OSTRANENIE
"Lo keliatan makin deket sama, Al."
Entah angin darimana tiba-tiba laki-laki yang tengah menikmati jajannya itu menyeletuk. Sebagai tanggapan, aku tertawa, agak canggung, karena topik aneh yang diambil.
"Lawak, lo!"
Laki-laki itu menatapku, terlihat serius. "Tapi beneran deh. Semenjak Al masuk UKS lo keliatan dekat sama dia."
Kesal dengan topik yang diambil, aku melayangkan sebuah pukulan keras dibahu si adam. Sialan, apa katanya tadi? Dekat dengan Al? "Heh, jangan ngaco lo ya! Kalau bukan karena tugas sekolah pun gue ogah deketan sama dia!"
"Astaghfirullah, buseett dahhh, kalem, Neng," keluh Alva sembari meringis karena pukulan di bahunya.
"Ya maaf. Lagian lo sih, ngomong sembarangan!"
Astaga. Aku rasa belum sampai satu jam semua rasa kesalku meluruh, sekarang Alva malah membangkitkan perasaan menjengkelkan itu lagi. Dasar, sepertinya semua laki-laki memang sama saja.
"Seandainya lo suka sama Al sekalian juga enggak apa-apa kok."
Aku mendelik, menatap tajam oknum yang masih setia dengan topik menyebalkan ini. Lihatlah, netranya yang serupa bulan sabit itu tersenyum, bibirnya pun begitu, hanya saja senyumnya terlihat lebih mengesalkan. Suaranya pun ringan, seolah melontarkan kalimat itu adalah hal yang menyenangkan. Sementara itu, aku malah merasa sesak mendengarnya. Laki-laki itu terlihat sangat suka ketika aku bersama Al, seolah semua rasa yang pernah ada benar-benar telah lenyap.
"Alva, sumpah. Gue nggak dekat sama dia! Ingat satu lagi, gue nggak suka sama dia!" Aku menekan seluruh kalimatku, berharap dia mengerti bahwa aku muak dengan topik yang dia ambil.
Namun, entah mengapa dia malah semakin senang. Seolah wajah kesal lagi muakku ini adalah hiburan terbaik untuknya. Oh sejak kapan dia menjadi semenyebalkan ini?
"Gue pernah denger, orang yang menolak mentah-mentah pernyataan orang lain, diam-diam membenarkannya dalam hati. Ngaku aja deh, lo suka kan sama Al?"
Salahkah aku jika berharap Alva masih memiliki setitik perasaan untukku? Jika salah, maka biarkan aku untuk hidup dalam kesalahan itu sebentar saja. Sebab, melihat Alva yang memperlakukanku seperti tidak lagi memiliki perasaan padaku, itu sangat menyakitkan.
"Va, lo nggak ngerti bahasa manusia ya?"
♥️💔♥️
Aku membuka pintu cafe minimalis yang tak terlalu ramai itu. Tanpa perlu lama-lama mencari, sosok yang aku butuhkan pun langsung terlihat, efek dari sepinya cafe. Aku menghampirinya kemudian tersenyum ala kadarnya sebagai basa-basi.
Laki-laki yang biasa tampil berantakan itu kini nampak lebih rapi. Rambutnya ditata dengan benar, tak seperti biasanya yang acak-acakan dan agak basah karena sering diguyur air. Di sampingnya ada sebuah tripod yang dibiarkan bersender pada meja, dan si empu sedang fokus mengutak-atik kamera.
"Sorry, kemarin tiba-tiba batalin janji." Begitu katanya, entah basa-basi atau sungguh-sungguh. Pasalnya laki-laki itu masih asik dengan kameranya.
"Nggak kaget sih, soalnya emang udah nebak. Tapi tetap aja, lo lebih ngeselin daripada setan."
Dia tertawa, entah apa maksudnya. Mungkin dia suka dipanggil setan jadi senang.
"Teksnya udah dihafalin?"
"Yang mana?" tanyanya sambil menggaruk kepala, sungguh menyebalkan saat dilihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSTRANENIE
Фанфик→→◍✯◍ Lokal AU ◍✯◍←← Ft. Jaemin NCT Heejin Loona Jeno NCT Minju "Sesekali kau harus melihat seseorang dari sudut pandang yang lain agar dapat memahaminya." Draf : 2022/03/11 Start : 2022/03/28 Finish : 2023/08/27