💚11💚

27 8 5
                                    

Hii! Masih ada yang nungguin work ini?

OSTRANENIE

Hari ini entah bagaimana aku harus menyebutnya, ketika jam pelajaran kedua yang konon menjadi jam kosong dimulai tiba-tiba Evelyn menghampiriku. Awalnya aku tak peduli, tetap tak mengalihkan pandang dari benda pipih yang canggih itu, tapi dia merebutnya.

Evelyn menatapku sangar, Liona yang ada di sampingku ikut terusik menatap Evelyn sinis.

"Jadi cewek jangan gatel deh." Dia memukul meja membuat satu dua kepala menoleh ke kami.

Ku lihat Alva berdiri, tapi aku memelototinya. Menatap netra itu dengan sedikit ancaman, sehingga ia kembali duduk, urung melerai.

"Apalagi kali ini?" Aku bertanya, berusaha sabar walau sebenarnya sudah muak menghadapi tuduhannya.

"Jangan sok-sokan polos deh kalau aslinya lo tuh suka nggatelin cowok orang!" Dia membentak sementara aku menaikkan alis, apa yang salah?

Evelyn meraih ponselnya, memutar sebuah video. Di sana terlihat aku tengah menunduk, mengelus kaki yang terasa nyeri akibat terantuk bangku. Di depanku ada Al, yang ikut menunduk, menanyakan kondisiku. "Lo jangan melebih-lebihkan deh, kayak gitu doang drama!"

Ah ternyata ini masalahnya. Gadis itu tak terima kekasihnya berinteraksi dengan gadis lain. Aku tertawa dalam hati, lucu, hanya karena kesalahpahaman dia jadi cemburu buta. "Dimana letak salahnya? Pacar lo cuma minta maaf karena dorong bangku sampai kena gue. Jangan gelap mata!"

Ku lirik Alva yang menatap khawatir di belakang, di sampingnya Al masih menonton sambil membuka bungkus permen. Lantas kulebarkan senyum, memberi tahu bahwa aku akan baik-baik saja.

Demi membuatku kalah, dia terus mendebatku. Membuat lautan manusia terbentuk di sekeliling kami. Liona berusaha membelaku tapi Evelyn juga terus mengelak dengan alasan yang sama.

"Diam! Lo jangan nyudutin cewek gue terus. Kemarin lo sengaja biar gue peduli kan?" Si cowok dari gadis itu membelah kerumunan, datang ikut memojokkan.

Aku terkekeh. "Lucu banget ya pasangan ini, yang satu tukang playing victim yang satu tukang memutarbalikkan fakta."

Kemudian bisik-bisik mulai muncul. Di sana-sini membicarakan diriku sekaligus Evelyn serta Al. Ini tak mengherankan sebab pasangan itu termasuk pasangan yang famous.

Satu persatu kamera ponsel mulai terpasang memonitori perdebatan aku dengan pasangan itu. Berbagai komentar mulai datang seolah-olah mereka sedang menonton sepak bola. Aku mulai tersudut, sedikit takut dengan anggapan-anggapan orang lain.

"Lo juga lucu, udah tau salah malah nyalahin orang." Al tambah garang, maju di garda terdepan seolah dia seorang pahlawan. Padahal nyatanya dia hanya seorang bodoh yang menyanjung-nyanjung hal salah.

Aku hendak membalas tapi terlanjur kehilangan kata karena balasan lucu Al. "Lagian lo juga tau kronologinya, bisa-bisanya lo jadi orang bodoh cuma untuk dia."

Dia tersenyum miring. "Kronologi apa? Kronologi dimana lo godain gue?"

Di antara kerumunan itu, Alva memberontak hendak melerai. Namun dia terjebak di antara teman sekelas, aku pun masih memeringatinya, tak memberi ijin untuk membantu. Aku masih keras kepala tak ingin hubungan kita terbongkar, aku masih ingin bertahan bersama Liona.

OSTRANENIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang