9. Bukan Hero 1

4 2 0
                                    

"Gimana? mau ngulangin lagi?"

"A..ampun pak. Hero janji gak akan bohong lagi hiks-hiks."

Tanpa ada rasa kasihan sedikitpun Herman langsung pergi meninggalkan sang buah hati.

Tangis Hero semakin pecah saat Herman sudah tidak ada di hadapannya. Ia merasakan semua tubuhnya seperti kaca yang akan pecah bila di banting.

Sosok pahlawan bagi anak-anak lain adalah seorang Ayah. Tapi bagi Hero dia bukan pahlawan melainkan seorang iblis yang menyamar menjadi sosok ayahnya.

Dengan tertatih Hero memasuki kamarnya. Tanpa membersihkan bekas lukanya Hero langsung merebahkan tubuhnya di karpet yang sering ia gunakan untuk tidur.

'Besok kayanya harus cari sambilan lain. Soalnya bulan depan udah harus lunas semua tunggakan. Kalo nggak lunas bisa-bisa gue gak bisa ikut ulangan.' Batin Hero.

Tidak lama Kantukpun langsung menyerang, ia berharap semoga saat membuka mata esok hari, semua kejadian malam ini tidak teringat sedikitpun.

Di lain tempat seorang pemuda terlihat sangat gelisah di dalam tidurnya. Ia terus terisak seakan-akan ia sedang menangis di dalam mimpinya.

Guntur terbangun karena terusik oleh pergerakan kecil adiknya. Saat menoleh ke samping ia kaget melihat adiknya seperti sedang menangis.

Selama hidupnya Guntur baru pertama kali melihat adiknya tidur gelisah seperti ini. Guntur mencoba menenangkan isakan yang terus keluar dari mulut Gentar.

"Hiks-hiks.." Gentar terus terisak.

"Bang hiks-hiks.. adek takut gelap! jangan tinggalin adek!" Entah dia sedang bermimpi atau sedang sadar Gentar terus saja berkata takut gelap.

'Apa gara-gara mati lampu tadi? sampai kebawa mimpi gini' Batin Guntur.

"Ssst tenang ya! abang disini kok temenin adek. Udah ya jangan nangis lagi! nanti kalo di mimpi adek ada monster abang pasti bakalan datang ke mimpi adek biar monsternya abang bunuh!" Ucap Guntur menenangkan Gentar dengan sedikit candaan.

Dirasa Gentar sudah tenang, Guntur langsung kembali menyusul sang adik kedalam mimpi.

'Allahuakbar.'

'Allahuakbar.'

Tidak terasa adzan Shubuh sudah berkumandang. Kini seorang pemuda sedang bersiap untuk menunaikan ibadah Sholat Shubuh.

Sedangkan sosok yang parasnya sangat mirip dengan dirinya masih saja tertidur dengan pulas. Ia berniat akan membangunkan adiknya, tapi saat akan menyentuh tangan Gentar tiba-tiba adiknya itu membuka mata.

"Njir ngagetin gue lo! Untung gue gak jantungan."

"Ngapain lo deket-deket gue? sorry ya gue masih normal." Ucap Gentar langsung melenggang pergi untuk mengambil wudhu.

Guntur berfikir keras maksud dari perkataan adiknya.

"Heh kurang ajar lo! lo pikir gue belok gitu." Oceh Guntur saat sudah menyadari apa maksud dari perkataan adiknya.

Di dalam kamar mandi Gentar tertawa dengan pelan. Ia mendengar kakaknya berteriak karena ulahnya, bagi Gentar menjahili kakaknya adalah hal yang menyenangkan.

Prilaku Gentar bisa berubah kapan saja saat berada dekat dengan Guntur. Terkadang ia memunculkan sifat dingin, tatapan penuh benci, sifat ceria, manja saat ketakutan dan terkahir sifat jahilnya. Sifatnya akan berubah-ubah sesuai dengan moodnya.

Selesai bersiap mereka berdua langsung melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Guntur yang menjadi imam dan Gentar menjadi makmumnya.

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya mereka berdua segera bersiap untuk berangkat ke sekolah.

TWO ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang