Gentar terus mencoba menghubungi Hero, ia takut terjadi sesuatu kepada temannya itu.
Pernah beberapa kali Gentar menemukan luka di tangan sahabatnya. Gentar bisa menebak bahwa itu luka buatan sendiri atau bisa disebut self harm. Gentar tidak pernah menanyakan perihal itu kepada sahabatnya.
Bisa jadi pada saat itu Hero hanya hilaf. Tapi saat mendengar temannya tidak bisa di hubungi Gentar langsung berfikir yang tidak-tidak ia takut jika kejadian dahulu terulang kembali.
Padahal yang Gentar lihat Hero itu anak yang ceria dan aktif, tidak terlihat seperti ada masalah. Ia juga heran kenapa temannya dulu bisa melakukan hal seperti itu. Masalah apa yang bisa membuatnya hilang akal, itu yang ingin Gentar tanyakan.
"Halo Gen." Akhirnya terdengar juga suara orang yang Gentar tunggu.
"Kenapa lama bener ngangkatnya bego! si Reza dari tadi ngebantai gue terus." Ucap Gentar di telpon dengan suara terdengar kesal.
"Ya maaf, emang ada apa?"
"Gak ada apa-apa, gue kira lo mati mangkanya gak ngangkat telpon dari kita." Ucap Gentar bercanda.
"Kalo gak dosa gue juga pengen." Hero menanggapi ucapan Gentar dengan serius, padahal Gentar hanya bercanda.
"Heh gila lo! gue cuman bercanda ogeb." Jawab Gentar ketar-ketir.
"Gue pengennya beneran!"
Gentar mendengar suara Hero yang semakin bergetar.
'Ada masalah apa dia? Sampai-sampai bercandaan gue dianggap serius.' Batin Gentar.
"Lo lagi ada masalah?" Tanya Gentar dengan sangat hati-hati.
"nggak ada! yaudah kalo gak ada yang penting gue tutup telponnya." Tanpa mengucapkan salam Hero menutup telpon nya sepihak.
Gentar langsung berdecak kesal ketika Hero mematikan telponnya.
Tidak lupa Gentar segera menghubungi reza dan memberi tahu kalau Hero sudah bisa di hubungi.
"Halo Za! Hero udah aktif tuh! Lo kalo mau nelpon silahkan tapi kayanya dia lagi ada masalah jadi menurut gue nanti aja nelpon nya, kalo nggak ajak ngomongnya besok aja di sekolah."
"Salam dulu kek! main nyerocos aja. Yaudah iya makasih ya anak setan."
'tuuut'
"Bangsat! Main matiin aja anak kutu dasar." Cerocos Gentar.
'Allahuakbar'
'Allahuakbar'
Suara adzan maghrib sudah terdengar Gentar langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Padahal niatnya tadi jam 05.00 ia akan mandi, tapi gara-gara telponan sama sahabatnya ia jadi lupa.
"Gen sholat ba...," Saat Guntur membuka pintu ia tidak melihat sosok adiknya. Padahal ia ingin mengajak Gentar sholat berjamaah.
'Dimana tu bocah?' Batin Guntur.
Tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok yang ia cari sedari tadi.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Gentar malas.
"Gue mau ngajak lo sholat maghrib bareng."
Tanpa mengatakan apapun Gentar langsung berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil perlengkapan sholat.
Guntur menarik kedua sudut bibirnya, membentuk lengkungan dengan sangat tipis. Ia senang karena secara perlahan adiknya mulai berubah dan mau mendengarkan apa yang ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO ERLANGGA
Teen FictionBerjuang di masa remaja bukanlah hal yang mudah, banyak yang harus di hadapi entah itu soal harta, keluarga, teman ataupun pasangan, semua itu sudah ada yang mengatur. Bahkan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya semuanya harus mengi...