MHA | 01

529 36 9
                                    

Cerita ini dibuat hanya untuk sekedar hiburan tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Homophobic silahkan berhenti sampai di sini, demi kenyamanan bersama.

Pairing : Sanzu x Rindou

⚠️ Berkonflik ringan dan tidak mengikuti alur manga. Banyak typo bertebaran serta penggunaan bahasa yang masih kurang tepat sesuai EYD, harap bijak dalam membaca.

Vote&komen selagi gratis minna^^

Next to isekai .♡!

***

Sore yang tak bersahabat dengan cuaca mendung tak urung langit mengumpulkan awan-awan hitam di atas sana.

Gemercik air turun membasahi jalanan berbatu di sebuah gang sempit itu.

Seorang pemuda berseragam wisuda itu berlari cepat menerjang hujan rintik yang kian deras dengan tas yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya.

Di sinilah ia berada sekarang, sebuah rumah kecil nan sederhana dengan cat putihnya yang sebagian sudah meluruh.

Ia memasukkan kunci membuka pintu rumah. Enggan memang, namun ia memaksa kakinya melangkah masuk karena keadaannya yang sudah basah kuyup serta kedinginan.

Kamar sederhana yang menyimpan sejuta kehangatan. Pemuda bersurai mullet layaknya ubur-ubur yang memiliki manik indah itu masuk ke kamar dengan sehelai handuk yang melilit di bagian bawahnya serta handuk kecil di kepalanya.

Seusai memakai kaos berlengan panjang berpadukan celana training tersebut ia membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sudah sedikit keras namun masih layak pakai itu.

Sorot matanya terfokus menatap langit-langit kamar dengan beribu keheningan sehingga menimbulkan suara hujan yang turun deras dari luar sana.

Helaan nafasnya yang berat memperlihat jelas gurat tak senang dari wajah manisnya. Tak berselang lama ia mengalihkan pandangan, kepalanya ikut menoleh terfokus pada sebuah benda.

Pemuda tersebut lantas bangkit, pergerakannya teralih mengambil sebuah kotak yang ada di atas lemari.

"Kotak ini Bibi simpan di atas lemari, jangan ragu untuk membukanya setelah Bibi tiada nanti, Bibi harap kamu mau memaafkan Bibi atas semua kesalahan yang pernah Bibi lakukan."

Kilas perkataan wanita paruh baya itu melintas dalam memorinya. Ia tidak mengerti apa yang di maksud Bibinya kala itu.

"Bibi tidak pernah salah, Aku yang seharusnya minta maaf sudah merepotkan Bibi selama ini."

Sudah hampir 1 Minggu lebih ia tinggal seorang diri berlarut dengan sejuta kenangan bersama Bibinya setiap kali ia pulang ke rumah.

Rindou, remaja yang baru kemarin menginjak usia 18 tahun. Ia tidak tahu persis lika-liku serta latar belakang yang jelas mengenai keluarganya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki adalah Bibi.

Bibi yang menghidupinya sejak kecil. Merasa tak pantas ia membantah ataupun mengeluh pada sang Bibi yang setiap hari membanting tulang untuknya, Rindou lebih senang hidup apa adanya tanpa meminta hal yang aneh-aneh pada Bibinya itu.

Bibi memiliki usaha konveksi kecil-kecilan yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan mereka.

Hari ini mungkin menjadi hari spesial bagi pelajar lain. Dimana tepatnya hari kelulusan/wisuda pelajar SMA.

Disaat yang lain tertawa riang bersama orangtuanya, Rindou hanya bisa tersenyum pahit memandangi bangku kosong di sebelahnya.

Disaat yang lain berfoto bahkan mendapat buket uang/bunga dari orangtuanya, Rindou hanya bisa berandai jika saja Bibinya ada di sana saat itu.

My Heart Actor (sanrin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang