"Kamu engga bilang jalan nya gunung begini", Jungwon menggerutu sambil menapaki jalan dengan hati-hati.
Posisi Jungwon di depan, seperti memandu jalan menuju taman sementara Riki tepat dibelakang Jungwon sengaja supaya kalau Jungwon terjatuh dia bisa menangkap pemuda ramping tersebut.
"Iya aku lupa kasih tau, tapi gunung nya cuma sebentar kok habis satu kelokan lagi jalan nya sudah lurus"
"Beneran ya"
"Iya"
"Awas kalau bohong"
"Kalau bohong kenapa?"
Jungwon menoleh sejenak untuk melihat Riki. Sudah dia tebak, Riki pasti sedang pasang wajah jahil. Sahabat nya ini memang suka menggoda. Jungwon mendelik lucu, "kalau bohong..."
"..."
"Kalau bohong aku minta gendong nanti waktu balik ke griya hijau"
Kini gantian Jungwon pasang wajah jahil. Alis nya di naik turunkan menggoda Riki.
Pemuda bersuara berat ini tertawa geli. Dia kalah telak kalau begitu ceritanya. Menggendong Jungwon melewati jalan bergunung– dua anak muda cari mati.
Keduanya lantas kembali menapaki jalan kecil menuju taman. Gelak tawa masih terdengar lalu kemudian mulai menyurut perlahan-lahan.
"Kalau bener habis ini jalan lurus jadi pacar ku ya sehari", Riki bercelatuk. Niat nya bercanda tapi Jungwon mendadak berhenti berjalan.
Riki ikut berhenti menatap punggung sahabatnya itu dengan wajah heran, "Jung??", panggil nya.
Deru nafas Jungwon yang memburu sebab menapaki jalanan bergunung terdengar nyaring ditelinga nya. Adrenalin Jungwon berpacu, ulu hatinya terasa geli diiringi oleh debaran jantung yang menggila.
"Apasih", Jungwon menyahut tanpa berbalik memandang Riki.
Riki cekikikan setelah mendengar jawaban ketus dari Jungwon. Padahal dia hanya bercanda dan tidak berharap reaksi Jungwon akan seperti ini. Biar begitu Riki tetap mengekori Jungwon menapaki jalan kecil menuju taman.
'^^^'
Jalan setapak yang tadinya kecil semakin ditapaki semakin membesar. Alur yang panjang dengan rumput-rumput tipis dipinggiran. Tanah kuning membentang melintang luas melewati ujung bukit hijau.
Angin bertiup dua kali lebih kencang. Helai rambut Jungwon dan Riki berterbangan nyaris mengganggu penglihatan.
Jungwon terpaku. Bukan karena rerumputan yang hijau tapi karena sebuah rasa yang menggelitik ulu hati. Lepas, bebas, tidak ada rasa sesak yang bercokol didada atau bergelayut dipunggung nya. Jungwon pejamkan kedua matanya sejenak. Menikmati hembusan angin, bau kebebasan dan udara segar yang seolah membawa sejuk kedalam hati dan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGE GREEN! (Nikwon) (END)
FanfictionJungwon kembali ke desa kecil tempat dulu dia bertemu Riki, -teman masa kecilnya. Jungwon tidak pernah membayangkan bahwa cinta-cintaan konyol nya dahulu ternyata masih ada disini. Tertinggal bersama memori lama masa kanak-kanak nya dan tentu saja...