funeral

87 6 0
                                    

Sudah dua minggu aku tidak berkabar dengan Ace. Namun sekalinya kami berkabar. Kabar buruk menghamipiriku, aku bahkan tidak sanggup memempercayainya. Ini sebuah pukulan besar untukku dan Ace.

Lucas meninggal dunia.

Sepertinya pertikaian diantara keluarga ini semakin serius sehingga harus mengorbankan nyawa. Walaupun aku tidak begitu mengerti bagaimana semuanya bekerja, aku hanya bisa meratapi kepergian Lucas. 

Hujan. 

Air yang membasahi tanah dan juga peti mati yang mulai turun perlahan menghantarkannya ke dalam liang lahat. Isak tangis serta riuh bulir hujan menjadi pengantar kepergiannya seolah semesta ikut andil dalam berduka. 

Apakah pengorbanannya perlu? Apakah mereka harus melakukan hal keji seperti ini?

"Reverie."

Aku menoleh ke belakang, itu Alex yang memanggilku. Dengan setelan jas hitamnya dia meraihku ke dalam pelukannya menenangkanku karena jujur aku masih menangis. Kulihat Ace hanya meratapi peti mati yang sekarang kian dalam. Luka lebam di matanya serta jemarinya yang terlilit kain kasa menjelaskan bahwa dia ada disana saat Lucas tiada.

Hatiku terasanya ngilu. Ingin ku genggam jemari tersebut namun aku merasa lancang. 

"Alex, what have they done?" Tanyaku sambil terisak.

"Something horrible. But don't worry, i'll keep you safe with me, with us, i don't want to lose you again." Jawaban Alex membuatku mengeratkan pelukan padanya. Oh tuhan, aku hanya ingin hidup normal seperti yang lainnya. 

Bahkan ketika satu persatu manusia meninggalkan makam tersebut, hanya Ace yang berdiam diri dibawah derasnya hujan. Aku merasa khawatir juga gusar melihatnya seperti ini. 

Kuhampiri dirinya beserta payung hitam untuk berteduh diantara hujaman air. Dia tidak mengatakan sepatah kata, hanya terdiam. Untuk memulai percakapanpun aku merasa segan seolah bibirku kelu untuk mengucapkan sepatah kata. 

Hening.

Hanya suara hujan mengiringi kami berdua. 

"Mengapa takdir begitu kejam?"

Kali ini dia memecah keheningan.

"Im sorry."

"Don't be."

Mata kami beradu. Tatapannya begitu sayu, tersirat jika dia lelah secara fisik juga batin. Ace mengusap pipiku dengan lembut. Air matanya meleleh begitu saja.

"Don't ever leave me, Reverie."

Aku menggeleng pelan, "Never. I would never do such a thing to you."

Seketika tubuhnya jatuh, tangisan pilu yang menyayat hatiku. Aku tidak ingin Ace merasakan hal seperti ini lagi. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rèverie | NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang