where?

223 26 5
                                    

⚠️ harshword ⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ harshword ⚠️


Setelah Gwen mengajakku makan, dia menyuruhku untuk bersiap. 

"Where are we going?" Tanyaku pada Gwen.

Dia hanya tersenyum, tidak menjawab pertanyaanku. She's sweet but i still hate her and her sister of course.

Gwen malah membawaku ke ruangan yang memiliki 1 tv tanpa menjawab rasa penasaranku. Jujur aku ingin memberontak tapi bagaimana caranya? Aku takut jika aku memberontak, aku akan mati. Terlebih lagi energiku seperti di kuras setelah pingsan.

Meskipun aku bisa beladiri dan menggunakan senjata, bukan berarti aku bisa melawan mereka bukan?

Bahkan identitas mereka saja masih abu-abu untukku. Untuk saat ini aku memang tidak boleh gegabah dan harus mengikutin alur Jevon terlebih dahulu. Sisanya akan ku susun rencana, kalau aku belum mati.

Sayup-sayup ku dengar pembicaraan Gwen & Gianna di ruang sebelah. Jujur saja, rumah ini sangat kecil dan tembok yang tipis bahkan suara tv bisa membuat percakapan mereka tidak sengaja terdengar olehku.

"Oh come on Gwen, i cant do this shit."

"Gianna, we dont have any money. Im sorry but can you hold on a little longer?"

"Fuck. I just want to live like a normal person, go to college or at least i have normal job."

"Stop cursing. He paid us more than we need."

"Oh fuck you Gwen, fuck that money. How long are we going to live like this? Forever? Even we have paid their debt, why do we have to do this shit?"

"Stop cursing."

"Fine. Sorry."

Tiba-tiba Gianna masuk ke ruang tv, aku pura-pura tidak mendengarkannya seolah percakapan mereka adalah angin lalu. Dia duduk di sebelahku dan merebut remotnya.

"Can you fix that atittude?"
Tanyaku pada Gianna, dia hanya diam seolah tak peduli dengan perkataanku. Ku palingkan wajahku karena aku muak dengan sikapnya, kasar dan menyebalkan.

Gianni berhenti memindahkan channel tv. Entahlah apa yang dia tonton, aku merasa tidak tertarik dengan siaran tv. Aku bangun dari dudukku, niatku ingin melihat-lihat rumah ini.

Bohong. Aku mencari celah kabur sebetulnya.

Tubuhku baru bergerak setengah, tapi secara kasar Gianna menarikku kembali untuk duduk. Ku tepis lengan yang mencengkram bajuku, "Sit down."
Ucapannya penuh penekanan, itu membuatku kesal.

Rèverie | NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang