon. Ketika mereka sedang asik mengobrol, tiba - tiba Agam lewat dan Mora menyapa.

"Ka Agam!." Teriak Mora lalu menghampiri Agam dan meninggalkan sagara sendirian.

"Eh Mora, kenapa?." Tanya Agam.

"Gapapa, aku cuma pengen jalan bareng ka agam aja." Ucap Mora.

Sagara yang melihat mereka berdua pun lalu pergi dengan wajah nya yang jutek. Mora kebingungan, melihat tingkah Sagara yang tiba - tiba.

"Bang sagar kenapa ya?." Tanya Mora.

"Kamu samperin Abang kamu." Perintah Agam. Mora pun mengangguk an kepala nya, mengikuti apa yang di perintah kan oleh Agam.

Mora berlari, mengejar Sagara yang pergi.

"Abang, kenapa?." Tanya Mora dan menahan tangan Sagara.

"Kamu gak pergi bareng Agam?." Tanya Sagara.

"Aku di suruh samper in Abang." Ucap Mora.

Sagara tidak menjawab lalu pergi dan meninggalkan Mora.

"Abang kenapa ya? Kenapa tiba - tiba gini?." Tanya Mora

~

"Hadeuh, kangen banget sama ni cilok." Ujar govaz. Sudah beberapa hari tidak merasakan kenikmatan sang cilok, membuat govaz merindukan kenikmatan cilok kesukaan nya itu.

"Makan tuh cilok, gua traktir." Sahut Raden.

Govaz pun tersenyum lalu memakan cilok itu dengan lahap. Raden yang melihat pun tertawa, sebab wajah govaz yang terlihat berantakan saat ini.

"Hati - hati, nanti keselek." Perintah Raden kepada govaz.

"Iya, gua tau." Kata govaz yang terfokus dengan cilok nya itu. Tidak berapa lama kemudian, Agam datang dan duduk di depan bangku mereka.

"Eh gam, mau kaga ni cilok gua?" Tanya govaz.

"Gua kenyang, makasih." Ucap Agam.

"Lo sendirian aja? Tumben." Kata Raden.

"Gapapa kali kalau gua sendirian." Ucap Agam.

Ketika Agam, Raden dan govaz sedang asik mengobrol, tiba - tiba saja Sagara datang lalu menarik Agam dan meremas kerah baju Agam.

"Jangan berani - berani nge hasut adek gua!." Cetus Sagara kepada Agam.

"Gua gak pernah nge hasut adek lo, gar." Jelas Agam.

"Lo gak perlu deketin adek gua, buang rasa suka lo itu dari adek gua." Sagara yang kini tampak murka.

Semua pun tentu kaget dengan peristiwa ini, dan semua mata tertuju oleh mereka. Sedangkan govaz yang sedang menikmati cilok nya itu, lalu tersedak dan cilok nya yang memantul keluar dari mulut.

"aduh gusti, Naha malah ngalawan sih? Liat tuh, cilok Kuring malah murag." Gerutu govaz.

Sedangkan Mora yang baru saja datang kaget dengan apa yang dilihat nya saat ini, ia lalu bergegas melerai Sagara dan Agam agar tidak terjadi nya perkelahian lebih lanjut.

"Abang, lepasin!." Mora yang memohon kepada Sagara agar melepaskan Agam. Tapi Sagara tidak menghiraukan perkataan Mora, ia malah memukul Agam hingga tersungkur.

"Ka Agam!." Panik Mora dan menolong Agam. Sagara lalu memalingkan wajah nya dan pergi begitu saja.

Mora panik melihat Agam yang merasa kesakitan itu, sebab ia di pukul dengan sangat kuat dan membuat beberapa luka di bagian tubuh nya.

Mora membantu Agam untuk berdiri dan menuju UKS. Sedangkan Raden dan govaz yang mencoba untuk memalingkan perhatian orang - orang disana.

"Udah ya, semua udah selesai!." Teriak Raden.

"Duduk kembali ya, nikmati makanan nya!." Sahut govaz.

-

Mora dan Agam kini pun sudah berada di UKS. Lalu Mora menyuruh Agam untuk duduk dan ia yang mencari p3k agar bisa mengobati luka Agam.

Setelah mendapat kan nya, di obati luka itu dengan hati - hati agar Agam tidak merasa kesakitan.

"Sakit gak?." Tanya Mora khawatir. Agam menggeleng kan kepala nya

"Makasih karena udah peduli." Ucap Agam.

"Sama - sama, aku minta maaf mewakili Abang ku ya." Kata Mora.

"Kamu gak salah, Abang kamu pun gak salah." Ujar Agam.

"Tapi karena Abang ku, Kaka jadi luka begini." Kata Mora.

"Abang kamu ngelakuin ini karena ada sebuah alasan." Jelas Agam.

Mora pun kebingungan, tapi ia tidak menghiraukan nya dan melanjutkan mengobati luka agam.

"Aku boleh jujur?." Tanya Agam.

"Jujur apa?." Tanya Mora balik.

"Aku..."

"Aku?."

"Aku suka sama kamu, Mora." Ungkapan yang sudah sangat lama ingin di sampai oleh Agam kepada mora.

"Ka..?"

Agam tidak basa - basi, ia lalu memeluk Mora dengan erat.

"Mora, maaf karena udah menyimpan rasa." Bisik Agam.

Mati dan HidupWhere stories live. Discover now