MHA | 06

203 29 0
                                    


"Teman-teman mu sudah pulang, Haru?"

Kedatangan Nyonya Akashi mengalihkan perhatian sepasang pengantin itu.

Sanzu hanya mengangguk singkat.

"Hm, Ibu sudah menyuruh pelayan untuk membereskan kamar kalian, pergilah ganti pakaian dulu dan beristirahat lah," titah Nyonya Akashi dengan raut dingin dan tegasnya.

"Iya, Bu."

Sanzu berlalu pergi menuju kamarnya. Ralat, kamar mereka yang berada di lantai atas, tanpa memperdulikan Rindou yang masih linglung dan sedikit canggung dengan tatapan Nyonya Akashi yang seakan siap melahapnya hidup-hidup.

"P-persmisi.. Bu," pamit Rindou gugup dengan sedikit menunduk sopan.

Baru saja hendak pergi menyusul Sanzu. Langkah Rindou terhenti saat berpapasan dengan Nyonya Akashi yang tiba-tiba mencengkram lengannya lumayan keras.

"Dengar, saya tidak tau bagaimana kamu mencuci otak putra saya sehingga dia berani memilih kamu yang jelas-jelas tidak layak menyandang status menantu keluarga Akashi. Tapi ingat satu hal, cepat atau lambat kamu akan segera angkat kaki dari rumah ini, saya pastikan kamu akan berpisah dengan Haruchiyo."

"Jika kamu masih punya rasa malu, dan tidak ingin mempermalukan dirimu sendiri, jadi ada baiknya kamu mengikuti saran saya untuk segera menjauhi Putra saya, Haru."

Begitulah ancaman demi ancaman yang dilontarkan Nyonya Akashi.

Ini barulah awal sebagai gertakan terhadap Rindou, tak tahu rangkaian masalah apa lagi yang dipersiapkan Nyonya Akashi kedepannya jika Rindou masih menampakkan batang hidungnya di rumah itu.

...

Langkah Rindou terhenti di depan sebuah kamar yang pintunya masih tertutup rapat dan dihiasi banyak bunga-bunga di depannya.

Perlahan namun pasti, alih-alih tangan Rindou terangkat memutar knop pintu.

Pintu sedikit terbuka dan ya.. tidak ada orang di sana. Rindou merasa sedikit aman, ia pun masuk kembali menutup pintu kamar.

Sekeliling kamar dihiasi barang-barang mewah jauh berbeda dengan kamarnya dulu yang hanya berisikan perabotan yang sebagian sudah lapuk dimakan rayap.

"Hah! Ternyata masih punya nyali ya untuk masuk ke kamar ku?"

Rindou sontak menoleh. Dilihatnya Sanzu yang keluar dari kamar mandi masih mengenakan handuk setengah dan handuk kecil yang bertengger di kepalanya.

Sanzu berjalan mendekati Rindou, sementara Rindou hanya bisa memalingkan wajahnya takut.

"Ku kira.. kau sudah pergi meninggalkan rumah ini saat mendengar ancaman Ibuku," sambung Sanzu dengan ekspresi sinisnya.

"Kau tau Ibumu tidak menyukaiku, lalu kenapa kau masih memilih untuk menikahi ku, pinky bodoh! Kau ingin membuatku menjadi bulan-bulanan Ibumu, hah?!" maki Rindou menepis rasa takutnya.

Sanzu kembali menampilkan seringai iblis nya. "Kau cukup pintar dari yang ku bayangkan, memang itu yang ku mau! Bukankah sejak awal sudah ku bilang, jangan membangunkan singa tidur, mengerti?"

"Ibuku tidak akan berhenti bersikap keji selama kau masih di rumah ini, dan jika kau pergi maka bersiaplah nama baikmu akan segera berakhir, jadi banyak-banyaklah bersabar untuk sisa hidupmu yang menyedihkan, orang desa."

Hanya dengan mendengar kalimat yang dilontarkan Sanzu sukses membuat manik indah Rindou memerah.

"Kau dan Ibumu itu sama saja! Orang licik! Hanya bisa melihat penderitaan orang lain..." begitulah Rindou mengeluarkan unek-uneknya walaupun percuma saja, Sanzu itu tidak punya hati. Dirinya sibuk mengobrak-abrik isi lemari mencari pakaian mengabaikan Rindou yang berbicara.

My Heart Actor (sanrin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang