Sunny - 10

10 5 2
                                    

Janlup untuk mem-vote ceritanya ya♡.

# # #

Tep!

"Ish, dingin tahu!" Omelnya, pada laki-laki jangkung yang berdiri tegap didepannya.

"Dih malah cengengesan."

"Habisnya lo malah ngelamun mulu, ngelamunin apa sih?"

Kalian bisa tebak mereka siapa?
Benar!!! Mereka berdua adalah Sunny dan si tamvan Vendra. Mereka berdua sedang menikmati matahari di pagi hari di belakang rumah Sunny, dengan jahilnya Vendra menyodorkan air dingin di pipinya saat Sunny sedang melamun, entah melamunkan apa.

Sunny sudah bisa keluar dari rumah sakit sejak satu minggu yang lalu, artinya ia sekarang bisa makan apa saja yang dia inginkan, sekarang saja Sunny menginginkan bakso mercon yang ada di ujung kompleks sana.

"Ven, anterin gue yuk."

"Kemana?"

"Beli bakso mercon yang ada di kompleks ujung sana, katanya itu bakso enak loh. Ayo dong ayo beli." girangnya, Sunny sangat excited jika tentang makanan pedas. Sunny mengayunkan lengan Vendra ke kiri dan ke kanan.

Vendra menggeleng sambil melepas paksa lengannya.
"Enggak! Gak boleh." Tolak Vendra dengan tegas, menepis perasaan ingin menculik Sunny saking menggemaskannya saat ini.

Sunny memasang raut sedihnya.
"Kok gak boleh? Pliease Vendra gue mau, ayo anterin gue. Ya! ya! ya." Mohon Sunny dengan mata berbinar.

Vendra kekeuh menggelengkan kepalanya dengan cepat, seraya memalingkan wajahnya.
"Karena... Gak boleh pokoknya, itu bakso mengandung mercon. Gimana kalau nanti meledak di perut lo? Kan lo bisa mati." ucap Vendra dengan wajah polosnya.

Pletak...!

Sunny menjitak gemas kepala Vendra, dengan polosnya dia mengatakan bahwa memakan bakso mercon bisa meledak di perutnya. Mana ada, dasar Vendra ini.

"Aww, sakit Sya!" Vendra meringis.

"Lo apaan sih main jitak kepala orang sembarangan, untung gue yang lo jitak." Sungut Vendra, dengan tangannya yang sibuk mengusap-usap jitakan yang diberikan sunny tadi.

"Kalau gue jitak kepala orang emangnya kenapa?" Cibir Sunny dengan tampang meledek Vendra.

"Mungkin lo bakalan di ngap." Sahut Vendra dengan logat bicara seperti Mail dalam film yang ia gemari yakni si dua botak kembar.

"Kalau dia ngap, gue tinggal ngep."

Lalu mereka saling pandang, dengan tiba-tiba keduanya tertawa bersama yang menurut mereka lelucon barusan sangat menggelitiki tubuh keduanya.

"Wah, seru tuh kayaknya. Bunda boleh gabung nggak?" Centil bunda dengan menyelinap duduk ditengah-tengah keduanya.

"Bunda apa-apaan sih, banyak tempat duduk juga masih aja nyempil di tengah." Kesal sunny, sedangkan bunda mencebik kan bibirnya mendengar keluhan sang anak.

Vendra menggelengkan kepalanya, ada rasa cemburu, dan juga senang dalam benaknya melihat seorang ibu dan anaknya yang terlihat akrab walaupun dibumbui dengan pertengkaran kecil yang menurutnya lucu.

"Udah Sya, bunda boleh kok gabung bareng kita berdua." ucapnya langsung bersemangat menggeser duduknya.

"Tuh Vendra mah anak baik dan perhatian sama bunda, gak kayak kamu dikit-dikit kesel mulu." Cibir bunda sembari mengusap bahu Vendra dengan sayang.

Sunny semakin mempoutkan bibirnya, mereka sepertinya tidak sayang padanya. Eh sejak kapan Vendra menyayangi nya? Ayolah gak boleh ke PD-an ya Sunny, nanti malah dianggap temen juga lagi.
"Kalian berdua sama-sama gak asik." Sunny memandang malas pada bunda dan Vendra.

Sunny Queeneisya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang