4. Sekolah

3 2 0
                                    

"Gun liat si Lintang gak?" Tanya Elzi, matanya tidak sengaja menangkap mangkok nasi goreng yang ada di hadapan Guntur, "Ini kan mangkok gue yang di bawa kabur sama Lintang, kok bisa ada di lo?" Lanjut Elzi.

"Gue gak tau, ini dari Lintang." Jawab Guntur singkat.

"Buset dingin amat mas, untung nasi goreng yang gue beli anget." Ujar Elzi.

"Kalo lo mau cari Lintang, lo cari ke belakang lemari dia ada disana." Bisik Guntur.

"Wokeh, makasih anak ganteng." Jawab Elzi sambil mengelus kepala Guntur.

Elzi sudah seperti kakak perempuan bagi Guntur, dia sama seperti Lintang selalu ada disaat dirinya butuh.

"DOARRRR KETEMU." Elzi mengagetkan Lintang.

"Astagfirullah setan, ehh ezi ada perlu apa kamu kesini hmm." Tanya Lintang dengan gugup.

"Kamu kamu, heh duit nasi goreng gue mana balikin, ngambil gak bilang-bilang. Untung yang makan adek gue kalo lo udah gue pinta ganti rugi dua kali lipat." Ujar Elzi marah.

"Buset jahat bener calon bini."

Lintang pun dengan terpaksa mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.

"Nah gitu dong, yaudah gue balik ke kelas dulu nanti pulang tunggu di depan gerbang ok," Ujar Elzi dengan tidak tau diri, "Gun gue ke kelas dulu ya, kalau tu curut apa-apain lo panggil gue aja ok, bye bye anak ganteng." Lanjut Elzi.

Guntur hanya merespon dengan jempol yang di acungkan.

"Tu bocah baiknya cuman sama lo doang, kalo sama gue udah kaya preman pasar."

"Sabar nanti juga kalo udah halal mah beda lagi." Ucap Guntur asal dan langsung meninggalkan Lintang.

"Maksud lo apa? eh mau kemana lo main ninggalin aja tu bocah." Monolog Lintang.

Waktu istirahat sudah habis semua siswa berlarian untuk masuk ke kelas masing-masing. Tapi tidak dengan Gentar ia malah berada di taman belakang sekolah yang jarang di kunjungi oleh warga sekolah.

"Dek ayo sini tangkap, hahaha hahaha." Teriak Guntur kecil yang tengah berlarian di lapangan.

"Abang jahat, awas ya nanti kalo ke tangkap sama adek, abang harus gantiin perahu-perahuan adek."

Gentar kecil berlari mengejar sang kakak, ia kesal karena perahu-perahuan yang ia buat di injak oleh kakaknya.

Kenangan sederhana yang melintas di kepala Gentar membuat dirinya tersenyum. Jika mengingat itu, Rasanya ia ingin kembali ke masa lalu, selalu ada di sisi sang kakak adalah hal yang menyenangkan bagi Gentar.

'Andai kejadian itu tidak terjadi.' Batin Gentar.

"Hayo mikirin apaan, sampe senyum-senyum sendiri kaya gitu. Di kira orang gila, baru tau rasa lo."

Gentar menoleh ke arah sumber suara, dirinya kaget kanapa dia bisa ada di sini padahal bel masuk sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

"Ngapain lo kesini, mau bolos juga?"

"Iyalah emang mau ngapain lagi, males gue kalo bagian pelajaran ekonomi. Percuma ikut duduk di kelaspun gak bakalan faham."

"Bendahara kelas kok kelakuannya kaya berandalan."

"Kalo gue berandalan, lo apaan dong? preman? Begal? atau pedofil." Ucap citra sambil menaik turunkan alisnya.

"Lo kira gue om om hotel!" Kesal Gentar.
   
"Lo belom jawab pertanyaan gue, tadi senyum-senyum sendiri kenapa?"

TWO ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang