🔞
Reverie.
(n) a state of being pleasantly lost in one's thoughts; a daydream.
Sama dengan namanya. Reverie Throne.
Hal-hal yang menurutnya menyengkan hanya selalu ada di dalam pikirannya. Tentu akan hilang begitu saja karena itu hanyalah sebuah l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️ harshword ⚠️
Aku terbangun dengan rasa sakit dan pening di kepalaku. Seketika aku sadar, aku berada di sebuah kamar yang gelap bahkan sinar matahari pun tidak masuk sama sekali. Ini sangat asing bagiku.
Perasaan gelisah menyelimutiku. Dan yang terakhir aku ingat hanya teriakan Mami, Trevor yang menodongkan pistol ke arahku, serta cengkraman yang membuatku pingsan.
Aku berlari ke arah pintu yang berada di sudut ruangan. Syukurlah pintunya tidak terkunci. Saat hendak aku buka pintu itu, ada seseorang yang juga sudah memegang gagang pintu.
Dia bersama dua laki-laki di belakangnya yang menatapku dengan tatapan tajam. Berbeda dengan laki-laki itu, dia tersenyum. Bahkan tatapannya sangat lembut.
Dia bertanya sambil tersenyum, "Can i come in?"
Ku banting pintu kamar itu dan menghadangnya dengan sebuah kursi. Tapi usahaku sia-sia karena mereka mendobraknya.
Aku berlari ke sudut dan aku terduduk di pojokan dengan perasaan yang bercampur aduk. Tak sadar air mataku mulai menetes.
Dia menyalakan lampu dan menghampiriku lalu berjongkok di hadapanku, mengeluarkan sapu tangannya. Mengulurkan lengan untuk menghapus air mataku tapi aku menepisnya.
"Oh my, why you gotta be so rude?" Dia melontarkan pertanyaan padaku. Tatapannya tetap hangat tapi ucapannya penuh penekanan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Reverie Throne. Johnathan's little angel."
Ucapnya lagi. Dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sinis ke arahku. Aku menatapnya heran, darimana dia mengatahui namaku?
Seketika ruangan menjadi hening. Aku merasa ketakukan tapi dia terus tersenyum kearahku. Wajahnya agak familiar.
Akhirnya aku membuka suara meskipun terbata-bata, "W-what do you want?"