9. Runaway

379 75 0
                                    

Telur gulung warna kuning jadi keliatan bagus diatas rumput hijau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Telur gulung warna kuning jadi keliatan bagus diatas rumput hijau. Macam bunga matahari kecil-kecil yang dulu Jungwon suka petik. Angin berhembus semilir semilir, bawa udara sejuk ketempat sekarang mereka diami. Dibawah pohon willow diatas bukti yang waktu itu mereka kunjungi.

Sambil mengunyah Jungwon pandangi Riki dengan serius, hingga pemuda itu sadar bahwa antensi Jungwon sepenuhnya ada padanya.

"Kenapa?", tanya nya setelah menelan makanan di dalam mulut.

Alis Jungwon bertaut, meruncing kebawah. Jungwon adalah anak muda yang cukup sensitif pada pendidikan. Tahu Riki keluar dari sekolah semudah itu membuatnya gatal ingin berceramah panjang.

"Kenapa gampang banget keluar sekolah?"

Riki mengedikan bahu, nampak acuh. Ketimbang membalas sahabatnya itu dia pilih kembali menciduk satu telur gulung kemudian dilahap.

Manik kucing Jungwon berotasi jengah. Tidakkah Riki dengar nada ucapannya tadi cukup terdengar dingin?. Jungwon berdecak malas, buru-buru dia bereskan bekal makan.

"Mau kemana?", Riki bertanya heran, keningnya berkerut seraya menahan lengan Jungwon yang sibuk membereskan bekal makan.

"Mau aku ambil lagi, inikan bekal untuk anak sekolah. Kamu kan sekarang bukan anak sekolah"

Dengar penuturan Jungwon barusan membuat Riki mau tidak mau berakhir menggigit ujung sumpitnya. Sepersekian detik dia lihat Jungwon akan bangkit berdiri Riki lekas menarik pundak sahabatnya itu agar kembali duduk.

"Kamu ga seneng aku keluar dari sekolah ya?"

Jungwon lirik sinis, "pertanyaan mu, apa ga ada yang lain? Iyalah aku engga suka nanti kamu mau kerja dimana kalau engga sekolah?"

Riki terlihat berpikir, terpampang jelas pada alis nya dan kerutan di kening. Dia lantas manggut-manggut paham, "iya juga ya..."

Bibir Jungwon terbuka kehilangan kata-kata, dia tepuk jidatnya pelan. Seolah masalah Riki sulit untuk dapat kerja adalah masalah dia juga.

"Oh! Aku tau! Nanti aku kerja di kebun jeruk aja kaya biasa simpel", ucap Riki riang lalu cepat-cepat kembali membuka bekal yang tadi sudah Jungwon rapikan kedalam tas.

Melahap kembali telur gulung dan nasi gulung berselimut rumput laut kering itu.

"Aku sih engga mau nikah sama petani jeruk", Jungwon bercelatuk kemudian. Sembari menekuk lututnya, tatap jauh pemandangan rumah-rumah kayu dari atas bukit.

Riki lalu tertawa geli, semakin keras tawa nya hingga tersedak telur gulung yang sedang dikunyah.

Sementara Jungwon menatap Riki dengan raut 'apa yang lucu?'. Rasa kesal yang tadi hinggap seolah kembali. Ingin rasanya
Jungwon dorong Riki ke aliran air kotor yang tadi mereka lewati.

"Kenapa sih?", ketus nya sebab Riki tidak juga berhenti tertawa bahkan setelah tersedak.

Riki menggeleng keras, berusaha menghentikan tawa nya. Mengatur nafas agar kembali normal. "Memang nya kita bakal nikah? Yang petani kan aku bukan kamu".

Daun telinga Jungwon memerah. Gelagapan sendiri dengar ucapan Riki. Lidah Jungwon kelu, niat mau membalas ucapan Riki tertahan dipangkal tenggorokan.

"Bilang a huruf besar!", Riki kemudian menyodor sepotong gimmbap kehadapan wajah Jungwon.

Pemuda Yang melirik Riki melalui ekor mata. Tadinya mau diam saja sampai perutnya mengoceh menimbulkan suara.

Sontak Riki kembali tertawa. Gimmbap yang menggantung dihadapan wajah Jungwon bergetar sebab yang pegang sumpit sedang asik menahan perutnya yang terkocok.

"AAAAA..."

Sepotong gimmbap mendarat dengan mulus diatas lidah Jungwon.

"Enak??"

Jungwon berdecih pelan, kini berputar sepenuh nya berhadapan dengan Riki. "Iyalah enak, nenek yang buat"

"Nanti kalau engga mau nikah sama petani kamu cari yang punya perusahaan aja"

Suap sepotong gimmbap lagi kedalam mulut. Lirik Jungwon dari sela poni yang menggantung menutupi mata.

Jungwon menunduk, lalu bilang "AAAA...",  minta disuapi lagi.

Sepotong telur gulung mendarat lagi dengan mulus kedalam mulut Jungwon. Sambil mengunyah Jungwon rapatkan hoodie tak lupa tangan dia masukan ke dalam kantung yang ada dibagian depan.

"Engga kok, aku mau nikah sama petani jeruk"

Sejujurnya Jungwon berdebar tapi karena Riki tidak mengatakan apapun lagi dia jadi punya waktu untuk meredam debaran jantung.

Suara jangkrik, aliran air, suara angin dari daun-daun yang goyang mengisi kekosongan dua anak adam yang khidmat menikmati makan siang.

Jungwon pandangi Riki yang asik mengunyah sambil memandangi kehidupan dibawah bukit. Tidak ada lagi obrolan, hanya mengikis waktu sampai langit menguning. Sambil menyesap rasa gurih dari bekal yang Jungwon bawa.

Menit-menit berlalu terlintas dipikiran Jungwon tentang satu hal. Akan kah pemuda itu marah kalau Jungwon mengaku akan pergi dan tak kembali kemari?.

"Riki..."

"Hmm...?"

Jarak yang lama Jungwon ciptakan. Sahabatnya itu menunggu lanjutan dari ucapannya. Namun, Jungwon tak sampai hati untuk mengatakan ini. Dia belum siap, tapi Riki menunggu Jungwon mengatakannya.

Kalau Riki marah dan Jungwon telah pergi–

"Ju kenapa?"

"Em?? Oh–"

Jadi Jungwon putar otak. Bagaimana kalau tidak ada perpisahan?.

"Riki ikut aku aja, pergi dari sini"

"Riki ikut aku aja, pergi dari sini"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SAGE GREEN! (Nikwon) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang