12. Sandiwara

2.9K 217 5
                                    

Hari-hari mereka berlalu dengan cepat. Davina masih tetap bungkam mengenai soal kehamilannya dan beberapa kali ia sudah menolak untuk berhubungan dengan Rasya karena takut akan membuat janinnya terganggu.

Rasya kini sudah mulai bersikap seperti biasa. Berangkat kerja seperti biasa, pulang tepat waktu, mengobrol dengan Davina seperti biasa dan tidur sqtu ranjang dengan istrinya dengan saling berpelukan.

Sejatinya setiap manusia adalah aktor profesional di kehidupannya masing-masing. Mereka bisa berakting sedemikian rupa bahkan di depan orang terdekatnya.

"Sayang, kamu lihat kabel charger laptop aku enggak?!"

Davina menghela napas sembari mematikan kompornya setelah memastikan nasi goreng telur yang ia masak telah matang.

"Siapa suruh tadi malam langsung tidur tanpa beresin meja depan TV?" sindir Davina.

"Keburu pegel, Sayang. Dimana kabelnya?" tanya Rasya begitu melihat istrinya memasuki kamar.

"Udah di tas, makanya kalo mau bawa apa-apa itu disiapin dari malem. Jangan teriak-teriak pas pagi kayak gini." Davina mengomel sembari merogoh tas kerja Rasya untuk menunjukkan seikat kabel yang tadi malam ia masukkan ke tas.

"Maaf, tadi malem bawaannya langsung ngantuk pas liat kasur," sesal Rasya.

"Dimaafin. Ayo sarapan dulu."

Keduanya pun berjalan menuju dapur. Namun, disaat Rasya melihat sebuah wajan di atas kompor yang berisi nasi goreng perutnya langsung terasa seperti diaduk.

"Huek!" Rasya menutup mulutnya dengan tangan sembari memejamkan mata agar tidak melihat nasi goreng buatan istrinya yang tampak seperti gumpalan makanan yang menjijikkan.

"Dav, kamu, huek, masak apa?!" Rasya berlari kecil menuju kamar mandi di samping dapur dan berusaha memuntahkan isi perutnya.

"Mas, kamu masuk angin?" tanya Davina yang setia mengikuti suaminya ke kamar mandi dan membantu mengurut leher Rasya.

"Kamu masak apa? Aku mual banget liat masakanmu," ujar Rasya setelah menyerah mencoba memuntahkan isi perutnya dan hanya cairan saja yang keluar.

Davina terdiam. Ia tidak bodoh, itu adalah tanda-tanda morning sickness yang biasa dialami oleh ibu hamil atau suami dari ibu hamil.

Pantas saja dirinya tidak pernah merasa mual atau mendapat gangguan nafsu makan. Ternyata calon anak mereka ingin berlaku adil terhadap orang tuanya.

"Mual banget, Vin," keluh Rasya yang terus menutup mulutnya dengan tangan. Alis tebal Rasya berkerut tak sedap. Jakunnya naik turun, berusaha mengenyahkan rasa tidak enak di kerongkongannya.

"Aku masak nasi goreng sisa semalem. Enggak ada yang salah, Mas. Kamu masuk angin deh, kayaknya. Akhir-akhir ini kamu kan sering lembur." Davina berusaha menutupi kemungkinan yang ada di benaknya.

Namun, hatinya tersentil saat suaminya itu kembali membungkuk untuk muntah kembali.

Setelah beberapa saat, Rasya pun selesai dengan percobaannya yang sia-sia untuk muntah.

Laki-laki itu memilih mendekap istrinya dan menumpukan dagunya di bahu istrinya.

"Sayang, nggak enak!" keluhnya.

Satu hal lain yang bisa mematahkan ekspetasi dari kesempurnaan seorang Rasya adalah manja dan rewel kepada Davina ketika sedang tidak enak badan. Bisa jadi Davina akan memilih untuk menerima chalenge untuk berdandan menor untuk ke mall daripada harus menyuapi Rasya.

"Izin aja ya, kamu istirahat di rumah sehari." usul Davina.

"Nanti ada meeting."

"Nggak bisa di tunda?" tanya Davina sembari memapah Rasya menuju kamar . Bahaya jika Rasya melihat nasi goreng buatannya lagi.

WANGSA [selesai | terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang