find you

218 22 7
                                        

Suara ketukan pintu membangunkanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ketukan pintu membangunkanku.

DUG! DUG! DUG!

Itu adalah ketukan yang keras juga menyebalkan. Dengan perasaan kesal aku berjalan ke arah pintu, kubuka pintu itu dengan kasar. Kulihat Jevon berdiri di depan kamar membawa sebuah nampan berisi makanan.

Dahiku berkerut, aku menoleh ke arah jam dinding yang ternyata menunjukan pukul 9 malam. Oh shit. That is a long nap.

"May i come in?" Ucapnya membuyarkan perhatianku. Aku mengangguk dan mempersilahkannya masuk.

Jevon meletakan nampan itu di meja. Bukan bermaksud sombong tapi kamar ini luas ya, bahkan memiliki sofa dan beberapa interior lainnya yang membuat kesan kamar ini menjadi mewah.

Aku duduk di sofa yang menghadap ke arah Jevon. Kali ini dahinya yang berkerut. 
"What?" Aku bertanya padanya, Jevon menggeleng sambil tersenyum. 

"Aren't hungry? I brougth you something to eat." 
Jevon menyodorkan nakas dengan sepiring lasagna, dipinggirnya pun tersaji cream soup yang masih hangat, secangkir teh dan segelas air putih, juga potongan kue black forest.

Aku menatapnya tanpa jawaban. Ujungnya kami hanya saling bertatap dalam diam. Ku alihkan pandanganku karena wajahnya menyebalkan sekali. Rasanya ingin ku pukul saja hidungnya tapi aku tidak mau membuat kegaduhan.

"Eat."

Kata yang dia ucapkan penuh penekanan. Siapa dia? Mengapa dia memaksaku untuk makan? Dia bukan papi.

Kruyuuk...

Fuck. Aku memejamkan mataku karena malu, namun Jevon malah terkekeh mendengar suara perutku. Jevon beranjak dari duduknya, sebetulnya dia hanya berpindah tepat duduk ke sebelahku. 

"As i told you. Eat that, gue ga masukin racun ko."

Aku mendegus lalu menyendok cream soup ke mulutku, rasanya tidak buruk tapi lebih enak buatan Nanny. Saat suapan kedua, aku tak sengaja melihat wajah Jevon seperti menunggu aku mengucapkan sepatah kata.

"It's good." Ucapku padanya, lagi-lagi dia mengerutkan dahi. Seolah perkataanku tidak cukup seperti itu.
"What?"

"That's it?"

"What should i said? Taste it by yourself."

Aku menyodorkan sendok tersebut kearahnya. Dia menyatapnya. Biar ku perjelas, dia memasukan sendok itu ke mulutnya.

"Thanks, tumben lo ga judes."

Bola mataku berputar sambil mendegus kesal. Aku melempar sendok ke nampan lalu mengalihkan pandanganku ke sudut ruangan. Seketika selera makanku hilang.

"Berisik."

"Gue diem ko."

"Fuck off."

Tiba-tiba mulutku malah memulai pertikaian dengan manusia narsis satu ini. Jevon seperti tidak percaya ketika aku mengumpat seperti itu, mulutnya terbuka dengan tatapannya yang shock. 

Rèverie | NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang