Klandestin

277 57 43
                                    

Sejauh yang Hanabi ingat. Inggris adalah negara favorit Hinata semenjak gadis itu mulai bisa mengingat sesuatu.
Royal Family, dunia di mana lahirnya Harry Potter, sampai aksen yang berbeda dari lainnya telah mencuri hati Hinata sedemikian rupa.

Cita-citanya selalu ingin bisa menginjakkan kaki di negara tersebut.
Menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca di gedung perpustakaan yang besar dan artistik. Begitu pula menghamburkan beberapa poundsterling untuk dibelanjakan. Bersenang-senang sejenak sebagai selingan.

Tapi tidak pernah terlintas dalam benak si bungsu Hanabi. Jika Hinata akan pindah ke Inggris dalam waktu dekat, dengan alasan yang berbeda. Yang ia yakini sepenuhnya tidak diinginkan pula oleh Hinata sama sekali.

Ayah, ibu, mama, keempat anggota keluarganya telah setuju untuk membawanya ke Inggris.
Mendaftarkan Hinata pada ruangan Naratama, di salah satu Rumah Sakit ternama di Kota London.
Rumah Sakit dengan fasilitas lengkap dan para dokter yang mumpuni di bidangnya.

Satu Minggu adalah waktu yang cukup banyak. Mengingat Ibu harus melakukan beberapa hal sebelum resmi meninggalkan Konoha.
Mengemas barang-barang penting di rumah, dan Hanabi juga akan membantu mengemas barang penting Hinata yang akan dibutuhkan gadis itu.
Kakak adik, Neji dan Hanabi tinggal sementara di rumah Kaguya. Sedangkan Ayah dan mama Hikari memilih hotel sebagai persinggahan.

Disela gadis remaja bak pinang dibelah dua dengan Hinata sedang berada di lobi Rumah Sakit, iris ametisnya menangkap keberadaan tiga orang perempuan.
Seorang remaja bercepol dengan etnis Tionghoa kental. Di sebelahnya berjalan dengan ekspresi tak terbaca, dua gadis yang kelihatan sepantaran.

Jika ditelisik lebih jauh, Hanabi mengenal ketiganya sebagai Tenten, Sakura, dan Shion. Tiga anak perempuan cantik teman Hinata yang berada di Klub Membaca.

Mereka hampir saja menabrak seorang laki-laki. Ia tengah mendorong dengan tergesa pasien perempuan bermasker hitam dan tampak menunduk di balik topi hitamnya.


🍁🍁🍁

Sebagai gadis yang baik dan ramah, Hanabi menyapa duluan dengan riang.
Kelihatan senang jika kakaknya masih punya manusia yang disebut sebagai teman.

"Kak Tenten!" serunya seraya menghampiri tiga serangkai itu. Walau mereka pasti menolak disebut trio atau tiga serangkai.

Hanya Tenten yang menoleh. Sebab dia satu-satunya orang yang mengenal Hanabi dari cerita Hinata.
"Oh, hai, Hanabi!"

Kemudian keempatnya memutuskan ke kafetaria Rumah Sakit, untuk sedikit mengobrol mengenai kondisi Hinata. Mereka memang sengaja ingin menjenguknya bersama hari itu.

Suasana kafetaria yang tidak terlalu ramai memungkinkan mereka bercakap dengan santai. Sambil memesan minuman dan makanan ringan sebagai kudapan.

Tenten berniat memulai percakapan sambil ia membuka bungkus sebuah roti manis.
"Bagaimana kelanjutan kasus yang menimpa Hinata? Apa sudah ada titik terang?"

Dua orang di sampingnya ikut menatap dengan penasaran pada Hanabi. Tanpa sadar menahan napas demi mendengar jawaban gadis remaja tomboy itu.
Sebab mereka berdua sudah diinterogasi dan dinyatakan bersih, tidak bersalah. Tidak ada motif yang memicu untuk melakukan hal keji pada si tengah Hyuuga.

"Karena tidak adanya bukti kejahatan dan rekaman CCTV di atap gedung, petugas Polisi yang menangani kasus itu mengatakan, jika kasus Hinata disimpulkan sebagai bunuh diri. Walau aku dan keluarga kami yang lain tidak percaya dan menyangkalnya. Sungguh Ironis. Kakak ku bukan tipe orang bodoh yang bakal berpikiran sempit seperti itu. Aku yakin, ada satu dan hal lainnya yang terjadi. Dan itu di luar kuasa kami."

School : The Beginning [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang