There's a HELL in 'hello'
There's a LIE in 'believer'
There's an OVER in 'lover'
🍁 anonymous 🍁
Sudah hampir dua minggu Hinata terjebak dalam tidur yang seperti mati.
Wajahnya senantiasa tenang dan damai walaupun masih dalam keadaan koma.Benar. Dia masih terbaring dan dinyatakan koma.
Operasinya berjalan lancar. Akan tetapi, nasib baik hanya memihaknya untuk tetap bertahan hidup. Sementara calon bayinya dengan Naruto, tidak bisa diselamatkan dengan mudah. Mengingat jika Hinata bisa selamat saja adalah sebuah keajaiban.
Bunyi layar monitor yang konstan dan beragam buket bunga memenuhi ruang VIP.
Tak lupa buah-buahan segar, beragam kartu ucapan semoga lekas sehat, tak henti datang membanjiri putri mantan Mega Model tersebut."Sebaiknya segera kembali sebelum penjaga nya siuman."
"Sebentar lagi."
Helaan napas terdengar kembali. Kali ini lebih keras dan berat.
"Aku harus menghapus rekaman CCTV kedatanganmu setelah ini. Lalu memastikan penjaga di luar baik-baik saja. Turuti aku sekali ini saja. Sadarlah Naruto, kau tidak bisa selalu menguasai segalanya. Besok kau bisa menemuinya lagi."Pandangan Naruto memburam oleh air mata yang menggenang.
Ditatapnya wajah damai Hinata lama. Alih-alih langsung keluar, dia mencium kening gadis itu dan bangkit berdiri.Benar kata Paman. Semakin lama dia di sini, semakin repot pamannya nanti. Apalagi penjaga di luar tampaknya sebentar lagi akan sadar.
Tepat saat suara elevator berdenting menutup, di situ lah Kaguya datang dari arah lorong yang berlainan.
Dan kehadiran Naruto, tidak akan pernah ketahuan seperti hari-hari sebelumnya.🍁 School : The Beginning 🍁
"Tunggulah di sini."
Naruto hanya mengangguk mendengar ucapan sang paman. Mobil mereka terparkir di basement, sehingga agak memakan waktu untuk mencapai ke sana.
Sembari menunggu sang paman, pemuda berlensa biru cerah itu duduk di salah satu bangku berpelitur unik. Berwarna putih gading yang tersedia di beberapa titik.
Pandangannya mengarah jauh pada gedung Rumah Sakit di lantai 5. Pada jendela kamar VIP tempat Hinata dirawat inap.
Dadanya sesak tiap kali melihat Hinata yang terbaring tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Sejak insiden itu berlalu, Kaguya melarang keras Naruto berada di sekitar Hinata. Termasuk menjenguk putrinya. Seorang penjaga pribadi bahkan disewa oleh Kaguya; demi memupus keinginan Naruto untuk bertemu dengan Hinata yang masih belum sadar.Akan tetapi, bukan Naruto namanya jika tidak menghalalkan segala cara demi bisa menemui Hinata.
Menyamar jadi petugas kebersihan pernah ia lakoni hingga memberi *Kloroform pada penjaga pribadi sewaan Kaguya."Wah, kebetulan sekali kita bertemu di sini, Uzumaki Naruto. Benar 'bukan?"
Pemuda itu menolehkan wajah. Terperangah dengan sosok gadis serupa Hinata yang muncul di hadapannya.
Pendar ametis menatap tajam, tersungging senyum yang penuh percaya diri.Tidak, bukan.
Itu adalah seringaian."Hinata? Kau... bagaimana mungkin?"
🍁🍁🍁
Sejak kecil, aku lebih sering bermain dan makan dengan para pengasuh di rumah besar kami.
Ayah orang yang sibuk. Pulang ke rumah hanya untuk setor muka. Terlepas dari segudang kesibukannya, ayah adalah orang yang paling mencintai Ibu lebih dari siapapun. Ayah akan selalu punya waktu untuk memantau keadaan Ibu, bahkan saat beliau bepergian ke Luar Negeri untuk pemotretan.
KAMU SEDANG MEMBACA
School : The Beginning [✔️]
Roman pour Adolescents•NaruHina• Klub Membaca kekurangan anggota. Sebagai Ketua Klub yang bertanggung jawab, Hinata pun harus berusaha mendapatkan setidaknya 4 orang lagi untuk mempertahankan klub itu. Namun siapa sangka. Para anggota yang ia rekrut dengan cara nyeleneh...