DIA PERGI | 4.0"Belum sempat ku bahagiakan dia, dia lebih memilih menyerah. Meninggalkanku yang tak yakin; bisakah aku tanpannya?"
--
*Flashback On*
Author POV
Amanda, perempuan paruh baya yang kini sudah memiliki 2 orang anak bernama Andra dan Tisha. Tak lupa juga suami yang begitu menyayanginya; Arman. Laki-laki yang sudah menemani Amanda sudah hampir 28 tahun lamanya. Laki-laki yang tegas namun begitu penyabar bila sudah berhadapan dengan Amanda maupun anak-anaknya.
2 tahun terakhir, Amanda memang tidak sepenuhnya sehat. Namun, dirinya berusaha untuk tetap terlihat sehat dan kuat di hadapan Andra dan kedua anak-anaknya. Amanda didiagnosis mengalami penyakit diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi. Penyakit ini diketahui saat Tisha kelas 10 semester 2. Saat itu sakit kepala Amanda tidak berkurang, karena selama ini Amanda memang memiliki riwayat penyakit darah tinggi, sehingga apabila penyakit itu kambuh, sakit kepala bagian tengkuk akan dirasakannya.
Namun, hingga seminggu lamanya sakit kepala itu tidak berkurang, bahkan lebih parah. Sampai akhirnya selepas maghrib Amanda dibawa ke rumah sakit karena dirinya sudah tidak tahan menahan rasa sakit yang begitu menusuk.
Setibanya di UGD waktu itu, sedikitpun Tisha tidak ingin berjauhan dengan Amanda. Gadis yang saat itu masih kelas 10 senantiasa duduk di samping Amanda, menggenggam tangan wanita sedikit bernapas lega setelah diberikan obat sehingga sakit kepalanya sedikit berkurang. "Ibu gapapa, Sha. Jangan nangis lagi," ucap Amanda berusaha menenangkan Tisha. Mengelus tangan Tisha yang menggenggam tangannya. "Ibu harus sembuh, cepat-cepat pulang dari rumah sakit, Tisha gak suka di sini," Amanda mengangguk dan tersenyum. Bahkan wanita itu masih bisa tersenyum di saat wajahnya sudah begitu pucat. "Ya, Ibu juga mau cepat-cepat keluar dari sini," selanjutnya Tisha hanya mencium tangan Amanda, enggan melepaskannya.
Amanda di rumah sakit selama 3 hari, dan saat itu juga dirinya baru mengetahui kalau ada penyakit penyerta selain darah tinggi yang dialaminya; diabetes melitus tipe 2. Penyakit kencing manis yang biasanya lebih terkenal di masyarakat. Penyakit yang juga mengharuskannya untuk suntik insulin setiap sebelum makan dan meminum obat seumur hidup. Tisha yang saat itu belum mengerti tentang penyakit itu hanya bisa mendengarkan, dirinya juga diajari bagaimana cara untuk suntik insulin yang harus ia lakukan pada Amanda.
Sesampainya di rumah, Tisha langsung meminta Amanda untuk istirahat, jadwal untuk kontrol selanjutnya adalah minggu depan. Setelah membantu Amanda untuk berbaring, Tisha duduk di samping Amanda. "Ibu makan, ya? Tisha buatin bubur," tanya Tisha menatap Amanda yang saat ini wajahnya sudah tidak pucat lagi. "Boleh, emang Tisha bisa?" ragu Amanda sedikit ingin mencairkan suasana yang agaknya tegang.
"Bisa, Ibu. Jangan ragukan Tisha, ya. Ibu tunggu sebentar, Tisha buatin." Amanda menggangguk, Tisha meninggalkan Amanda untuk menuju dapur. Berkutat di ruang yang biasanya Amanda berdiri di sana, tapi kini Tisha yang mengambil alih. Berbekal resep dari youtube, dirinya membuat bubur sederhana yang membutuhkan waktu hampir 30 menit lamanya. Lauknya kali ini hanya telur rebus yang menemani bubur buatan Tisha.
Melihat Amanda yang tertidur, Tisha membiarkan Ibunya beristirahat lebih dulu. Sebelum nanti siang ia bangunkan untuk makan. Selama masa pemulihan, sedikitpun Tisha tidak meninggalkan Amanda, sementara Andra dan Arman pergi bekerja maka Tishalah yang menjaga Amanda. Mulai dari membantu untuk Amanda mandi, hingga memberi makan. Tisha berada di samping Amanda, memastikan wanita itu pulih dengan baik.
--
Sekarang Tisha sudah kembali bersekolah, keadaan Amanda sudah pulih dan sudah bisa beraktifitas seperti biasa. Hanya saja tidak boleh melakukan pekerjaan berat, dan tidak boleh terlalu lelah, karena akan membuat tensinya akan meningkat. Sebelum berangkat, Tisha akan menyuntik insulin dulu pada Amanda dan menyiapkan obat untuk diminum Amanda. Begitupun pulang sekolah, dan malam harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF IT'S NOT YOU
Ficción GeneralDia baik, hingga aku tidak memiliki alasan untuk membencinya. Sekalipun alasanku terluka adalah; dia. Banyak kenangan manis yang terjadi, sekalipun yang pahit justru saat ini masih menghancurkanku. Namun, tetap saja aku tidak bisa membencinya. Dia...