Periode dari pertengahan abad ke-15 hingga akhir abad ke-17 Masehi telah diidentifikasi oleh beberapa sejarawan sebagai Era Perdagangan di Indonesia dan sebagian besar wilayah kepulauan Asia Tenggara lainnya. Bab ini mengeksplorasi alasan mengapa perdagangan internasional dianggap sebagai karakteristik dominan pada era tersebut, dan mengkaji dampak perdagangan tersebut terhadap perkembangan negara dan masyarakat Indonesia.
Selama abad ketiga belas, perdagangan timur-barat yang melintasi nusantara mulai meningkat; sejak awal abad kelima belas hal ini mulai berkembang pesat. Baik di Tiongkok maupun Eropa, dua pasar utama bagi produk Indonesia, perubahan ekonomi, sosial dan demografi meningkatkan permintaan rempah-rempah dan lada hitam Maluku secara signifikan. Dan, sebagaimana disebutkan dalam bab sebelumnya, antara tahun 1403 dan 1433 Tiongkok mengirimkan tujuh ekspedisi perdagangan negara ke Asia Tenggara, dipimpin oleh laksamana agung Zheng Ho, setidaknya sebagian untuk mencari rempah-rempah tersebut.
Rempah-rempah asal Maluku telah lama diperdagangkan secara internasional di wilayah utara dan barat Indonesia, meskipun tidak dalam jumlah besar. Lada hitam merupakan unsur baru dalam perdagangan ini. Pada awalnya, para pedagang Indonesia, khususnya di pelabuhan-pelabuhan di Sumatera, mengimpor lada dari India dan menjualnya ke Tiongkok: hal ini sudah mereka lakukan setidaknya pada awal abad ke-12. Kemudian pada abad yang sama, tanaman lada diperkenalkan ke Jawa. Budidaya lada kemudian menyebar ke Sumatera, dan pada awal abad ke-15 kerajaan-kerajaan pelabuhan di Sumatera telah menjadi produsen lada dalam jumlah besar, dan menjualnya ke Tiongkok sebagai ganti hasil panen India. Dengan demikian, mereka melakukan apa yang berhasil dilakukan Sriwijaya tujuh abad sebelumnya: mengganti produk lokal dengan produk impor, sehingga mereka tidak hanya memperoleh keuntungan dari perdagangan, tetapi juga dari produksi.
Dampak dari meningkatnya permintaan internasional terhadap produk-produk ini adalah meningkatnya persaingan antar pedagang yang ingin mendapatkan pasokan langsung dari produsen. Hal ini pada gilirannya mendorong sejumlah pelabuhan kecil di nusantara, mulai dari Aceh di Sumatera bagian utara hingga Ternate dan Tidore di kepulauan Maluku, untuk menjalin hubungan perdagangan langsung dengan pembeli asing.
Ledakan perdagangan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia yang berpartisipasi di dalamnya, dan tentu saja mengubah masyarakat mereka. Namun hal ini juga membawa, atau setidaknya memperkuat secara substansial, kehadiran dua kekuatan di kepulauan ini yang memainkan peran utama dalam peristiwa-peristiwa di abad-abad berikutnya: Islam dan Eropa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Singkat Indonesia: Bangsa yang Tak Terduga
Historická literaturaNovel Terjemahan Mohon maaf apabila ada salah dalam menerjemahkan karena saya juga masih belajar