LATISHA SAFIRA | 1.0
"Jika bukan kamu, rasanya tidak akan se-kecewa ini."
--
*Flashback On*
Author POV
"Tishaaa! Bangun sayang," panggil Amanda—Ibu Tisha dari dapur. Walaupun Amanda tahu kalau anak perempuannya itu akan sulit untuk bangun tapi tetap saja dilakukan. Hingga selesai merapikan menu sarapan di meja, Tisha belum menampakkan batang hidungnya, membuat wanita paruh baya itu mendecak gemas.
Memasuki kamar Tisha, melihat seorang gadis yang masih bergelung dalam selimut hangatnya. Amanda berjalan menuju arah jendela untuk membuka gorden, agar udara dingin pagi bisa dirasakan oleh anak perempuan satu-satunya itu. "Tishaaa, kalau gak bangun sekarang, Ibu marah ni." Amanda sudah membuka selimut yang menyelimuti tubuh Tisha, namun gadis itu masih saja terlelap.
"Tisha, katanya sekarang ada ulangan harian matematika. Ntar kalau telat kena omel Pak Awal," mendengar nama Pak Awal, Tisha dengan otomatis langsung terbangun, sembari megucek matanya. "Bangun! Mandi, sholat terus keluar sarapan." Amanda menarik tangan Tisha untuk bangun dan menyuruhnya untuk ke kamar mandi.
"Anak gadis tapi susah banget buat bangun pagi," keluh Amanda seraya merapikan tempat tidur anak gadisnya itu.
--
Selepas Ashar, Tisha mendatangi Kalandra—pacar Tisha beberapa bulan ini. Tisha dapat melihat Kala yang masih bermain futsal, sedangkan dirinya memilih untuk duduk dibangku yang ada di luar lapangan. Melihat Kala yang tersenyum ke arahnya saat menyadari bahwa Tisha sudah datang. Tisha membalas senyum itu seraya melambaikan tangan. Tisha membuka ponselnya selagi menunggu Kala selesai bermain.
Tak lama kemudian, Kala menghampirinya dengan sepatu futsal yang sudah terlepas dan lelaki itu sudah mengenakan sendal berwarna hitam. "Maaf ya, kamu jadi lama nunggunya," ucap Kala sembari duduk di sebelah Tisha. Wanita itu memasukkan ponselnya ke dalam sling bag yang ia kenakan. "Gapapa, Lan. Gimana, udah selesai mainnya?" Kalandra mengangguk lalu menyapa temannya yang datang ke arah mereka. "Widih disamperin nih," Kala dan Tisha hanya bisa tersenyum. "Gue nitip beliin minum dong buat cewek gue, sekalian buat kalian juga." Kala mengeluarkan beberapa lembar dari dompetnya. "Tunggu bentar ye, thank you loh atas traktirannya," ucap teman Kala.
Kala menatap Tisha, "kenapa diam? Biasanya juga cerewet." Tisha membenarkan letak kacamatanya. "Teman kamu pada ngelihat ke sini," mata Tisha menatap ke arah teman-teman Kala yang melihat ke arah mereka. Kala pun mengikuti arah pandang wanita itu. "Gak usah malu, mereka tuh teman-teman aku. Santai aja," jelas Kala.
"Aku pinjem HP kamu, boleh?" Tisha memandang Kala yang tengah menatapnya. "Buat?" tanya Tisha, tapi tak urung ia sudah mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Kala. "nyari tugas bentar, aku lupa kalau tugasnya mesti dikumpulin besok," keluh Kala.
"kebiasaan deh," sembari Kala menggunakan ponselnya, Tisha menyentuh dahi Kala yang ditempeli plaster luka. "ini dahinya kenapa?" Kala mendongak dan memegang dahi yang tadi dipegang oleh Tisha. "jerawat, Sha. Biasalah abis makan kacang kemarin malam, eh malah tumbuh jerawatnya tadi pagi," tidak lupa dengan tawa yang mengiringi, selalu seperti itu. Tisha tersenyum, "udah tahu alergi, tapi tetap aja masih dimakan," omel Tisha. "Ya, gimana Sha, disuguhinnya itu. Kalau gak dimakan kan sayang," Tisha hanya bisa menggeleng-geleng.
"Ini minumnya, Kal." Teman Kala yang tadi menghampiri mereka. "Thanks ya," ucap Kala dan Tisha hanya mengangguk tanda terimakasih pada teman Kala.
Tanpa menunggu Tisha meminta, Kala sudah terlebih dahulu membukakan tutup botol minuman milik Tisha, dan menyerahkannya pada Tisha untuk diminum. "Makasi, Lan." Tisha tersenyum seraya menerima botol minuman itu. "Kembali kasih sayang," Kala juga meminum minuman yang sudah ia beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF IT'S NOT YOU
قصص عامةDia baik, hingga aku tidak memiliki alasan untuk membencinya. Sekalipun alasanku terluka adalah; dia. Banyak kenangan manis yang terjadi, sekalipun yang pahit justru saat ini masih menghancurkanku. Namun, tetap saja aku tidak bisa membencinya. Dia...