Alana saat ini berada dikamar Apartemen miliknya. Oh tidak, maksudnya, Apartemen yang dibeli menggunakan uang milik Louis. Jadi saat ini, tentu saja Apartemen itu adalah hak milik Louis.
Kamar yang ditempatinya terlihat berantakan dengan banyaknya barang yang berserakan dilantai. Sprei pun sudah tidak lagi terpasang sempurna dikasurnya.
Wanita yang kini sudah memasuki usia 32 tahun itu tampak menggigiti kuku jarinya sendiri. Wajahnya menggelap dengan alis menukik tajam.
"Tidak mungkin 'kan jika Louis menjebakku?" gumamnya.
Kakinya melangkah mondar-mandir sambil otaknya berfikir keras. Semalam, dia ingat diantar oleh seseorang yang mengaku sebagai bawahan Louis yang bernama Quill.
Quill mengantarnya menuju kamar yang diyakininya adalah Kamar yang dipesan oleh Louis untuknya. Dan setelah itu, Alana melakukan ... melakukan ...
Alana menutup wajahnya yang frustasi dan berhenti melangkah. Seketika dia menjambak rambutnua dengan kuat. Tingkahnya persis seperti orang gila.
"Apa mungkin Quill bukanlah orang suruhan Louis? Mungkinkah dia adalah orang suruhan Isabella?" Mata Alana seketika melotot lebar saat memikirkan kemungkinan tersebut.
"Isabella dendam padaku dan menjebakku seperti ini? Lalu pria yang menghabiskan malam denganku itu, bisa jadi dia adalah kaki tangan Isabella juga. Pria itu beraktimg seolah-olah tidak mengetahui semuanya. Benar begitu?" Alana masih asik dengan pemikirannya sendiri.
"Jadi, beginikah cara Isabella membalasku?" Alana berdecak sinis. "Sampah sekali rencananya. Sangat mudah ditebak."
Jika memang yang semalam adalah rencana Isabella, maka Alana akan membalasnya. Wanita muda itu merasa sangat mudah untuk membalas Isabella dan menghancurkannya.
"Baiklah, Bella, akan kubalas perbuatanmu ini."
***
Isabella menunda urusannya di Berlin dan memilih untuk terbang ke Italia demi menemui Elleza. Sebenarnya, hari ini dia juga ada Meeting dengan beberapa Perusahaan Kain untuk kebutuhan Butiknya, tapi pertemuan itu akan diwakilkan oleh Sekertarisnya nanti.
Perjalanan dari Berlin menuju Milan memakan waktu rata-rata 1 jam 45 menit menggunakan Jet Pribadi milik Ayahnya. Saat Jet sudah mendarat, dan Isabella keluar dari sana dengan beberapa pengawal utusan Louis, sekitar lima orang pria kekar berpakaian hitam segera menghampirinya.
Isabella tebak, itu adalah orang suruhan Elleza. Isabella sempat memberitahu kedatangannya yang tiba-tiba ini pada Sahabatnya tersebut.
"Selamat datang, Nona Isabella." orang yang Isabella kenali sebagai ketua dari beberapa Pria tadi membungkuk sedikit dan menyapa Isabella dengan sopan.
"Hey, Paman Alex, lama tak berjumpa."
Pria bernama Alex itu tersenyum sedikit saat Isabella yang ternyata masih mengingatnya. Tak heran, sudah sangat lama Isabella tak bermain di Italia semenjak menikah dan memiliki anak. Apalagi dua orang anaknya sudah beranjak remaja. Jadi Alex sedikit tersanjung saat Isabella masih mengingatnya.
"Anda masih mengingat saya, Nona."
Isabella tersenyum manis. "Tentu saja, mana mungkin aku melupakanmu."
Jadilah mereka berdua mengobrol. Alex tak mengurangi kesopanannya saat menanggapi segala ucapan dan pertanyaan yang Isabella ajukan padanya.
"Hey, bukankah ini jalan menuju Palermo?" tanya Isabella seraya menatap pemandangan lewat kaca Mobil.
"Apa Nona Elleza belum memberitahu Nona tentang kepindahannya?" Alex balik bertanya.
"Tidak, Elleza tidak mengatakan apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE; Rebirth Of The Villaines || END
FantasyLouis merupakan seorang antagonis dalam ceritanya sendiri. Dia dengan tega menelantarkan Istrinya, Isabella, beserta anak-anaknya dan mengkhianati mereka. Seharusnya, dia sudah mati dalam kecelakaan setelah memergoki selingkuhannya menjalin kasih de...