Salah satu masalah berpikir dan menulis tentang Indonesia pada awal abad ke-20 adalah menyelesaikan apa yang dimaksud oleh Indonesia. Sejak pertengahan abad ke-19 kata tersebut telah memperoleh berbagai makna geografis, politik dan sosial, makna geografis sendiri mungkin yang paling tidak kontroversial. Seorang ahli geografi Inggris James Richardson Logan menyebut nama itu untuk merujuk pada kepulauan yang luas dengan ribuan pulau di ujung tenggara daratan Asia. Kombinasi dari 'India' dan nêsos (bahasa Yunani untuk 'pulau') Indonesia yang berarti 'Pulau-pulau India'. Sebagian nama tersebut mencerminkan fakta bahwa bagi banyak penulis Eropa pada masa itu kepulauan Indonesia dipandang sebagai perpanjangan dari anak benua India terutama dalam istilah budaya. Inggris juga menggunakan istilah 'India lebih jauh' untuk menggambarkan wilayah yang disebut suku Belanda sebagai milik kolonial mereka di kepulauan Netherlands Indie yang berarti 'Hindia Belanda' atau 'India Belanda'. Secara lebih umum karena nama India belum memiliki arti yang tepat secara geografis seperti yang dimilikinya saat ini dalam beberapa hal India hanya berarti apa yang orang Eropa modern sekarang sebut sebagai Asia tenggara.
Pada awal abad ke-20 istilah Indonesia mengandung konotasi politik dan sosial baik untuk gerakan yang berusaha membebaskan nusantara dari para penguasa kolonial Belanda dan untuk Belanda sendiri.
Pada akhir tahun 1920-an gerakan nasionalisme menggunakan nama itu untuk menggambarkan keberadaan entitas politik yang diharapkan akan terwujud sebagai negara kolonial Belanda dan masyarakat sosial bangsa yang akan mendiami negara itu. Pihak nasionalis menggunakan kata itu dalam nama partai politik mereka menyebut diri mereka Indonesia sebagai Indonesia yang menggunakan bahasa Melayu dalam bentuk modern sebagai bahasa Indonesia. Pihak berwenang Belanda yang berupaya menyangkal kedua arti tersebut menolak menggunakan kata itu dengan cara resmi apapun dan berupaya sebisa-bisanya untuk menyangkal bahwa kedamaian itu tidak mengandung makna apapun.
Entitas politik Indonesia muncul antara tahun 1945 dengan proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno dan Hatta dan tahun 1949 ketika Belanda mengakui kemerdekaan itu. Penghuni beberapa bagian Nusantara paling banyak terutama di Maluku Selatan berupaya menempatkan diri di luar negara ini tetapi pada pertengahan tahun 1950-an dapat dikatakan bahwa negara Indonesia telah berdiri dengan jelas dan kokoh.
Namun perjuangan untuk memberi arti sosial pada kata Indonesia untuk membujuk masyarakat nusantara untuk mengidentifikasi diri mereka secara kolektif sebagai orang Indonesia ternyata menjadi tugas yang jauh lebih sulit. Tentunya sebelum abad ke-20 tidak ada penduduk nusantara yang melihat diri mereka dalam istilah kolektif ini dan bahkan setelah tahun 1945 ada ketegangan antara identitas daerah, etnis, dan nasional. Ketegangan ini mungkin paling mencolok dalam kasus orang-orang keturunan Tionghoa: seperti yang akan kita lihat pertanyaan apakah dalam kondisi tersebut orang-orang dapat dianggap sebagai orang Indonesia baik dalam pengertian politik maupun sosial adalah salah satu yang telah muncul kontroversi besar sejak tahun 1945. Namun kelompok masyarakat lain di nusantara pada berbagai waktu juga menolak agama tersebut mendefinisikan mereka sebagai orang Indonesia.
Namun pada tahun-tahun terakhir abad ke-20 kombinasi dari nasionalisme karismatik Soekarno presiden pertama Indonesia dan otoriter Soeharto yang kedua tampaknya telah memperkuat rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia di seluruh penjuru dunia sebagian besar Nusantara atau pengecualian Timor Timur yang paling jelas tetapi secara umum konsep 'menjadi orang Indonesia' tampaknya sudah jelas.
Namun pada pergantian abad berikutnya hanya beberapa tahun kemudian makna sosial Indonesia tampaknya menjadi lebih kabur dan kurang pasti dibandingkan sejak tahun 1945. Tahun 1999 membawa referendum di Timor Timur yang melihat 78% penduduk memilih untuk menolak keanggotaan bangsa dan negara Indonesia. Ini adalah kasus yang luar biasa karena Timor Timur tidak pernah menjadi bagian dari Hindia Belanda dan Dengan demikian tidak pernah menjadi bagian dari perjuangan awal kemerdekaan Indonesia. Sebagai buntut jatuhnya Soeharto dan khususnya suara Timor Timur gerakan sempalan di Aceh dan papua juga mendapatkan kekuatan dalam tantangan mereka terhadap negara dan bangsa Indonesia.
Pada saat penulisan pertanyaan apakah Indonesia akan bertahan sebagai sebuah bangsa dan negara masih belum terjawab. Secara seimbang seperti yang anti kemukakan bab 9 kemungkinan besar hal itu akan terjadi bahwa pengalaman ke Indonesia yang dimiliki oleh penduduk nusantara selama setengah abad atau lebih sebelumnya akan menang atas kebencian yang lebih singkat terhadap cara-cara pemerintah Soeharto atas nama negara eksploitasi dan menindas daerah-daerah. Tetapi tetap ada kemungkinan bahwa pada tahun-tahun awal abad ini Indonesia akan lenyap sebagai entitas politik dan sosial atau tetap ada hanya dalam bentuk yang sangat terpotong.
Berbagai interpretasi yang berbeda tentang istilah Indonesia dan ketidakstabilan makna politik dan sosial sangat relevan dengan buku ini. Dalam arti tertentu buku ini ditulis mundur dengan menggunakan bahasa dan negara Indonesia di penghujung abad ke-20 sebagai titik tolak atau penentunya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa secara geografis Indonesia mengacu pada gugusan pulau yang pada akhir abad ke-20 merupakan negara Indonesia. Jadi separuh bagian barat pulau New Guinea dimasukkan separuh bagian timur dikecualikan 2/3 bagian Selatan dan timur pulau Kalimantan dimasukkan sisanya tidak dimasukkan. Secara historis bagaimanapun pendekatan ini menghadirkan beberapa masalah. Masyarakat pesisir timur pulau Sumatera misalnya memiliki keterkaitan yang kuat dan telah terjalin lama secara politik sosial ekonomi dengan masyarakat semenanjung Melayu keterkaitan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan masyarakat di pulau-pulau timur pulau Sumatera. Mendefinisikan ke pulau Sumatera termasuk dalam ruang lingkup buku ini sementara mengabaikan pertimbangan semenanjung Melayu sampai batas tertentu setidaknya bertentangan dengan pengalaman sejarah. Tetapi hal yang sama berlaku untuk sejarah banyak negara di Asia dan Afrika bentuk kontemporer mereka sebagian besar muncul dari perjuangan melawan kolonialisme yang pada gilirannya berarti bahwa para kolonialislah yang menentukan batas-batas negara bangsa kolonial negara meninggalkan para pemimpin negara baru dengan tugas yang sulit untuk menciptakan komunitas sosial dalam batas-batas yang ditentukan secara politis yang mengabaikan ikatan yang mungkin sangat kuno dengan komunitas yang terletak di luar perbatasan itu.
dengan mengingat hal-hal tersebut saya ingin beralih ke pemeriksaan singkat tentang sejarah lingkungan kepulauan Indonesia dan lingkungan manusianya hingga sekitar abad ke-7 Masehi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Singkat Indonesia: Bangsa yang Tak Terduga
Historical FictionNovel Terjemahan Mohon maaf apabila ada salah dalam menerjemahkan karena saya juga masih belajar