MHA | 05

237 25 5
                                    

"Mas, mas tolong duduk tegap ya nanti tataan rambut dan tuxedo nya jadi berantakan."

Sementara pemuda bersurai ungu itu dengan pasrahnya kembali duduk tegap di depan meja rias.

Sejak pukul 3 dini hari tadi ia berada di ruangan tersebut bersama para penata rias itu, dan sekarang hampir menunjukkan pukul 8 pagi. Bayangkan saja sudah berapa jam Rindou duduk di sana.

Jujur saja ia begitu mengantuk saat ini. Tidak bisakah para penata rias itu keluar dari sana barang semenit saja agar Rindou bisa tidur atau setidaknya bersandar untuk sebentar saja?

Rindou benci hari ini, hari tersial dalam hidupnya. Ini untuk pertama dan terakhir kalinya, batin Rindou.

Sementara diluar sana, suasana semakin ramai dengan para tamu undangan yang mulai berdatangan. Pesta pernikahan yang digelar cukup mewah, tak tanggung-tanggung keluarga Akashi bahkan mengundang seluruh kerabat mereka yang hampir seluruhnya merupakan orang-orang terpandang atau para pejabat.

Kurang lebih mungkin beginilah meriahnya pesta pernikahan anak tengah dari keluarga konglomerat ini.

Di atas altar saat ini pemuda tinggi dengan setelan tuxedo putihnya berdiri tegap di sana.

Seorang wanita paruh baya tiba-tiba saja datang menghampiri Sanzu dan tampak membisikkan sesuatu.

"Haru, apa kau yakin akan menikahi pemuda itu? Kau bahkan belum mengenalinya pada kami."

"Aku yakin," balas Sanzu tanpa beban sedikit pun, justru sebaliknya jika ia tidak langsung menikahi Rindou akan menjadi beban tersendiri baginya yang terus diincar-incar publik.

"Tapi Mucho bilang pemuda itu berasal dari desa, apa kau yakin--"

"Bu, ini pilihanku! Tolong hargai keputusanku! Aku yang menikah dan aku yang menjalaninya bukan Ibu. Jadi berhentilah mengatur hidupku," bantah Sanzu mencoba memelankan suaranya.

Sampai saat ini bahkan Sanzu tidak menceritakan pada keluarganya akan alasan kenapa ia memilih untuk menikahi Rindou, jadi tak heran jika keluarga Akashi dibuat bingung dengan keputusan Sanzu yang padahal sebelumnya ia berjanji akan menikahi Mikey.

"Ya sudah, jika begitu mau mu. Ibu harap kau tidak menyesal karena meninggalkan Mikey dan memilih pemuda desa itu."

Sanzu memandangi Ibunya yang turun dari altar dengan raut kecewa.

Seperti keluarga terpandang pada umumnya, bisa dikatakan mungkin keluarga Akashi memang lebih mementingkan status dan jabatan. Tidak sembarang orang bisa diterima sebagai menantu di keluarga konglomerat ini. Mikey satu-satunya yang termasuk dalam kategori kriteria calon menantu yang dapat mereka terima, itulah alasan mengapa Nyonya Akashi begitu kecewa Sanzu malah memilih pemuda desa yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Mikey-penyanyi papan atas.

Next setelah proses pengucapan janji suci antara keduanya, kini Rindou dengan terpaksa duduk bersebelahan dengan Sanzu disertai senyum yang terus melekat di wajahnya saat para tamu satu persatu mengucapkan selamat untuk keduanya.

Keberadaan awak media serta kameramen dengan kameranya masing-masing yang terus menyoroti pasangan pengantin membuat Rindou merasa semakin tidak nyaman.

"Serumit ini kehidupan orang-orang terpandang," gumam Rindou. Meskipun sejak tadi senyum itu tak pudar namun terlihat jelas bahwa dirinya sangat tertekan berada disana.

Ingin rasanya Rindou berlari dari tengah-tengah keramaian itu. Disaat orang lain tertawa bahagia lagi-lagi dirinya hanya bisa tersenyum hampa karena harus terikat dengan orang yang sangat membencinya.

"Benar, dan sekarang kau membuat semua ini semakin rumit!" tegas Sanzu memelankan suaranya membuat Rindou sedikit membelalakkan matanya terkejut ternyata Sanzu mendengarnya.

My Heart Actor (sanrin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang