OSTRANENIE
"Permisi, Pak." Aku mengetuk pintu kelas, kemudian menghampiri Pak Agus yang tengah mengajar. Menyampaikan sejumlah alasan yang membuatku baru saja datang.
Setelah diijinkan duduk, aku langsung menempatkan diri di samping Liona. Gadis itu langsung bertanya tentang kondisi Al, tapi tak kujawab.
Sepuluh menit terakhir sebelum pergantian jam dimulai, Pak Agus memerintahkan untuk mengerjakan lima buah soal. Saat aku hendak mengerjakannya, tiba-tiba sebuah ingatan muncul kembali.
Rumahku sedang kacau
Aku paham, rumah yang Al maksud bukan tentang bangunan, tapi adalah sebuah keluarga atau orang kesayangannya. Aku tau, tidak seharusnya aku terlalu mengurusi kehidupan orang lain, tapi suara lemah dan mata sayu itu jelas menyorotkan rasa sakit. Al terjebak dalam masalah rumit, itu kentara jelas, dan aku bersimpati.
"Ris."
"Hah?" Aku linglung ketika sebuah tepukan mendarat di bahu. Ternyata Alva pelakunya.
"Keadaan Al bagaimana?" tanyanya jelas khawatir.
"Demam tinggi, keringat dingin, cukup buruk. Bu Ani mengantarkannya ke klinik tadi. Nggak usah khawatir, Al pasti baik-baik saja."
Setelah perdebatan kecil tentang pulang dan dispensasi. Bu Ani memutuskan untuk membawa Al ke klinik, ketika laki-laki itu diam tak berkutik. Aku kurang mengerti apakah dia pingsan atau tidur lagi, yang jelas Bu Ani panik.
"Ahhh begitu? Makasih." Alva kembali masih dengan raut khawatir.
💔♥️💔
Ketika pintu ruangan berbentuk kubus itu terbuka, sang pemilik kamar masih tak berkutik di tempat. Seragam abunya masih menempel di tubuh, hanya dibalut selimut tebal yang menutupi sampai telinga.
"Al, makan dulu ya?" Suara bas yang khas dan berwibawa itu menyapa rungu Al, kemudian disusul suara gesekan antara nampan dan permukaan nakas.
"Pusing, Pa. Nggak nafsu." Buah hatinya menjawab, lirih, tanpa tenaga.
Pria yang lebih tua menghela napas, kemudian membisikkan sesuatu. "Makan dulu, nanti makin pusing, Al."
Yang dibisiki mengeluh pelan, berusaha membuka matanya yang terasa berat. "Aku mau tidur dulu bentar. Kalau pusingnya udah mendingan, aku bakal makan. Janji," ucapnya kemudian tersenyum tipis.
Akhirnya pria itu mengalah, membiarkan buah hatinya menjemput alam bawah sadar. Waktu telah berputar selama lima menit, tapi pria itu masih setia di sana, mengamati anak semata wayangnya penuh sayang. Tidak terasa, laki-laki yang dulu sering merengek minta dibelikan mainan telah tumbuh sebesar ini.
"Semoga kamu tumbuh menjadi laki-laki hebat," gumamnya dengan tangan kekar mengelus surai Al penuh kelembutan.
Pria itu kemudian beranjak, hanya untuk mengambil laptop dan berkas berharganya dari ruang kerja. Mengerjakan beberapa tugas yang tertunda sebab mengurus si buah hati, di meja belajar yang jarang tersentuh.
Meski tatapannya terpaku pada layar laptop yang penuh tulisan itu, otaknya tak pernah fokus untuk mengerjakannya. Terlebih ketika Al berkali-kali mengigau menyebut nama sang ibu. Dengan penuh khawatir, dia menghampiri Al, mengelus surainya, menanyakan keadaannya. Namun percuma, Al tidak menjawab dan tetap memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSTRANENIE
Фанфик→→◍✯◍ Lokal AU ◍✯◍←← Ft. Jaemin NCT Heejin Loona Jeno NCT Minju "Sesekali kau harus melihat seseorang dari sudut pandang yang lain agar dapat memahaminya." Draf : 2022/03/11 Start : 2022/03/28 Finish : 2023/08/27