Rumor

1.7K 170 113
                                    


Disclaimer ~ Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC, Typo

Cerita ini di buat hanya untuk bersenang2 saja.
Don't Like Don't Read

.

.

.

Sekolahku merupakan salah satu sekolah swasta yang cukup populer dan tergolong mahal di kota.
Hanya orang-orang tertentu yang bisa dan mampu masuk ke sini.
Sekolahku berada pada peringkat atas untuk semua hal, terutama dalam nilai akademik.
Banyak anak orang kaya yang mengenyam pendidikan di sini. Namun terdapat pula segelintir siswa yang mendapat beasiswa bersekolah di sini.

Seperti kebanyakan sekolah lainnya. Tentu anak-anak beasiswa tidak luput dari tatapan remeh dan perundungan secara rahasia, tapi terang-terangan diantara siswa yang lain.
Sepertinya sudah menjadi tradisi yang mendarah daging. Dimana kasta tertinggi berhak mengintimidasi kasta terendah. Entah darimana ideologi itu berasal.

Seperti kali ini. Diantara puluhan pasang mata, tidak ada satupun yang berniat menolong seorang siswa beasiswa yang tengah dirundung oleh si golongan atas.
Aku sama sekali tidak tahu namanya. Anak lelaki berperawakan kurus dengan bentuk rambut aneh menyerupai mangkuk terbalik. Ini bukan pertama kali untuknya. Namun tetap saja. Siapa yang akan terbiasa dengan perundungan? Jawabannya tidak ada.

...

Si anak perempuan golongan atas bernama Uzumaki Karin. Berparas cantik memakai kacamata dan berambut merah.
Kau bisa mencium parfum mahal versace bright nya dari radius beberapa meter. Terkadang kupikir dia mandi pakai parfum, bukan air. Karena wanginya terlalu merebak dan malah membuatku mual ingin muntah.
Bau keringat adalah alasannya membully si anak beasiswa yang terpojok saat ini.
Anak lelaki itu rajin sekali berolahraga. Kurasa karena dia berpestasi dalam salah satu bidang atletik. Karin beralasan hidungnya sangat sensitif hingga dialah yang menjadi targetnya setiap pagi.

Dikatai dan sering juga lokernya dipenuhi tinta hitam yang bocor. Herannya aku tidak pernah mendengar ada anak beasiswa yang dirundung melapor pada guru.
Banyak pertimbangan yang tentu harus dipikirkan.
Semakin dipikirkan, semakin kau sadar, bahwa percuma lapor guru. Itu hanya akan memperparah perundunganmu oleh yang lain. Dan guru lebih percaya perkataan anak golongan atas. Miris tapi itulah realitanya.

...

Aku menghela napas. Mau sampai kapan Karin akan meneriaki sambil menunjuk-nunjuk hidung anak beasiswa itu?
Aku sedang belajar dan butuh ketenangan. Namun kelas ini sangat gaduh. Harus ada seseorang yang setidaknya mengambil alih situasi atau berharap bel pelajaran pertama berbunyi.

Tuhan memang adil. Suara pintu bergeser mengalihkan atensi mereka.

Pahlawanku sudah datang rupanya.
Seorang anak laki-laki bermata biru berambut pirang berantakan. Senyumnya secerah mentari dan sikapnya yang luar biasa ceria.

"Ohayouuu!" dengan santainya ia merangkul si anak beasiswa. Mengajak duduk kembali dibangkunya.

Tidak ada protes pun gerutuan. Hanya desah kecewa karena pertunjukan pagi telah usai oleh si netra biru.

Terlihat Karin hanya memutar matanya jengah kembali duduk dengan pengikutnya yang setia mengekori.
Atmosfer kelas berubah tenang.
Syukurlah, aku tidak suka keributan di pagi hari walaupun itu sudah biasa terjadi.

"Angkat kepalamu Lee, jangan biarkan dia terus merisakmu."

Jadi nama anak beasiswa itu adalah Lee? Aku baru tahu hari ini.

School : The Beginning [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang