Pengorbanan

270 3 0
                                    

Gian

Sudah 2 minggu lebih aku mencoba menghibur Yasmin , dia sering sekali tidak masuk kerja . Aku mengetahuinya saat aku mencoba menemuinya ditoko buku namun dia tidak ada, dan temannya berkata bahwa dia minggu minggu ini jarang masuk. Sering kali aku mengunjungi rumahnya untuk sekedar menghibur namun dia hanya diam saja, aku sangat kasihan terhadapnya. Gadis seperti dia pasti masih sangat rapuh hatinya, terlebih dia sangat menyayangi Ibunya. Suatu hari aku kerumahnya aku melihatnya masih memasang wajah sedih. Aku sebenarnya ingin tiap hari mengunjunginya tapi aku benar benar sibuk dikantor jadi aku memanfaatkan waktu luangku untuk Yasmin.

"Apa kabar Yasmin , maaf aku mengganggu, dan masuk kekamarmu tanpa izin karna dari tadi aku mengetuk pintu kamu tidak membukanya". Kataku

"Ada apa mas Gian". Jawabnya pelan

"Yasmin apa yg terjadi sama kamu, demi apapun aku ga sanggup lihat kamu begini, Kamu harus kuat Yas tegar setiap orang yang hidup suatu saat bakal mati. Aku sangat mengerti keadaanmu Yasmin. Aku ingin kamu ceria lagi". Aku memandang wajahnya dengan serius namun dia tetap memandangi tembok sambil menggigit jarinya

"Yasmin kangen ibu". Ucapnya singkat .
Aku tau saat itu Yasmin sedang menahan air matanya agar tidak jatuh terlihat sekali matanya mulai berkaca-kaca namun tidak menangis.

"Yasmin ingin kemakan ibu?".

Dia mengangguk dan mulai mandi aku menunggunya diruang tamu . Setengah jam menunggu akhirnya aku dan Yasmin berangkat ke makam ibunya Yasmin.

Didalam mobil

"Apakah Yasmin bakal terus berduka? Apakah Yasmin tidak ingin menunjukan kepada ibu bahwa Yasmin adalah gadis yang sabar kuat serta mandiri. Jika Yasmin ingin menunjukannya , Yasmin harus berubah . Ibu Yasmin tidak bakal tenang disana kalo Yasmin begini. Jika Yasmin menyayangi ibu Yasmin hanya cukup memberinya doa setiap hari. Ibu pasti bakal bahagia dialam sana jika Yasmin tersenyum". Jelasku panjang lebar entah didengar atau tidak kata kataku ini, karna dia hanya melamun

"Iya mas Gian, terimakasih mas sudah menemani Yasmin bertemu ibu dimakam. Yasmin ingin kembali normal demi Ibu".

Akupun tersenyum mendengar perkataannya . Dan kemudian sampailah kami kemakam Ibu Yasmin , dan Yasmin berlutut disampingnya diikuti aku dan Yasmin mulai mengusap batu nisan , kali ini dia tidak menangis lagi mungkin karna kata-kataku atau mungkin lagi dia sudah lelah untuk menangis. Aku dan Yasmin mulai membacakan kalimat suci , sebelum pulang Yasmin dan aku membersihkan makan itu lalu menaburkan bunga yang aku beli dipinggir jalan. Sesudah itu kami pulang.

Didalam mobil aku melirik jam tanganku menunjukan pukul 2 siang dan aku merasakan perutku lapar aku ingat kalau pagi tadi aku hanya sarapan selembar roti. Yasmin juga belum makan siang apa mungkin dari pagi dia belum makan melihat tubuhnya yg kelihatan lemas dan makin kurus setelah ibunya meninggal.
"Uh sungguh gadis yg malang". Batinku

"Yasmin kita makan siang bareng yaa, Aku lapar".

"Iya terserah mas".

Aku mengajak Yasmin kesebuah warung makan sunda karna aku memang biasa makan disitu. Kamipun masuk dan memesan makanan . Aku sengaja memesan lauk yg banyak dan aku berharap Yasmin menghabiskan semuanya.

Pelayan datang membawa seluruh makanan kami, kami pun mulai makan. Aku melihat Yasmin makan dengan lahapnya dan aku bahagia. Dengan sekejap saja makanan itu habis , aku tersenyum puas. Kamipun bergegas pulang aku mengantar Yasmin kerumahnya. Setibanya dirumah aku melihat sosok laki lagi berbadan tegap dan kekar kamipun turun dari mobil .

"Bapak!!". Yasmin berlari bahagia melihat ayahnya pulang dan dia memeluk ayahnya

Aku masih diam disamping mobilku . Kemudian terdengar kesal sekali ayahnya dan memaksa Yasmin melepaskan pelukannya.

Broken heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang