Hari berikutnya, Apo terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang masih sama seperti kemarin, tidur nyenyaknya tadi malam tidak mengurangi sedikitpun amarah dan rasa sakit dihatinya.
Setelah selesai mandi dan bersiap, Apo melangkah keluar dari kamarnya. Perutnya keroncongan minta diisi, semalam ia lupa memberikan nutrisi pada cacing-cacing kesayangannya karena sibuk menangisi suami bajingannya.
"Selamat pagi, kitten" sapa Mile dengan hangat dan riang dari dapur. Umpatan keras Apo serukan dalam hati setelah mendapati atensi sang suami didalam unitnya.
Senyum hangat penuh paksaan Apo tampilkan sebagai jawaban untuk Mile. Ini masih pagi, dirinya sedang tidak berminat untuk berkelahi dengan suami bajingannya itu.
"Ayo sarapan. Phi tau sejak semalam kamu tidak makan, kitten" ajak Mile sambil meletakkan beberapa makanan buatanyya diatas meja makan.
'Dan itu karenamu bajingan!!' Batin Apo mengumpat keras.
Berjalan malas kearah Mile yang sudah menantinya dimeja makan. Mile menyerahkan sepiring bubur kehadapan Apo. Memberikan satu kecupan lembut dipipi kanan lelaki manisnya.
"Maafkan phi untuk semalam, itu yang pertama bagi phi dan Bibble melakukannya" ucap Mile memulai pembicaraan. Netra gelap yang dulu selalu menjadi favorite Apo kini menatapnya penuh rasa bersalah.
"Percaya" jawab Apo singkat.
"Kitten..."
"Apo percaya pada phi, jadi tidak perlu menjelaskan apapun lagi" Apo membalas tatapan Mile dengan ekspresi datar.
Mile meraih salah satu tangan Apo, menggenggamnya dengan erat. "Berangkat dengan phi hari ini ya"
"Tidak perlu, phi. Apo akan berangkat sendiri, Apo tidak mau membuat kekasih phi cemburu" tolak Apo halus.
"Phi tidak meminta jawabanmu, Natta. Ini perintah" lagi, Mile kembali mengeluarkan sikap diktatornya pada Apo.
Apo hanya bisa menghela nafas pasrah. "Terserah" begitulah sekiranya jawaban akhir yang selalu dirinya keluarkan jika sudah kalah berdebat dengan Mile, suaminya.
Selesai sarapan, Apo dan Mile berjalan beriringan menuju basemant Apartment. Melangkah tepat ke Maseratti hitam milik Mile yang terparkir apik diparkiran khusus.
Mile dengan romantis membukakan pintu disamping kemudi untuk Apo, membiarkan sang istri masuk lebih dulu lalu disusul dirinya yang masuk setelah menutup pintu disebelah Apo.
"Pa dan Mae minta kita berkunjung ke Kalasin" Mile membuka pembicaraan.
Apo terhenyak, dirinya baru mengingat tentang kedua orang tua Mile yang tak lain adalah mertuanya sendiri. Dalam hati Apo merasa bersalah, apakah kedua mertuanya tau apa yang Mile dan Apo lakukan selama ini? Tapi sepertinya mereka mengetahuinya mengingat ibu mertuanya, Nathanee Romsaithong cukup aktif dimedia sosial.
"Pa dan mae pasti tau tentang apa yang kita lakukan kan phi?" Tanya Apo lirih.
Bisa Apo dengan helaan nafas berat dari sosok disebelahnya. "Itulah kenapa mereka meminta kita berdua pulang ke Kalasin" jawab Mile.
"Apa yang harus Po katakan pada mae?" Apo menunduk, jari-jarinya saling bertaut gugup.
"Katakan yang sejujurnya, mae akan kecewa jika kita berbohong. Setidaknya kita bisa mendapatkan solusi dari mereka"
"Ini semua juga karena phi Mile yang memulai" dengan berani Apo mengungkapkan apa yang selama ini bersarang dipikirannya.
Perkataan Apo cukup membuat Mile terkejut hingga menghentikan mobilnya secara mendadak. Mile menoleh cepat kearah Apo, tatapannya tajam mengintimidasi lelaki manis disebelahnya. Apo bergeming tidak perduli dengan tatapan mematikan yang Mile layangkan padanya.
"Natta" tegur Mile.
"Memang benar kan? Phi Mile bahkan berani menyentuh Bible! Sedangkan Apo bahkan hanya sekali mencium Jeff dibibir, itu juga karena desakan orang-orang" ungkap Apo lagi.
Tangan kekar Mile mencengkram stir mobil dengan erat hingga membuat urat-uratnya muncul dibalik punggung tangannya. Rahangnya mengeras mendengar segala perkataan Apo padanya. Suasana hangat yang berusaha Mile ciptakan hancur.
Mile kembali menjalankan mobilnya. "Phi tidak mau membahas hal ini lagi" ucap Mile mutlak.
"Selalu seperti itu jika phi tidak bisa menjawab perkataan Apo" balas Apo ketus.
Mile tidak menjawab, memilih diam dan fokus pada jalanan didepannya. Meski dalam hatinya lelaki beralis tebal itu mengucapkan segala macam perkataan sopan dan indah.
Setibanya di lokasi syuting, Apo langsunv bergegas keluar dari dalam mobil tanpa memperdulikan Mile yang memandangnya kesal. Apo menutup pintu dengan bantingan keras, menimbulkan bunyi yang cukup kencang.
"Jika ini bukan di lokasi syuting, phi tidak akan mengampunimu karena berani bersikap seperti ini pada phi, Natta" desis Mile tajam.
Apo masuk kedalam ruangan dengan wajah kusut. Para pemain lain maupun kru terheran karena tidak biasanya seorang Apo Nattawin menampilkan eskpresi marah seperti saat ini, biasa lelaki berkulit tan itu selalu tersenyum ramah. Meski begitu tidak satupun dari mereka berani menegur, karena sungguh aura Apo sangat menyeramkan saat ini.
"Kenapa dengannya?" Bisik Biu heran.
"Entahlah" sahut Ta yang tiba-tiba saja sudah berada disebelahnya.
Biu terkejut melompat dari kursinya, lekaki manis itu hampir saja terjatuh. "Haissshh, kau mengangetkan ku bocah" serunya kesal.
Nakunta terkekeh ringan. "Phi Biu cantik sekali saat sedang terkejut seperti tadi"
"Iiihhh" Biu bergidik ngeri mendengar gombalan receh yang keluar dari bocah disampingnya ini. Dengan cepat pergi dan kabur dari sana, menjauh dari Nakunta yang memandangnya heran.
"E-ehh..."
"Gagal lagi" deahnya lemas.Biu bukan tidak tau Nakunta menyukainya, tapi demi tuhan bagi Biu bocah itu sangat menyeramkan dengan mode seperti tadi. Membuat Biu tak tahan didekatnya.
.....
HALOOOO 👋
GAK LAMA KALI INI UPDATENYA YA, KARENA KEBETULAN MOODKU LAGI BAGUS HEHEHE 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
PERMAINAN BODOH! (ON GOING)
Teen Fictionhai ini cerita terbaru aku tentang MileApo dan BibbleJeff mohon maaf kalau masih berantakan dan kurang nyambung, karena aku masih belajar buat nulis semoga kalian suka cerita ini 😊