Di tengah lapangan dengan cuaca yang sangat panas, sekumpulan siswa sedang berlari untuk menjalani hukuman dari gurunya.
Ketika sedang berlari, mata Gentar tidak sengaja menatap seseorang yang sama persis seperti dirinya, Gentar bingung pasalnya mereka datang setengah jam yang lalu, berarti jika kakaknya di hukum pasti sudah selesai, tapi ini kenapa Guntur masih ada di lapangan.
Gentar pun menghampiri kakaknya yang sudah kelelahan, dengan rona wajah yang pucat, mata sayu dan keringat yang bercucuran.
"Lo pasti kena hukum gara-gara telat kan? Bwahaha." Ejek Gentar.
"Kenapa lo kabur bego, gue jadi di hukum sendiri kan." Ucap Guntur dengan kesal.
"Hahaha mampus." Gentar.
"Terus lo kenapa di sini, mau bantuin gue di hukum? kalo iya makasih banget gue masih ada 50 puteran lagi." Guntur.
"Jangan kepedean jadi orang, gue disini juga lagi di hukum gara-gara anak curut, ngomong-ngomong emang lo di kasih hukuman berapa puteran? kok sisanya banyak banget." Gentar.
"100." Jawab Guntur.
"Buset gak kira-kira yang ngasih hukuman, yaudah sisanya gue aja yang lanjutin, muka lo udah pucet." Ucap Gentar khawatir.
"Nggak usah, lo selesain hukuman lo aja, 50 putaran bagi gue bukan apa-apa." Jawab Guntur sombong.
"Hmm." Jawab Gentar datar.
Gentar langsung melanjutkan larinya, dia kesal kepada kakaknya, padahal dia ikhlas menawarkan bantuan kepada Guntur tapi kakaknya itu malah menolaknya.
Sebenarnya Gentar sangat khawatir kepada Guntur, karena imun kembarannya itu sangat lemah tapi mendengar jawaban dari kakaknya tadi membuat Gentar kesal, ia tidak peduli jika kakaknya pingsan atau mengeluh sakit nantinya.
"Padahal tadi gue cuman bercanda." Gumam Guntur pelan.
Guntur pun ikut berlari melanjutkan hukumannya, walaupun tubuhnya sangat lemas ia harus bertanggung jawab atas kesalahannya. Jangan lupakan jika Guntur adalah siswa yang taat terhadap aturan.
Hukuman untuk siswa telat sebenarnya hanya 50 putaran, tapi Guntur harus menanggung hukuman adiknya karena Gentar langsung kabur sebelum guru piket datang.
"Gentar mau kemana lo." Teriak Guntur.
Gentar berlari dengan sangat cepat, baru saja Guntur mau menyusul Gentar tiba-tiba guru piket datang dengan membawa tongkat.
"Gentar jangan kabur! tetap berdiri di sana!" Teriak Guru piket saat melihat anak muridnya akan kabur.
"Maaf pak, saya Guntur bukan Gentar. Saya tidak akan kabur. Apapun hukumannya akan saya jalani." Ucap Guntur sambil menunduk.
Guntur takut karena ini pertama kalinya ia di hukum, jika ini bisa mempengaruhi nilai sekolahnya bisa-bisa ayahnya akan marah besar karena dirinya membuat kesalahan di sekolah.
"Tidak biasanya kamu telat." Ujar Guru piket bingung.
"Maaf pak saya ikut campur, tadi Gentar sudah lari menuju belakang sekolah." Pak satpam.
"Baik terimakasih atas infonya pak." Guru piket.
"Jadi apa hukuman buat saya pak?" Tanya Guntur.
"Sekarang kamu lari keliling lapangan sebanyak 50 kali dan karena Gentar kabur, kamu yang harus menanggung hukumannya, jadi totalnya 100 putaran." Perintah Guru piket.
Guntur ikhlas melakukannya, walaupun tadi mereka dihukum secara bersamaan, Guntur akan tetap melarang Gentar melakukan hukuman sebanyak itu, ia tidak mau adiknya tersiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO ERLANGGA
Novela JuvenilBerjuang di masa remaja bukanlah hal yang mudah, banyak yang harus di hadapi entah itu soal harta, keluarga, teman ataupun pasangan, semua itu sudah ada yang mengatur. Bahkan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya semuanya harus mengi...