Disclaimer : BoBoiBoy © Monsta. Tidak ada keuntungan material apapun yang diambil dari fanfiksi ini.
.
.
.
Ying mendorong dada Taufan dan melotot garang padanya. "Apa yang kau lakukan!?"
"Menciummu. Kenapa?" Taufan menyahut tanpa rasa bersalah. "Itu hal lumrah yang dilakukan oleh pasangan."
"Dasar kau!" Ying memukul dada Taufan,membuat pemuda itu meringis. "Apa yang membuatmu merasa berhak melakukan itu padaku, hah?!"
"Aku ini pacarmu," kata Taufan, mengusap-usap dadanya.
"Tidak, kau bukan pacarku!" ketus Ying. "Mulai sekarang menjauhlah dariku!"
"Aku tidak mau," Taufan dengan tegas menolak. "Hubungan ini akan tetap berjalan. Dan kita tidak akan mengakhirinya, sampai kapan pun."
"Taufan..." Ying mendesah, memijit kepalanya yang terasa pening.
Taufan menggandeng tangan Ying saat pintu lift terbuka. Mereka melangkah di lorong yang sepi hingga tiba di depan pintu apartemen Shielda.
"Tidurlah yang nyenyak, ya?" ucap Taufan. Ying memberengut saat Taufan mengacak rambutnya. "Jangan manyun begitu. Mau kucium lagi?"
"Awas kalau berani," Ying mendelik galak.
Taufan terkekeh. Ia mencuri ciuman secepat kilat di bibir Ying sebelum berlari pergi. "Sampai bertemu besok!"
"Taufan!"
Taufan melambai setelah masuk ke dalam lift. Pintunya menutup, dan sosok pemuda itu menghilang di dalamnya.
Ying mendesah jengkel. Karena terlalu gusar dan tidak bisa berpikir jernih, ia justru beberapa kali tak sengaja memasukkan sandi yang salah. Untunglah pintu akhirnya terbuka. Ying langsung masuk, mengabaikan Yaya yang menyapanya dari dapur, dan langsung naik ke kamarnya.
.
.
.
Shielda tengah mengaduk susu di gelasnya saat mendengar bunyi bel pintu depan.
"Sebentar!" Ia segera berlari untuk membukakan pintu. Napasnya tertahan melihat sosok pria di baliknya. "Pak Kaizo."
"Selamat sore." Kaizo mengulas senyum tipis. "Aku mau menengok Yaya."
"Ah, ya." Shielda mengerjap, berusaha menyadarkan dirinya. "Yaya sedang di kamarnya. Masuklah, biar kupanggilkan sebentar."
"Baiklah."
Shielda berusaha menahan perasaan berkecamuk di dadanya dan menaiki tangga. Ia mengetuk pintu kamar Yaya sekali sebelum membukanya. Yaya yang tengah membaca novel di ranjangnya menoleh.
"Pak Kaizo datang menengokmu," kata Shielda.
"Oh, benarkah?" Yaya beringsut turun dari ranjang dan Shielda bergegas menghampirinya.
"Biar kubantu."
"Terima kasih." Yaya tersenyum.
Yaya mengalungkan tangan di pundak Shielda yang kemudian memapahnya. Mereka belum sempat tiba di tangga saat Kaizo justru naik dan menghampiri mereka.
"Biar aku saja," kata Kaizo. Ia membopong Yaya dengan mudah, yang wajahnya memerah dan tampak begitu malu, kemudian membawanya menuruni tangga.
Shielda berdiri bergeming. Ia seharusnya sudah merelakan Kaizo, tapi tetap saja ...
Shielda menahan rasa sesak yang mendadak mengelayuti dadanya. Ia tidak bisa menampik betapa irinya melihat Yaya bersama orang yang disukainya.
Shielda memejamkan mata dan menarik napas. Ia terpaksa harus menelan rasa pahit ini seorang diri. Shielda tak ingin melampiaskannya lagi pada Yaya, jadi sebaik-baiknya, ia mulai belajar mengendalikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Angles
Fanfic[TAMAT] Cinta segitiga? Cinta segiempat? Dilihat dari manapun, cinta itu rumit dengan banyak sudut yang sulit dijangkau. Jika hati sudah memilih, enggankah takdir membuka jalan? AU/college!AU