Seorang anak laki-laki, masih dengan seragam sekolah, terlihat memacu sepedanya. Ia dengan surai sehitam arang, tampak senang. Sesekali bersenandung riang mengayuh sepeda.Ia beberapa kali menutup mata merasakan hembusan angin yang menerpa tubuhnya. Tak lupa senyum indah juga terbingkai, sungguh, ia terlihat sangat bahagia.
Hingga seseorang muncul dengan tiba-tiba, merusak suasana itu.
"Awas!" teriaknya.
Entah orang itu tuli atau tidak peduli. Ia tetap berdiri di sana, dan mengabaikan perkataan si anak, membuat anak itu terpaksa membanting sepeda ke kiri, sehingga ia terjatuh dan hilang kesadaran.
.
.
.Perlahan-lahan manik hazel itu terbuka, menandakan sang pemilik
telah sadar."Aaww, sakit " ringisnya memegangi kepala.
"Ini kamarku?, siapa yang membawa aku pulang " gumamnya.
Ia berjalan keluar, menuju kamar sang ibu. Belum sempat pintu itu terbuka, lebih dahulu ia mendengar suara seorang pria sedang berbicara dengan ibunya. Karena penasaran, ia langsung membuka pintu itu dan memanggil sang ibu.
" Bu, siapa dia?" Tanyanya sembari menunjuk sosok seorang pria di depan ibunya.
" Kamu sudah bangun Rei, ayo kemari" Panggil sang ibu.
Rei pun menghampiri sang ibu, masih dengan raut wajah penasaran dan tanpa melepaskan pandangannya dari pria di depan sana.
"Bu, siapa orang itu?" Rei bertanya sekali lagi.
"Rei, dengarkan ibu baik-baik" jedanya mengelus surai hitam milik anaknya.
" Dia adalah ayahmu "
Jawaban sang ibu, membuat Rei beku seketika. Ia tak tahu harus berkata apa. Perasaan kaget, sedih, senang dan marah bercampur dalam dadanya.
Rei senang ia dapat bertemu dengan ayah yang selama ini ia rindukan, tapi disisi lain, ada perasaan sedih dan marah, mengapa sang ayah meningnggalkan ibu dan dirinya dulu.
Mengapa ia baru datang sekarang, saat dia sudah bisa menerima kehidupan tanpa adanya kasih sayang seorang ayah.
Mengapa? Kepala Rei dipenuhi banyak pertanyaan.
Tanpa pikir panjang ia berlari menuju kamar dan mengunci pintu.Perlahan-lahan cairan sebening kristal, mengalir dari manik hazel miliknya. Ia menangis meringkuk dalam kamar.
Di tengah suara Isak tangis yang memenuhi ruangan, seseorang membelai surai hitamnya. Membuat dirinya mendongak.
"Berhenti menangis, maafkan ayah "
Ucap pria di depannya dengan pandangan dan suara yang sendu."Kamu, bagaimana kamu bisa masuk?" Di tengah isakannya, Rei bertanya dengan heran.
Pasalnya, ia ingat sudah mengunci pintu saat masuk tadi, juga jendela sama sekali tak terbuka. Lalu, bagaimana pria di depannya ini bisa masuk? Wajar bukan, jika dirinya merasa takut dan bingung.
"Ayah akan memberitahu mu, alasan ayah tidak ada saat kamu tumbuh dewasa, serta bagaimana ayah bisa masuk ke kamar ini, meski terkunci"
Ucapnya menenangkan Rei yang kebingungan."Jadi, maukah kamu mendengar penjelasan ayah? Setelah itu kamu bebas menentukan, akan membenci atau memaafkan ayah" bujuk sang ayah agar Rei mau mendengarkannya.
- to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Tevallus Academy
VampireSuatu hari, Tevallus Academy yang terletak di Azela, dunia vampir, kedatangan murid baru. Seorang remaja laki-laki berusia 18 tahun dari dunia manusia. Ia datang ke Azela untuk mewarisi tahta sang ayah, yang merupakan raja vampir. Akan tetapi, fakta...