Tiga hari kemudian
Apo baru saja mendarat kembali ke Thailand. Selama tiga hari dia berada di Jepang, bersama sosok itu tentunya.
Satu tangannya menarik koper miliknya, satunya lagi menatap ponselnya yang menampilkan banyak notif dari teman-temannya dan juga sang kekasih.
Dukkk
"Aww" Apo meringis saat keningnya menabrak sesuatu yang keras.
"Harusnya Phi tidak memberikan ponselmu lebih awal. Berjalan yang benar Apo"
"Maaf phi"
"Ayo mereka sudah menunggu"
Mereka berjalan menuju mobil. Beberapa bodyguard sudah menunggu mereka disana. Apo masih fokus pada ponselnya, membuat orang disebelahnya menggeram kesal.
"Bisakah kau tidak fokus pada ponselmu dulu, nong? Jangan membuat phi kesal padamu"
"Maaf phi" Apo memasukkn ponselnya kedalam saku, kemudian menoleh kearah kaca, memilih menikmati pemandangan di jalan.
Entah mengapa saat ini, Apo merasa sangat tidak nyaman akan sesuatu, tapi dirinya tidak tau apa itu. "Phi, bisakah Apo pulang kerumah Pa dan ma? " Apo bertanya hati-hati.
Sosok itu, Mile mengangguk kemudian tersenyum kearah Apo. Kebetulan dia sudah tidak bertemu kedua mertuanya. "Tentu, kita akan kesana" ucap Mile
"Bukan itu maksud Apo, mak-"
"Hanya kau? Begitu? Kau ingin hanya kau yang pergi kesana? " Mile mulai kesal sekarang, kenapa Apo seolah ingin menjauh darinya.
"Ti-tidak phi. Ki-kita kesana"
Mile menghela nafasnya, ia sunggun tidak suka jika Apo mulai takut padanya. "Tidak apa-apa jika kau ingin pergi sendiri, phi mengerti"
"Maaf phi, bukan itu maksud Po, tolong jangan marah na? "
"Phi tidak marah, tidak apa-apa phi mengerti"
Tanpa sadar, kini mereka sudah tiba didepan rumah kedua orang tua Apo.
"Maaf tuan, kita sudah sampai" sela sang supir. Mile mengangguk, kemudian menatap Apo "masuklah, titipkan salam phi pada Pa dan ma"
"Phi.... " Apo menatap sedih sang suami, merasa tidak enak karena tindakannya pasti menyinggung pria itu.
"Phi masih ada pekerjaann yang harus diselesaikan, beritahu phi jika kamu ingin pulang. Cah, turunlah" ucap Mile lembut. Apo beringsut memeluk suaminya. "Maafkan Apo"
"Tidak apa, sayang" mile mengecup lembut kening Apo yang memeluknya.
Setelah berpamitan Apo turun dari mobil, melambaikan tangannya yang dibalas Mile, kemudian masuk kedalam rumah. Mile menghembuskan nafas berat, memperhatikan tubuh Apo sampai tak terlihat lagi.
"Kita ke kantor pak"
"Baik tuan Mile"
.
.Apo kini tiba didepan rumah Jeff, setelah tadi pulang sebentar untuk membersihkan diri dan meletakkan kopernya.
Ia lelah sejujurnya, tapi bagaimanapun ia harus menemui sang kekasih dan menjelaskan semuanya. Karena tiga hari kemarin sosok itu menyita ponselnya, jadi ia tidak memiliki kesempatan untuk bicara dengan Jeff.
Dan disini lah ia sekarang, berdiri di perkarangan rumah kekasihnya dengan kepala yang mendongak keatas.
Apo tau saat ini, Jeff tengah memperhatikan dirinya dari balik jendela kamarnya. Lelaki manisnya itu selalu tau jika dirinya datang berkunjung, padahal ia tidak mengabari terlebih dalu.
"Yoo, Apo"
Seruan seseorang yang memanggilnya membuat Apo menoleh. Didepan pintu, Max kaka Jeff tengah melambaikan tangan padanya.
"Sawadee khab, phi" sapa Apo.
"Sawadee" balas Max. "Apa kau baru sampai? kau terlihat lelah" tanyanya.
"Khab. Aku baru sampai setengah jam yang lalu. Apa Jeff ada?"
"Kau tau jelas dia tidak akan pergi kemanapun tanpa dirimu. Kecuali ke kampus dan lokasi syuting" ucap Max.
Lelaki yang lebih tua dua tahun dari Apo itu merangkul pundak belakang Apo, menariknya pelan masuk kedalam.
Tepat setelah keduanya melewati pintu, Jeff menampakkan dirinya ditangga. Wajah lelaki manis itu terlihat marah, dan bibirnya mengerucut lucu.
"Nah, Bagus kau keluar sendiri jadi phi tidak perlu memanggilmu lagi. Kemarilah kekasihmu sudah kembali" panggil Max. Jeff tidak bergeming dari tempatnya.
"Aiiiihh? Apa kau marah?" Max memasang wajah menggodanya, menaik turunkan alisnya. Dan hal itu sukses membuat Jeff semakin mengerucutkan bibirnya.
"Dasar bucin. Sudahlah, kau urus saja dia, aku ingin makan" Max meninggalkan keduanya menuju meja makan. Makan siangnya terlambat hanya karena mengurus dua pemuda bucin ini.
"Nong" panggil Apo lembut. "Kau marah pada phi?" Tidak ada jawaban. Sepertinya Jeff masih nyaman dengan aksi diamnya.
"Maukah kau mendengarkan phi sebentar? Tapi jika tidak, tidak apa-apa. Phi akan pulang dan kembali lagi besok"
Apo membalikkan badannya, bersiap melangkah menuju pintu. Tapi suara Jeff menghentikannya. "Tunggu"
Senyum kecil terbit di bibir merah Apo. Ia tau kekasihnya itu tidak akan betah berlama-lama mendiamkannya atau marah padanya.
"Jadi? Boleh phi bicara?" Tanya Apo lagi.
Jeff mengangguk pelan. "Dikamar aja" cicitnya kecil yang masih bisa didengar Apo.
Jeff berbalik, kembali melangkah menuju kamarnya diikuti Apo dibelakangnya.
Tidak ada suara dari keduanya sejak mereka masuk kedalam kamar Jeff. Baik Apo dan Jeff masih belum membuka suara.
Sesekali Jeff melirik kekasihnya yang terlihat tampan hari ini. Pipinya bersemu merah. Dia ingin memulai pembicaraan sebenarnya, tapi gengsinya lebih besar. Ia kan sedang marah, masa bicara duluan.
Apo mengulum bibirnya, menahan gemas pada sang kekasih yang terus meliriknya sejak tadi. Apo tidak akan bicara sampai Jeff menegurnya.
"Katanya phi ingin bicara. Kenapa hanya diam?" Setelah sekian purnama akhirnya Jeff membuka suaranya lebih dulu.
"Hahahaha"
Tawa kecil Apo membuat lelaki manis itu mendelik tajam. "Kenapa phi tertawa?" Tanyanya sewot.
"Kau menggemaskan nong" goda Apo.
"Ck! Apasih sok ganteng" cibir Jeff.
Apo meredakkan tawanya, mengembalikan ekspresinya menjadi normal kembali. Menatap wajah manis sekaligus cantik didepannya ini lekat.
"Cantik"
.....
Double up ya hari ini sis 😘
Next part aku upload, agak siangan. Soalnya aku belum selesai ngetik ✍️
KAMU SEDANG MEMBACA
PERMAINAN BODOH! (ON GOING)
Teen Fictionhai ini cerita terbaru aku tentang MileApo dan BibbleJeff mohon maaf kalau masih berantakan dan kurang nyambung, karena aku masih belajar buat nulis semoga kalian suka cerita ini 😊