Disclaimer : BoBoiBoy © Monsta. Tidak ada keuntungan material apapun yang diambil dari fanfiksi ini.
.
.
.
"Kau jadi pendiam sekali akhir-akhir ini." Fang berkomentar sambil mengawasi Shielda yang sibuk membaca dan tidak mengacuhkannya.
"Masa'?" Shielda memilih tetap fokus pada bukunya.
"Iya. Apa ada masalah?" tanya Fang.
Shielda menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya mengejar untuk penelitianku."
Fang menopang dagu dan memandang bosan ke luar jendela.
"Apa kau masih belum mencari pacar?" tanya Shielda.
Fang mengerjap beberapa kali setelah melirik. "Belum. Aku tidak punya ide apapun untuk mencari pacar. Kenapa?"
"Tidak apa-apa," Shielda menggeleng. "Sepertinya kau butuh hiburan. Kenapa tidak coba berkencan saja?"
"Dengan siapa?" Fang memutar mata.
"Bukankah kau punya banyak penggemar? Kau bisa mengajak salah satu dari mereka," usul Shielda.
Fang menghela napas. "Kalau aku ingin mengencani mereka, sudah kukencani dari dulu."
"Lalu kenapa tidak kau coba sekarang saja?"
"Untuk apa? Tidak ada gunanya," dengkus Fang.
"Yah, kau bisa sekalian menghibur diri, 'kan?" Shielda tersenyum.
"Kenapa kau ingin sekali aku punya pacar?" Fang mengernyit.
"Yah," Shielda membalik halaman buku yang dibacanya. "Supaya kau bisa melupakan Yaya dan menjalani hidup sebagaimana mestinya."
"Lalu bagaimana denganmu sendiri?" Fang balik bertanya.
"Kenapa denganku?" Shielda menaikkan alis.
"Yah, kau sudah menemukan pacar, atau calon pacar?"
"Aku ..." Shielda bergumam, tampak menimbang-nimbang jawabannya. "Aku sepertinya masih belum butuh."
Fang menyipitkan mata. "Lalu kenapa kau memaksaku untuk punya pacar?"
"Aku tidak memaksa, hanya menyarankan," sahut Shielda enteng.
"Seharusnya kau sarankan itu untuk dirimu sendiri." Fang mendengkus.
"Aku hanya mencoba menjadi teman yang baik," Shielda mencibir. "Kau ini tidak tahu berterima kasih sekali."
"Teman?"
"Ya, tentu saja. Kau sudah tidak menganggapku teman lagi?" Shielda memicingkan matanya.
"Yah, teman. Tapi ..." Fang menatap sampul buku yang dipegang Shielda.
"Tapi apa?"
"Bukan apa-apa," Fang menggeleng.
Shielda mencibir. Ia kembali meneruskan membaca sambil menyedot milkshake, dan Fang mengawasinya tanpa berkedip.
Kalau dipikir-pikir, Shielda memang cukup cantik. Alisnya tebal, dengan sorot mata yang tajam. Sulit untuk tidak tertarik dengan warna dari sepasang bola matanya, hijau dengan aksen biru toska, seperti air laut yang tenang tapi bisa menghanyutkan dalam satu sapuan ombak. Ada tanda lahir unik di bawah kedua matanya, tiga bintik kecil yang menyerupai tahi lalat. Bentuknya sama pesis dengan Sai. Shielda sering memakai lipgloss berwarna terang. Hari ini warnanya seperti kulit buah persik yang baru matang. Lalu—

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Angles
Fanfiction[TAMAT] Cinta segitiga? Cinta segiempat? Dilihat dari manapun, cinta itu rumit dengan banyak sudut yang sulit dijangkau. Jika hati sudah memilih, enggankah takdir membuka jalan? AU/college!AU