Gulf terus berdiam ketika mobil perusahaan yang membawanya melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang padat. Gulf menengadahkan kepala melihat pada interior bagian atas mobil, tatapannya kosong.
Tiba-tiba Gulf berpikir tentang Mew. Apa sebenarnya yang ingin Mew tutupi dari istrinya? Dan apa sebenarnya yang ingin Dew tahu tentang suaminya?
Tidak ingin terlalu jauh masuk ke dalam urusan itu Gulf sebaiknya harus lekas menarik diri. Meskipun dia mengancam Mew akan memberi tahu Dew tentang semua yang ia ketahui namun nampaknya Gulf tidak akan bertindak sejauh itu. Gulf adalah orang baru, dia tidak pernah tahu apa akibatnya jika semua yang ia sampaikan kelak adalah kebenaran. Apa itu baik untuk Dew? Atau itu hanya akan jadi malapetaka?
Menghadapi ini sendiri terlalu rumit.
"Ada apa? Kamu baik-baik saja?" Tanya Nappan.
"Pekerjaan Phi ku sangat berat ya?" Tanya Gulf seperti bermonolog. "Ada begitu banyak tekanan di pundaknya. Tapi ketika dia kembali ke rumah dia masih bisa tersenyum padaku seolah dia baik-baik saja. Aku baru menggantikannya dua hari dan ini sudah sangat menyiksaku."
Nappan tersenyum kecil, "Bekerjalah dengan lurus maka semua akan baik-baik saja. Kamu mendapatkan ancaman atau apa? Kamu terlihat stres?"
Gulf menggelengkan kepalanya lesu ia lalu menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil dan memejamkan mata. "Aku sudah menyerah. Aku sepertinya tidak bisa lebih lama," jawab Gulf pelan.
Ketika itu ponsel di saku celana Gulf berdering. Ia melihat pada ponselnya dan itu adalah sebuah telfon dari seseorang. Bahkan dia adalah satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Gulf yang kerap tidak terkontrol.
"Halo, Pa," sambut Gulf.
["Anak ku!"] Seru suara bariton di ujung telepon.
["Pa harus pergi ke perbatasan untuk bisa mendapatkan sinyal. Ada ratusan panggilan dari telfon rumah. Ada apa? Kalian baik-baik saja kan?"]
"Oh, Ma ingin memberi tahu Pa Phi sedang sakit."
["Ao? Phi mu? Sakit apa?!"]
"Phi baru saja operasi usus buntu. Pa, Gulf ingin cerita sedikit."
["Apa itu? Katakanlah,"]
Gulf melirik ke arah Nappan sekilas, Nappan berkonsentrasi mengemudi, lagipula nampaknya Nappan bukan karakter yang suka ikut campur. Sepertinya tidak masalah Nappan sedikit mendengar pembicaraan Gulf dan Pa.
"Gulf sekarang sedang bekerja di perusahaan Phi karena Phi sakit. Menjaga kios jauh lebih baik. Pa, Gulf lebih senang dengan kehidupan Gulf yang dulu. Berkeliling mengirim barang belanja bibi lebih menyenangkan. Tapi Phi mendapat surat tuntutan kalau tidak ada yang menggantikannya. Bagaimana ini, Pa?"
["Ah ini sudah gila! Bagaimana bisa Phi mu bekerja di perusahaan yang kejam?! Pa akan menelfon Phi dan memarahinya. Tunggu kabar baik dari Pa, nah?"]
"Uhm. Terimakasih Pa,"
Panggilan terputus saat Pa menutup telfon. Gulf kala itu bisa menghela nafas, setidaknya sedikit lega.
"Kamu benar-benar menyerah? Apa terlalu mengerikan mengikuti permainan Tuan Mew?" Tanya Nappan.
"Semua bos mu itu mengerikan. Mereka memiliki masalah tapi menyeret orang lain ke dalamnya."
Nappan menyunggingkan senyum kecil, terpaksa.
"Berapa lama Phi bekerja sebagai penjaga orang-orang itu?"
"Sejak aku lulus kuliah. Nyonya besar, yang kamu lihat di meja makan tadi dia adalah Mae Tuan Mew. Mae ku bekerja di hotel milik Nyonya Besar lalu dia memintaku bekerja untuk mengawal Tuan Mew. Keluarga Tuan Mew sudah banyak membantu keluargaku, pendidikan ku dan Nong ku, kehidupan kami, semuanya. Keluarga Tuan Mew adalah keluarga yang baik," ujar Nappan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH, MY BOSS!
FanfictionPemuda fresh graduate itu bernama Gulf, putra kedua dari sebuah keluarga sederhana pengusaha toko kelontong. Gulf memiliki seorang kakak perempuan bernama Sammy yang sudah bekerja cukup lama di sebuah perusahaan importir. Gulf yang enggan melanjutk...