Selamat Membaca
***
Hari-hari berjalan seperti biasanya, begitu juga dengan hubunganku dan Tzuyu yang terjalan semakin romantis dengan cara kami sendiri. Aku tidak menampik, setiap kali skandal kencan mengudara hujatan demi hujatan selalu kudapatkan. Tapi, aku seakan sudah terbiasa sehingga tanpa perlu menutup mata dan telingapun diri ini masih bisa melakukan segala halnya seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Saat ini, aku sedang berada di dalam pesawat untuk perjalanan menuju New Zealand tempat yang memiliki hubungan khusus denganku, bukan kearah yang romantis melainkan sebagai ikatan batin yang cukup mendalam. Kupandangi suasana yang terlihat dari dalam pesawat, burung-burung berterbangan, dan sinar matahari yang begitu menyilaukan. Aku terdiam cukup lama dengan mata yang tak berkedip.
Kedatanganku ke sini bukan karena pekerjaan, melainkan ada tujuan lain. Ada satu hal yang mengusikku akhir-akhir ini saat beberapa hari lalu ada pesan yang masuk dan hal itu membuatku penasaran.
@ShandyJack: Jennie Kim? Entah kenapa setiap kali melihatmu yang pertama kali terlintas di dalam pikiranku adalah Jackson Kim.
Jackson Kim...
Nama yang sudah tak pernah terdengar oleh dunia sejak 10 tahun lalu. Dan tentu saat mengetahui ada satu orang asing yang mengenali nama itu aku berpikir pasti dirinya mengenal sosok itu.
Sosok yang sebenarnya sudah begitu samar diingatan, tapi begitu meninggalkan lebam yang mendalam di hatiku. Tidak, lebih tepatnya untuk keluargaku. Uri oppa. Jackson Kim, yang namanya sudah sangat dilarang disebutkan. Walau aku tahu, kami mungkin masih dan akan tetap mengingat nama itu selamanya.
Tanpa disadari ada sesuatu yang mengalir bebas di pipiku. Sudah selama itu tapi hanya dengan mengingatnya saja sudah cukup membuat jiwaku terguncang. Kakakku yang begitu malang adalah korban dari keserakahan orang tuaku. Kucoba mengusap air mata ini dengan kasar tapi sekeras apapun usahaku untuk menghilangkannya air mata ini malah semakin bebas berselancar.
Setelah pesawat sudah mendarat, aku yang hanya seorang diri tanpa ditemani siapapun berjalan mencari taxi untuk mengantarkanku ke apartment milik orang tuaku. Pergerakanku sudah seperti ninja yang memiliki keahlian bergerak tanpa diketahui siapapun. Saat mobil ini sudah mengantarkanku di depan komplek apartment dan setelah memberikan sejumlah uang yang harus kubayar, aku terdiam dengan pandangan yang sudah menengadah ke atas melihat lantai apartment yang akan aku tempati.
Langkah kakiku mulai memasuki apartment dimana sebelumnya aku sudah dengan sekuat tenaga menguatkan diriku sendiri. Seperti yang sudah kubayangkan, tempat ini sudah bersih tanpa jejak apapun dari seseorang yang sebelumnya menempati tempat ini. Aku berjalan menyusuri setiap ruangan dan langkah kakiku terhenti di depan pintu kamar yang bertuliskan 'do not disturb'. Tanganku mulai membuka pintu kamar itu, langkah kakiku mulai berjalan perlahan dengan perasaan hati yang sudah tercabik-cabik.
Memasuki ruangan terakhir kakakku semasa hidup tidak semudah yang aku bayangkan. Pada saat baru beberapa langkah saja tubuhku sudah ambruk terduduk dengan tangan yang sudah memukul dadaku karena begitu sesaknya. Dan pada saat itu aku putuskan untuk kembali keluar kamar sesegera mungkin dan duduk di sofa dengan air mata yang lagi-lagi sudah mengalir deras di pipiku yang masih belum mengering dengan benar dan tangan yang masih memukul dada sekencang yang kubisa.
"Oppa!!" jeritku sekencang mungkin.
***
Terlihat langit mulai menampakan kesuramannya dan rintik-rintik hujanpun mulai berjatuhan. Saat ini aku hanya bisa menatap ke arah jendela dengan tatapan mata kosongku, setelah menangis hampir seharian rasanya jiwaku sudah meninggalkan raga ini entah kemana.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MAZE
Short StoryAda sesuatu hal yang harus diluruskan dari segala kesalahpahaman. Bagaimana caramu memandangku, dan bagaimana caraku memandangmu. Sepertinya banyak kesalahpahaman di dalamnya, kan? Cerita asli: babyccima Tanggal pembuatan: 06 Agustus 2022