“So, minjem catatan minggu lalu dong.”
Sora mengambil buku dalam lacinya, menyerahkan pada Rea. Cewek itu menerimanya dengan senang, sedang ia kembali menikmati tayangan Drama Big Mouth dari layar ponselnya.
Dahi Rea berkerut melihat tulisan Sora yang ia sadari berbeda begitu membuka dari lembar pertama.
“Kok tulisan lo berubah?”
“Gimana?” Ia mem-pause dahulu sebelum mengalihkan pandang.
“Ini.” Rea membandingkan catatan lamanya dengan baru-baru ini. “Lihat, dulu catatan lo rapi banget, kayak ketikan. Lah ini gue bacanya perlu ngucek mata dulu. Hancur banget.”
Ia ingin mengetok kepala Rea karena menghina tulisannya. Namun perbandingan tulisan itu membuatnya diam sesaat.
“Lo mau jadi Dokter apa ya?”
Sebelah alisnya naik, ia kemudian berdehem. “Baru-baru ini gue tertarik jadi Dokter. Jadi, ya gitu gue mau coba tulisan Dokter.”
“Nggak mau jadi pengusaha lagi?”
“Nggak."
Rea berooh ria saja. Ia sedikit lega. Niatnya mau melanjutkan menonton sirna. Sora menyimpan kembali ponselnya dan berdiri, berniat keluar kelas.
“Ke mana Bestie?”
“Kepo lo bestie,” liriknya malas.
Rea mencebik.
Koridor cukup sepi karena jam pelajaran masih berlangsung, kelasnya beruntung saja, gurunya lagi ada pelatihan hingga dititip tugas buat minggu depan. Kakinya melangkah ringan. Tidak ada tujuan, Sora hanya melangkah tak tahu arah.
Mau ke kantin, kondisi tangan seperti ini membuat susah dan hilang selera.Berada di lantai satu, langkahnya terhenti kala melihat sosok siswi yang masih memakai ransel tanpak kebingungan, celingukan menatap sekitar. Anak baru, hingga netra mereka saling menatap.
Langkah Sora terhenti. Siswi itu terdiam sesaat lalu mendekat.
“Yera?”
***
“Anak-anak, kalian kedatangan teman baru.”
Hal itu membuat kelas IPA 4 riuh seketika. Mereka saling berbisik dan mencoba menengok ke arah pintu, menunggu siswi baru itu untuk masuk.
“Silakan masuk.” Pandangan Pak Bram menuju pintu, di saat itu juga seorang siswi melangkahkan kakinya memasuki ruangan kelas, semua pusat mata langsung tertuju padanya.
Kaum laki-laki makin heboh begitu tahu anak baru itu begitu cantik.
Berbeda dengan siswi berambut pendek, yang duduk nomor dua paling belakang dekat dinding.“Hai teman-teman,” senyum siswi baru itu mengambang manis. Menarik anak laki-laki untuk mencondongkan badannya dengan lambaian tangan, kompak membalas, “hai.”
“Hih lebai banget mereka.” Glisa memutar bola matanya jengah. Ia mengibaskan rambutnya panjangnya yang berwarna hitam kecoklatan.
“Nama gue Klayra, pindahan dari Jogja. Salam kenal semua. Gue harap kita bisa berteman baik ya?”
“Kaum adam mengangguk-angguk semangat, sedang kaum hawa mengangguk sekedarnya dengan senyum ramah.
“Kami awal bulan kemarin Study Tour di sana.” Seorang laki-laki yang duduk dibarisan belakang dekat dinding menyelutuk. Klayra mengalihkan pandang, saat itu netranya bertemu dengan netra milik gadis berambut pendek.
“Naila?”
Senyum Naila mengambang sempurna, tangannya melambai.
“Lo kenal?” Glisa menatap heran Naila yang duduk di sebelahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/321128231-288-k270498.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Itu Bukan Aku ✓
Novela JuvenilIni tentang tokoh utama yang menghilang lalu berganti dengan orang lain. 10 September 2022