12. Tersimpan Rapat

4 2 0
                                    

"Apaan si gak jelas lo!" Jawab Lintang semakin kesal.

"Tau gak? bego lo udah sampe ubun-ubun Atang!" Bukannya menjawab dengan benar, Elzi malah mengejek kekasihnya itu.

Tanpa menjawab lagi, Lintang langsung berjalan menuju ke arah UKS. Ia sudah sangat kesal kepada kekasihnya karena banyak bicara hal yang tidak penting yang membuat tensi darah Lintang naik sampai ke ubun-ubun.

'Eh anjir! lupa gue! kenapa gue malah ngejek si lintang si, padahal gue mau bilang kalo Guntur kan punya kembaran, bisa jadi yang ada di dalam UKS adiknya si Guntur yang lagi bolos.' Elzi mengumpat sendiri di dalam hati.

Ia langsung mengejar kekasihnya yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Sedangkan sosok yang di bicarakan sudah berada di dalam uks, tubuhnya terbaring dan kelopak matanya tertutup dengan damai. Setelah pulang dari Danau Gentar langsung kembali ke UKS dan berniat untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Gentar kecil terus berlari di tengah lapangan yang sangat luas, sedangkan Guntur kecil hanya memperhatikan di tepian.

"BANG GUNTUUUUR AAAAYO IKUTAAAN!" Teriak Gentar kecil dengan lantang.

Guntur kecil menoleh kepada sang Bunda dan meminta izin untuk ikut bermain bersama adiknya.

"Boleh kan Bun?"

Bunda mengangguk memberi izin kepada Guntur kecil untuk ikut bermain.

"HOREEEE! ABANG DATANG DEEEK!" Teriak Guntur kecil tidak kalah kencang.

"Ayo bang lari bareng!"

"AYO!"

Mereka berlari dengan sangat bahagia, tawa mereka sangat ringan tanpa beban.

Belum lama mereka berlari, Guntur kecil tiba-tiba terjatuh. Padahal tidak ada yang mendorong ataupun menariknya. Jarak  antara Guntur dan Gentar kecil pun sangatlah jauh.

Dengan tergesa Bunda langsung berlari menghampiri Guntur kecil.

"Nak? kamu kenapa sayang?" Tanya Bunda khawatir.

"Cape Bun." Jawab Guntur kecil sambil terisak.

Bunda langsung membawa Guntur kedalam gendongan. Ia langsung pergi entah kemana. Lagi-lagi meninggalkan sosok kecil yang sedang ketakutan.

"BUN JANGAN TINGGALIN AKU!" Teriak Gentar kecil dengan sangat kencang. Tapi sang Bunda sepertinya tidak mendengar teriakan si bungsu.

"Bu-bunda selalu begitu hiks-hiks, kalau abang sakit pasti Bunda selalu tinggalin aku hiks-hiks." Gentar kecil menangis dengan sangat kencang, sampai tiba-tiba ia tersadar sesuatu dan langsung menghentikan tangisnya.

'Ya Allah maafin Gentar, kenapa Gentar bisa iri kaya gini si! pasti Allah marah ya sama Gentar? Abang kan emang lagi sakit! Bunda nggak salah apa-apa, Bunda juga gak ninggalin aku, Bunda pasti nanti balik lagi kan? maafin aku ya Allah udah ber prasangka buruk sama Bunda. Aku tunggu bunda jemput aja! mmm tapi aku nunggu dimana ya?' Tanya nya kepada diri sendiri dalam hati. Ia sedang berfikir dengan telunjuk tangan yang di simpan di pipi yang membuat kesan lucu.

"Ah di tepi lapangan aja deh nunggunya. Kan gak lucu kalau nunggu di tengah lapangan kaya gini, memalukan haha." Seketika ia lupa kalau beberapa menit yang lalu ia menangis dengan sangat kencang. Lihatlah sekarang wajah Gentar kecil kembali terlihat ceria.

Hari semakin gelap dan Gentar kecil masih setia duduk di kursi tepi lapangan.

"Bunda kok lama ya? pasti Bunda lupa lagi. Yaudah deh aku pulang sendiri aja kalau gitu!" Dengan lesu Gentar kecil melangkahkan kaki kecil nya untuk pulang. Tapi ada satu masalah, Gentar kecil belum bisa menyebrang sendiri di jalan raya.

TWO ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang