7. Fight for you

476 72 4
                                    

"Kan belum satu hari Jung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kan belum satu hari Jung..."

Tengkuk Jungwon kemudian ditarik pelan. Wajah Riki perlahan mengikis jarak, balas kecupan Jungwon tepat dibibir.

Hanya menempel sebentar, Jungwon pejamkan matanya erat sampai timbul kerutan. Dada nya berdentum keras macam gendang ditabu-tabu. Rasa tidak ada lagi yang menempel di bibir Jungwon beranikan untuk buka mata.

Harapannya wajah Riki sudah menjauh dan tidak sedekat tadi. Tapi pupus ketika sepasang mata monolid tajam itu masih menatapnya. Kaki Jungwon sudah seperti meleleh menyatu dengan kasur. Berlebihan tapi memang begitu adanya.

Jungwon tak mampu mundur bahkan ketika tubuhnya nya memberi peringatan untuk mundur. Tangan Riki yang besar ditengkuk Jungwon membuat nya tak bisa bergeming.

Yang Jungwon lihat kali terakhir adalah Riki memejamkan kedua matanya dan menyatukan bilah bibir mereka kembali.

Pangutan lembut membuai Jungwon, membuka sedikit bibir nya ikuti irama yang dibuat oleh Riki.

Ada hal yang ternyata lebih manis dan candu daripada permen jelly.

Riki berhenti ketika suara gedoran pintu kamarnya terdengar nyaring dan tak sabaran. Hanya ditatap tanpa niat membukakan pintu.

"Kenapa ga dibukain?" Jungwon berbisik pelan. Dorong tubuh Riki agar setidaknya menjauh sedikit. Sebab jantung nya berdebar keras takut kalau kedengaran.

Riki mengedik acuh, memang tidak ada niat membukakan pintu. "ga usah lah engga penting".

Jungwon mengernyitkan dahi sejenak lepas itu mengangguk pelan, iyakan saja apa yang Riki bilang.

"RIKI!!"

Suara seorang pria terdengar dari balik pintu kamar. Ada nada marah dan ketus pada suara yang memanggil nama Riki itu.

Jungwon lantas menoleh tatap Riki dengan air muka penuh tanya.

"RIKI BUKA PINTUNYA!!"

Riki balas tatapan Jungwon seraya tersenyum kecut. Ulurkan tangan nya, "kamu mau pulang?".

Jungwon termangu pandangi wajah Riki lepas itu bergulir pada uluran tangan yang menggantung di udara.

Kemudian Jungwon mengangguk, paham mungkin saja sesuatu yang dia tidak tahu telah terjadi. Sambut uluran Riki dan menggenggam tangan pemuda ini dengan hangat.

Pun Jungwon sadar ketika tangan nya dengan Riki saling bertaut selalu akan ada kejadian yang mengejutkan. Seolah tautan mereka adalah alarm bahwa sesuatu yang buruk bakal terjadi.

Gedoran dipintu kamar Riki kembali berbunyi semakin keras dan tak sabaran. Jungwon diam-diam mengerut tak senang.

Riki buka pintu kamarnya. Ada seorang pria paruh baya yang Jungwon ingat adalah ayah Riki.

SAGE GREEN! (Nikwon) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang