13

117 21 5
                                    

Selamat Membaca

***

Aku dan Tzuyu kembali terdiam dengan tubuh yang sudah terlentang di atas tempat tidur. Sesekali Tzuyu membelai kepalaku dengan lembut dan itu cukup membuatku bersyukur. Hari ini, aku menceritakan segala hal yang tak pernah bisa aku ungkapkan kepada siapapun, dan untuk pertama kalinya aku bisa membicarakan kakakku dengan seseorang yang aku cintai.

Kehadiran Tzuyu di sini sangat membantu membuat perasaanku jauh lebih baik dari sebelumnya, diapun aku perlihatkan photo semasa kecilku dan juga kakakku yang masih sangat menggemaskan, dan tau apa yang Tzuyu bilang, "Waw, gen itu tidak pernah salah, ya." Sama seperti apa yang diucapkan Shandy tempo hari.

"Pada saat hari itu, itu adalah tahun kedua aku menjalani trainee di YG Ent. Kedua orang tuaku tak memberitahukan kejadian itu dan mereka semua orang di rumah memberitahuku bahwa mereka sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri...

...Hingga suatu waktu, kakakku sudah tak bisa aku hubungi lagi. Dan, kakekku memarahi Mommy dan mengatakan bahwa ia adalah orang tua yang tidak becus mengurus anak. Dan ia berkata bahwa kejadian ini hanya akan mencemarkan nama baik keluarga yang sudah susah payah dibangun oleh kakekku, dan mulai saat itu mereka beranggapan bahwa kepergiannya adalah salah satu hal yang memalukan, maka dari itu sebisa mungkin mereka menyuap siapapun yang pernah terlibat dengannya agar tidak berani membuka mulut."

Pandangan mataku melirik ke arah Shandy yang kini terlihat begitu biasa saja saat mendengar hal itu, "Aku tau kok. Dan, itu adalah salah satu alasan mengapa Jackson begitu benci dengan keterikatan antar manusia yang begitu menjijikan," aku hanya bisa menghembuskan napasku dengan berat saat kembali mengingat hari pertemuanku dengan Shandy.

"Orang dewasa memiliki masalahnya masing-masing. Anak-anak juga memiliki masalahnya sendiri. Tentu masalah mereka bukan apa-apa jika dibandingkan dengan masalah orang dewasa. Lalu, anak-anak belum dewasa yang goyah karena masalah sepele seperti kita ini...

...Harus bersandar di mana saat kita tak memiliki tempat untuk pulang dan mengadu?" ucapku tiba-tiba dengan pandangan mata yang masih lurus ke arah langit-langit kamar.

Tzuyu mengubah posisi tubuhnya menjadi menyamping dengan sebelah tangan yang sudah menopang kepalanya dan sebelah tangan yang lain merangkul pinggangku, "Apa kamu tau? Anak yang dituntut dewasa sejak kecil justru tidak bisa bersikap dewasa saat dirinya sudah benar-benar dewasa...

...Para orang dewasa menyukai anak-anak yang baik dan penurut, tetapi anak-anak justru tidak bisa berkembang di dalam dirinya meskipun tubuhnya terus bertumbuh..." Tzuyu menjeda perkataannya.

Ia kini menatap wajahku dengan senyum tipis di wajah itu, "Orang tuaku juga menganggap aku adalah anak yang baik. Tetapi sebenarnya aku hanya memenuhi harapan mereka saja sejak kecil."

Aku hanya bisa terdiam, menyimak setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Dan, pada kenyataannya perkataan itu sungguh menamparku habis-habisan. Hingga aku berpikir, kekasihku sudah jauh lebih dewasa daripada kelihatannya.

Tzuyu menautkan tangannya, mengusap punggung tanganku dengan lembut, "Terkadang jika kita terlalu sabar semakin banyak hal yang harus dipendam dan akan jadi membusuk...

...Bukankah nanti kita jadi tidak bisa dewasa?"

Aku hanya bisa terdiam, menatap lekat dua bola mata yang sedang menatapku dengan penuh kehangatan dan senyum manis di wajahnya. Ada sesuatu hal yang tiba-tiba saja mengalir di dada dan begitu banyak pertanyaan yang masih belum terjawab hingga saat ini.
Apakah mengakhiri hidup adalah pilihan terbaik dari segala hal yang ada? Dan, hatiku ikut merasakan betapa sakit hatinya bahwa orang yang kita sayangi tak menganggap diri kita sendiri sebagai alasan untuk tetap menjalani hidup.

LOVE MAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang