MAAFKAN AKU | 3.0
"Tidak bermaksud egois, hanya saja ada hati lain yang harus ku prioritaskan sebelum diriku sendiri."
--
*Flashback On*
Author POV
Tisha keluar dari apotek setelah lebih dulu membeli salep alergi untuknya. Kemarin dirinya baru saja habis dari dokter untuk memeriksakan kulitnya yang merah dan terasa panas bila di sentuh. Ternyata terjadi infeksi di kulitnya, sehingga diberikan resep berupa salep. Setelah itu Tisha menuju salah satu cafe untuk menemui Kala. Sudah hampir satu minggu dirinya belum bertemu dengan Kala, alasannya yaitu karena kesibukan masing-masing. Tisha yang tengah ada persiapan foto angkatan sehingga selama beberapa hari kemarin ia selalu pulang sore untuk mempersiapkan semuanya. Sedangkan Kala juga sibuk mempersiapkan diri untuk tes masuk polisi, salah satu cita-cita laki-laki itu yang selalu Tisha dengar.
Tisha lebih dulu sampai di tempat mereka janjian, memilih bangku dengan nomer 4, Tisha duduk di sana yang mengarah langsung ke jalan, agar lebih mudah melihat Kala. Seorang pelayan datang menghampirinya, "mau pesan apa, Kak?" Tisha menoleh, "nanti aja, Mas. Saya masih nunggu dulu."
"Baik, Kak." Setelah itu pelayan tersebut kembali ke meja kasir. Dan tak lama kemudian, Kala datang, menghampiri dan duduk di kursi yang berada di depan Tisha. "Maaf ya, aku telat." Tisha menggeleng, "gapapa, aku juga baru nyampe," Tisha tersenyum, sungguh dirinya merindukan laki-laki itu. Selama seminggu ini, ada beberapa waktu yang membuat mereka tak sempat berbincang lebih lama. Selain karena ketiduran, mereka terlalu sibuk sehingga mengirim pesan hanya untuk mengabari. Sedangkan untuk menceritakan tentang apa yang dilalui hari itu, rasanya tidak sempat. Padahal biasanya sebelum tidur akan ada moment untuk bercerita apa saja yang telah dilalui hari itu, hingga larut malam tak menyurutkan keduanya untuk saling bercerita dan mendengarkan.
"Kamu mau makan apa?" Tanya Tisha sembari melihat menu yang ada. "Kamu aja yang pesanin," balas Kala. Tisha mengangguk kemudian memesan 2 kentang goreng dan 2 jus semangka.
"Kamu gimana foto angkatannya, lancar?" tanya Kala menatap Tisha. Hal yang selalu disukai oleh Tisha; Kala selalu menatapnya seolah mendengar dengan baik setiap cerita yang keluar dari mulutnya. "Lancar, kemarin bagus banget awannya, Lan. Cantik. Terus dapat kapalnya juga yang bersih, jadi fotonya nyaman." Kala mengangguk. "Pulangnya malem dong berarti?"
"Ya, habis isya nyampe sekolah terus pulang," Kala mengelus pipi Tisha, "pasti capek banget, ya? Pipi kamu tirusan," Tisha tersenyum, "kamu jangan bilang gitu ih! Ntar aku makannya jadi lebih banyak kalau kamu ngomong gitu," Kala tertawa melihat wajah Tisha yang kesal, pemandangan yang dirindukan oleh Kala.
"Kamu selalu cantik di mataku, Ay." Semburat merah nampak malu-malu muncul di kedua pipi Tisha. "udah, ah! Kamu mah," dengus Tisha.
Pelayan datang mengantar pesanan mereka. Tisha dan Kala ngobrol, lebih tepatnya Tisha yang menceritakan kegiatannya foto angkatannya kemarin. Kala dengan seksama mendengarkan.
"Eh, Lan. Kemarin ada yang ngechat aku, katanya dia teman kelas kamu. Siapa ya namanya aku lupa," ucap Tisha seraya mengeluarkan ponselnya dan membuka room chat untuk diperlihatkan ke Kala. Kala menerima ponsel yang diberikan Tisha dan membaca isi chat tersebut. "Habis ini jangan dibalas lagi, ya," Tisha mengangguk, "kenapa? Dia benar teman kamu, kan?"
"Ya, benar. Tapi udah kamu gak usah ladenin lagi," Tisha terkekeh, "aduhh, ada yang cemburu nih," goda Tisha yang dibalas dengan cubitan di pipi Tisha yang pelakunya tiada lain tiada bukan adalah Kala. "Ish Alannn! Sakit," ringis Tisha seraya mengelus pipinya.
"Sakit, Sha? Mau aku cium, gak?"
"Ngaco!" Kala puas tertawa melihat raut kesal dari Tisha.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
IF IT'S NOT YOU
Ficção GeralDia baik, hingga aku tidak memiliki alasan untuk membencinya. Sekalipun alasanku terluka adalah; dia. Banyak kenangan manis yang terjadi, sekalipun yang pahit justru saat ini masih menghancurkanku. Namun, tetap saja aku tidak bisa membencinya. Dia...