Normal POV
Nappan saat itu sudah tiba di tempat yang bosnya maksud. Mobil yang di kemudi Nappan menepi ketika bosnya berdiri di persimpangan kedai mi dan kios Gulf. Nappan mengurungkan niatnya untuk turun saat melihat Bosnya masih tersenyum ke arah punggung pemuda yang sedang berjalan memasuki kiosnya.
Rona jatuh cinta sangat kentara dari raut laki-laki usia tiga puluh-an tahun di luar sana. Nappan sedikit tersenyum lalu detik selanjutnya merasa sedih. Nappan ingin melihat Bosnya bahagia tapi ia juga menyesal jika dalam buncah bahagia Mew nantinya membawa petaka. Terlebih dari yang Nappan tahu, Gulf adalah pemuda yang lurus, tidak macam-macam ataupun terobsesi pada sesuatu sampai gila. Bisa dikatakan Gulf terlalu baik untuk dikecam sebagai biang dari keretakan hubungan sakral seseorang.
Tapi jika mereka sudah saling jatuh cinta apa yang bisa orang lain lakukan?
Tidak ada.
Mereka hanya bisa menunggu bom nuklir itu menghancurkan semuanya jika sudah tiba waktunya.
Tuk tuk
Nappan tersadar dari berisiknya lamunan ketika seseorang di luar mengetuk kaca jendela mobil dengan irama pelan.
Nappan terlonjak melihat Bosnya sudah berdiri di samping mobil. Ia bergegas turun dan membuka pintu untuk Tuannya sebelum caci maki terlontar.
"Maaf Khun," sesal Nappan.
Alih-alih memberikan tatapan membunuh, Mew hanya melempar senyum kecil untuk anak buahnya, "Aku pikir kamu tertidur," ujar Mew renyah.
"Maaf Khun," sekali lagi Nappan menggumam. Nappan beralih kembali ke bangku kemudi ketika Tuannya sudah nyaman duduk di jok penumpang.
Mobil bergerak melaju pelan meninggalkan badan jalan tempat Nappan berhenti beberapa waktu lalu. Saat mobil berjalan mata Mew lekat menatap ke arah bangunan rumah dan kios sederhana yang semakin jauh.
Seperti itukah jatuh cinta? Dia bahkan bisa tersenyum hanya dengan melihat rumah seseorang yang dia sukai.
"Dew sudah di rumah?" Tanya Mew pada Nappan.
"Sudah, Khun," jawab Nappan.
"Dia pasti bertanya padamu aku ada dimana?"
"Apapun jawabanku tidak akan membuat Khun Dew benar-benar percaya, Khun," jawab Nappan.
Mew terkekeh pelan lalu pandangannya menerawang lurus, "Apa kamu berpikir aku akan mengkhianati Dew, maksudku mengkhianati ikatan kami?"
Nappan menelan ludah dengan paksa singkirkan gugup, dia bahkan mulai berkeringat dingin.
"Perasaan Khun hanya Khun yang bisa mengerti," jawab Nappan.
Mew menghela nafas, "Aku tidak ingin menyamakan anak itu dengan First dan aku tidak mencari persamaan dari mereka. Mereka berbeda. Tapi mereka dua orang yang bisa memenuhi isi hatiku. Ketika bersama anak itu aku seperti burung yang terbang bebas, aku tidak memiliki penat di kepalaku saat aku melihatnya. Aku ingin bersamanya dengan cara kami dan menyimpan namanya di dalam hatiku untuk diriku sendiri dan Dew tidak akan terluka karena melihatnya, menurutmu apakah aku keliru?"
Nappan membuang nafas dengan kasar.
"Kamu terkejut?" Tanya Mew kemudian.
"Nappan hanya khawatir," jawab Nappan pelan.
"Tentang apa?"
"Tentang Khun Mew dan Gulf,"
"Aku tahu. Aku sudah berusaha mencegahnya, aku tidak ingin melibatkan anak itu sejauh ini, tapi perasaanku juga tidak bisa berhenti dengan mudahnya. Aku merasa bersalah pada Dew, tentu saja, selama bersamaku mungkin dia tidak bahagia. Dia hanya memiliki ku, tapi tidak dengan hatiku," suara Mew terdengar lebih parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH, MY BOSS!
FanfictionPemuda fresh graduate itu bernama Gulf, putra kedua dari sebuah keluarga sederhana pengusaha toko kelontong. Gulf memiliki seorang kakak perempuan bernama Sammy yang sudah bekerja cukup lama di sebuah perusahaan importir. Gulf yang enggan melanjutk...