Back and Forth

133 18 9
                                        

Note : Alternative Universe, college!AU, cinta segi-banyak(?), many ships included (Taufan x Yaya, Fang x Yaya, Kaizo x Yaya, Halilintar x Ying, Taufan x Ying, Gempa x Ying, Fang x Shielda)

.

.

.

Halilintar terengah, menumpukan kedua tangannya di lutut, kemudian mengambil napas pendek-pendek. Ia melempar bokongnya ke rumput hijau yang menjadi kuning karena cahaya lampu. Botol air dibuka, dan minuman diteguk dengan rakus untuk meringankan dahaga.

"Hali merebut robotku!"

"Aku tidak merebutnya. Ini memang milikku!" Halilintar memeluk erat-erat robot mainannya.

"Mama bilang yang warna hitam itu milikku!"

"Ini punyaku. Aku yang melihatnya duluan!"

Halilintar merebahkan tubuhnya di rumput, matanya terpejam saat kenangan lama itu muncul kembali.

"Kenapa kau merusaknya? Aku sudah memberikannya padamu, seharusnya bisa kau jaga!"

Gempa kecil menangis hari itu. Ia terus menyalahkan Halilintar atas robot yang telah rusak. Gempa bahkan tidak berbicara pada saudara sulungnya itu selama seminggu. Sampai sekarang, jika mengingat itu, perasaan bersalah masih muncul di hati Halilintar.

Halilintar menghela napas. Sejak kecil, pertengkaran tak pernah bisa dihindari di antara mereka bertiga. Perebutan mainan kerap kali terjadi, meski orangtua mereka berusaha untuk membeli mainan secara adil. Halilintar paling sering diminta mengalah, karena ia adalah 'kakak', meski sebenarnya umur mereka hanya terpaut beberapa menit saja.

"Apa ini karena Halilintar?"

"Aku ... tidak mau mendengar namanya lagi."

Halilintar yang tak sengaja mengintip dari pintu balkon harus menahan diri untuk tidak muncul di hadapan mereka berdua. Padahal ia berniat menyusul Ying, berusaha mengurai kesalahpahaman dengan berbicara padanya. Namun Gempa muncul lebih dulu di sisi Ying.

"Bunga apa yang disukai kebanyakan perempuan?"

Ekspresi Gempa saat menanyakan saran pada Taufan mengenai hadiah yang bagus diberikan untuk perempuan ... seharusnya Halilintar sudah bisa menduga.

Adiknya itu ... menyukai Ying.

Bahkan ekspresi Ying saat menerima bunga yang dikirim diam-diam oleh Gempa masih terekam jelas. Halilintar yang saat itu ingin mampir ke apartemen Ying terpaksa membatalkan niat begitu karena melihat ekspresi Ying yang begitu senang. Wajahnya merona seperti mawar yang diterimanya.

Apa Halilintar terlalu lama mengulur waktu? Ia hanya tidak mau terburu-buru dan memilih mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Namun sekarang ...

Halilintar menarik tas, dan mengambil ponsel. Ia menekan ikon galeri, memilih album tersembunyi dengan nama Ying. Beberapa foto gadis itu tersimpan di sana. Memang terkesan seperti penguntit, tapi Halilintar menjepretnya diam-diam di beberapa waktu dan selalu memandangnya setiap kali hendak tidur.

Sudah terlambat untuk mendekati Ying sekarang. Tidak saat Halilintar tahu tentang rasa yang disembunyikan Gempa. Lagi-lagi, Halilintar harus mengalah pada adiknya.

Halilintar menekan salah satu foto Ying dan manatapnya lama. Potret gadis itu tengah tersenyum ke arah berlawanan dengan kamera.

"Aku menyayangimu," Halilintar bergumam. "Maafkan aku."

Love AnglesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang