Her Poison and Antidote

253 67 87
                                    

Cinta seringkali menjadi racun yang mematikan jika dosisnya berlebihan
🍁 School : The Beginning 🍁











Ibarat pepatah lama. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Hal serupa juga rupanya bisa dirasakan oleh Hyuuga Hinata.

Tiga hari bukanlah waktu yang singkat bagi hukuman skorsing. Setidaknya itu jauh lebih baik daripada harus melibatkan wali siswa.
Kurenai-sensei segera bertindak mengetahui berita foto Hinata yang disebar luaskan oleh anonim.
CCTV tidak menangkap secara spesifik siapa pelaku penyebarannya di sekolah tadi malam. Menyisakan satu lagi misteri yang menumpuk di kepala Hinata.

Walaupun merupakan tangan kanan Kaguya, namun Kurenai-sensei tak punya kuasa banyak saat mendebat guru yang lain.
Foto-foto itu bahkan berada di atas setiap meja guru pagi itu.
Kalah telak mengharuskan ia menerima, jika salah satu siswanya harus mendapat konsekuensi atas gambar tak senonoh yang menggemparkan.

Yang terpenting baginya, kabar buruk mengenai foto dan skorsing Hinata, jangan sampai terdengar ke telinga Kaguya.
Bisa terancam posisinya, begitu pula Hinata.




...




Hinata tidak langsung menuju parkiran. Melainkan ke Gymnasium tempat Naruto dan Iruka-sensei berada. Entah apa yang sedang mereka perbincangkan. Gadis itu tidak terlalu ingin tahu.

Kakinya menapak masuk saat Iruka-sensei menyapanya sebelum berlalu.
Memberi kalimat penyemangat atas insiden tadi pagi, hingga akhirnya menyisakan mereka berdua.

Senyum Naruto yang mengembang seolah meruntuhkan segala mendung pekat yang mengikuti Hinata.
Diambilnya duduk di sebelah Naruto tanpa ada yang memulai pembicaraan.
Keheningan ini begitu menyenangkan baginya.
Duduk di samping orang yang kau cintai, melihatnya tersenyum, merupakan penghiburan tersendiri bagi gadis lavendel.

Paras jelita menunduk menatap tali sepatunya yang terikat rapi. Seakan benda itu lebih menarik daripada seseorang yang kini beralih menatapnya.

"Katakan sesuatu."

Wajahnya ditolehkan, "apa?"

"Kau baik-baik saja 'kan? Sepertinya kejadian tadi pagi tidak mengusikmu? Syukurlah jika memang seperti itu."

Naruto berdiri dari duduknya. Menengadahkan wajah menatap langit-langit Gymnasium yang tidak menarik.

"Aku tidak pandai menghibur. Tapi ku harap, kau benar-benar mengabaikan kejadian tadi pagi. Jangan sampai hal itu menjadi bebanmu."

"Yeah. Aku tidak terlalu memikirkannya. Asal kau tetap ada di sisiku, tidak masalah. Aku yakin bisa melaluinya. Jangan khawatir," iris keperakan Hinata menyipit kala ia tersenyum.
Walaupun Naruto tidak memberikan kalimat penghiburan yang layak, namun Hinata cukup senang. Menemui anak lelaki itu agaknya bisa mengembalikan suasana hatinya yang kacau balau.

"Baiklah. Ayo pulang."

Tangan mereka bertaut sembari keluar dari Gymnasium.

Gadis itu beranggapan, bahwa ini hanya kerikil kecil dalam hubungannya dengan Naruto. Tanpa ingin berpikiran buruk lebih jauh.





...




Gadis itu sudah mulai masuk seperti biasa. Tiga hari masa skorsing ia anggap sebagai hari libur tanpa rencana.
Selama itu pula hukumannya tidak ketahuan oleh sang ibu.
Pagi harinya dia akan bersiap dan berangkat seperti biasa. Namun selama tiga hari berturut-turut pula, Toneri lah yang akan menjemput dan mengantarnya pulang.

School : The Beginning [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang