Hingga sekitar abad keempat belas, berbagai negara bagian di Indonesia sebagian besar beragama Budha. Melalui jaringan perdagangan itulah Islam masuk ke Indonesia dan mendukung agama Buddha.
Kita belum mengetahui secara pasti kapan Islam pertama kali muncul di nusantara. Bukti kuat pertama yang kami miliki adalah nisan penguburan seorang Muslim di Jawa Timur, bertanggal 1082. Namun, kami tidak tahu apakah yang dikuburkan di sana adalah Muslim Indonesia atau asing.
Kita semakin yakin jika kita melihat ke Sumatera pada akhir abad ke-13. Marco Polo, yang mengunjungi pulau itu pada tahun 1292, mencatat dalam buku hariannya bahwa negara bagian Perlak, di pantai timur laut, pada saat itu adalah wilayah Muslim. Negara bagian tetangganya, Pasai, mungkin juga merupakan wilayah Muslim pada saat yang sama, jika dilihat dari batu nisan kerajaan yang ditemukan di sini, bertanggal 1297 dan seluruhnya ditulis dalam bahasa Arab.
Saluran masuknya Islam ke nusantara adalah perdagangan.
Pada abad ketiga belas atau keempat belas, sebagian besar pedagang yang membawa rempah-rempah Indonesia ke barat ke Eropa adalah Muslim dari Asia Selatan dan Timur Tengah. Beberapa pedagang Tiongkok juga beragama Islam, terutama mereka yang berasal dari provinsi Fujian yang memiliki sejarah panjang dimana peran penting dalam perdagangan dan administrasi dimainkan oleh warga Muslim asing dan lokal.
Bagi sebagian besar pedagang Indonesia, masuk Islam masuk akal karena hal ini memberi mereka kesamaan dengan mitra dagang mereka di Asia Selatan dan Timur Tengah, yang menunjukkan preferensi untuk berhubungan dengan rekan seiman. Bagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki keyakinan agama yang kuat, atau yang merasa keyakinannya tidak mampu memberikan jawaban yang koheren dan persuasif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang semakin kompleks akibat perubahan dunia tempat mereka tinggal, masuk Islam juga menawarkan manfaat spiritual. sebagai yang komersial.
Bagi penguasa lokal, berpindah agama ke agama baru menawarkan lebih dari sekedar keuntungan ekonomi. Secara khusus, agama ini memberi mereka akses langsung ke sesama penguasa Muslim di Asia Selatan dan Timur Tengah, dan khususnya ke kekaisaran Ottoman, yang saat itu merupakan kekuatan besar dunia. Kontak semacam ini meningkatkan kedudukan politik mereka di mata masyarakat dan—mungkin yang lebih penting—di mata calon pesaing. Mereka juga menyediakan saluran pasokan perlengkapan militer, khususnya senjata api (termasuk meriam), dan penasihat militer.
Masuknya Islam di pintu masuk Aceh, di ujung utara Pulau Sumatera, pada pertengahan abad ke-14, dan di Melaka, di seberang Selat Melaka, mungkin setengah abad kemudian, menandai titik di mana penyebaran Islam terjadi. Islam melalui Indonesia menjadi signifikan.
Dari Sumatera, Islam mengikuti jalur perdagangan ke timur. Gresik, sebuah pelabuhan penting di sebelah barat Surabaya di Jawa Timur, diubah fungsinya satu dekade setelah Aceh. Kemudian disusul Ternate, 2000 kilometer ke arah timur di kepulauan Maluku (1460), Demak di Jawa Tengah (1480), Banten di Jawa Barat (1525), Buton di Sulawesi barat daya (1580) dan Makasar di Sulawesi Selatan (1605).
Pada dekade awal abad ketujuh belas, Islam telah diperkenalkan ke hampir semua masyarakat pesisir utama di kepulauan ini, namun sejak saat itu Islam tidak mengalami kemajuan teritorial yang signifikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Singkat Indonesia: Bangsa yang Tak Terduga
Historical FictionNovel Terjemahan Mohon maaf apabila ada salah dalam menerjemahkan karena saya juga masih belajar