[2] LO SIAPA?

1.5K 273 17
                                    

“Abaaang bersih-bersih dulu.”

Sora melirik mamanya yang berkacak pinggang di dekat pantry, menatap nyalang pada Vanzo yang mengambil duduk di sebelahnya seraya mencomot lauk di atas meja.

“Iya Mama sayang.” Tetap saja tidak diindahkan.

Meza geleng-geleng kepala. Wanita yang sudah memiliki empat anak itu tengah membuat Teh hangat untuk suaminya.

“Bang, jangan lupa Novel kalau nggak aku aduin.” Ia wanti-wanti Vanzo melupakan janjinya.

Vanzo melirik sesaat Meza sebelum berbisik. “Iya, mau apa. Sebut aja judulnya.”

“Uang aja deh, Sora mau pergi sama Askar.”

“Askar?”

“Iya.”

“Ya udah entar dikasih.”

“Bang? Bantuin Mama panggil Reca.” Meza datang membawa secangkir teh.

Vanzo mengangguk, hendak berdiri tapi suara cempreng adiknya yang berusia 15 tahun memenuhi seisi ruang makan.

“Mama, Reca di sini.”

Gadis bertubuh mungil dengan kaca mata bulat bulat berbingkai pink itu mengambil duduk di sebelah Vanzo. Reca tersenyum lebar dan melipat tangannya. “Jadi, apa yang Eca lewatin, di sini?”

Di saat yang bersamaan Gaz datang mengendong Ibram, anak terakhir
mereka yang berusia tiga tahun.

“Loh Papa? Kok pulang?” Reca berteriak kaget, melompat dari duduknya dan menghampiri sang Ayah.

“Heh.”

“Maksud Reca kapan pulang Papa ganteng,” ralatnya dengan cengiran.

Sora menonton Reca yang kini memeluk erat Gathraz, sedang Ibram sudah diambil Meza dan duduk bersama Ibunya.

"Anak papa satu ini buat ulah apa lagi tadi di sekolah Hm?"

Reca cengar-cengir. Ia menautkan kedua jarinya dengan mata mengerjap, bibir mungilnya tersenyum polos. "Teman Reca kan ada yang bawa motor, Reca pakai, eh nabrak wakil kepala sekolah yang lagi jalan."

Reca dengan sifat pencicilannya, setiap hari ada saja masalah yang adiknya itu timbulkan. Kedua orang tuanya udah cukup sabar dan terbiasa dengan itu.

"Bapaknya maafin kok Papa ganteng. Beneran. Enggak boong," tuturnya cepat dengan jari membentuk huruf V kala Gaz memijat pelipisnya.

Gaz menatap istrinya yang langsung diberikan anggukan.

"Beneran ih Papa."

"Macem-macem lagi, papa sumbangkan ke panti."

"Papa buang Reca, Eca minta Mama cari papa baru."

Gaz melotot.

Sora tertawa. Malam itu mereka menikmati makan malam dengan kehangatan seperti biasa. Ia cukup bersyukur, punya keluarga yang hangat, lengkap dan penuh kasih sayang. Punya Orang tua seperti Papa Gaz dan Mama Meza, serta Vanzo yang selalu peduli, khawatir dan berdiri di depan untuknya.

Reca dengan sikapnya yang selalu menghibur serta adik kecilnya Ibram yang tembem dan sangat penurut.

Kecuali, dia tidak mendapat perhatian Askar sebagaimana orang tuanya. Sebagaimana mereka bersahabat sejak dahulu.

“Capek sayang?” Gathraz mengusap keringat yang tampak di dahi istrinya. Mengusapnya lembut lalu memberi kecupan. Pada akhirnya persahabatan mereka juga berakhir ke jenjang
pernikahan.

Sora menipiskan bibirnya. Membayangkan Askar akan seperti Papanya, terasa sulit.  Cowok itu bahkan muak didekatnya.

“Sora, kok bengong Nak?”

Itu Bukan Aku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang