“Askar berubah nggak sih?”
“Lo juga berubah.”
Sora melirik Rea, tidak minat sama sekali dengan pembahasan cewek itu. Ia menyimpan bukunya ke dalam tas, bel pulang baru saja berbunyi. Ia lekas berdiri, diikuti Rea.
“Dulu aja lo di cuekin, mana omongannya bikin sakit hati. Sekarang, aduh kalau Askar gitu
kan tambah ganteng.” Rea tersenyum memuji.“Suka Askar lo?”
Rea menoleh cepat. “Ya nggak ding. Gue bukan tipe nikung teman.”
Sora melirik jam tangannya. Masih setengah tiga. Terlalu cepat kalau pulang sekarang.
“Rea, nge-mall yuk.”
“Hah? Gue salah dengar?” Rea mengorek telinga, mendekatkan pada Sora. Kayaknya ada yang salah dengan telinganya. “Perasaan gue udah bersihin telinga semalam.”
“Lo tuli apa ya?” jengahnya menyingkirkan kepala Rea.
“Lo lagi bercanda ya?”
“Bercanda apaan sih Rea. Gue ngajak lo nge-Mall. Mall Rea. Mall,” gregetnya sampai berteriak di sebelah telinga seorang Rea.
“Nggak usah dekat telinga gue juga bambang,” delik Rea kesal. “Lo mah diajak ke mall mana pernah mau. Paling sekali dua bulan, buat healing, mau nonton atau ke Gramedia gitu. Lah sekarang lo ngajak gue? Seorang Soraya Arbel Gathraz?” pekiknya tak menyangka.
Sora mendengus. “Lo mau nggak sih”
“Iya mau sih, suntuk juga gue. Tapi beneran nih? Biasanya lah langsung pulang belajar. Lo kan ratunya buku. Belajar mulu, heran gue.”
“Nyindir gue lo?”
“Enggak, nyindir Buk Inah.” Buk Inah, adalah salah satu penjual kantin. Sora melayangkan kepalan tangannya kesal. Rea tertawa.
“Sora?” Obrolan kedua gadis itu terhenti dengan keberadaan Askar.
Sora menoleh malas,ia menurunkan tangannya dan berlalu. Sama sekali tidak menggubris.
“Sora tungguin gue!” Rea melirik Askar sesaat, lalu melambai. “Bye Askar.”
***
Waktu menunjuk pukul setengah delapan malam kala kakinya menginjak beranda rumah. Membuka pintu, papanya sudah bersidekap dengan tatapan tajam.
Sora meringis, mengambil tangan Gathraz dan menyalim. “Hari ini capek banget, Pa. Sora langsung masuk ya?”
Ia tersenyum kecil, melangkah pergi. Tapi telunjuk Gathraz bergerak menyuruhnya tetap berdiam di posisinya.
“Jam berapa sekarang?”
Sora memutar kepala mencari jam dinding.
“Jam tangannya.”
“Ah ya.” Ia sontak menunduk, melirik waktu pukul 19.38 WIB. “Setengah delapan malam?”
“Dari mana? Siapa suruh pulang telat?”
Ia menggaruk kepalanya, mencoba mencari alasan. “Ada urusan sama Rea, Pa.”
“Selesai jam segini?”
“Ya nggak apa-apa dong Papa."
“Soraya!”
Sora berdiri kikuk. Ia memberikan cengiran. “Kan udah zamannya modern pakai banget nih, Pa. Nggak seru dong kalau pulang terlalu cepat,” jawabannya mendapat pelototan dari sang Ayah.
“Siapa yang ngajarin kamu?”
“Aku mau dihukum?”
“Ganti baju, habis itu Papa hukum.”
![](https://img.wattpad.com/cover/321128231-288-k270498.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Itu Bukan Aku ✓
Ficção AdolescenteIni tentang tokoh utama yang menghilang lalu berganti dengan orang lain. 10 September 2022