w a j i b m e n i n g g a l k a n j e j a k !hqppy reading
×××
Sejak kejadian tadi mood gue jelek banget, sensitif dan parahnya gue bawaannya pengen perkaos si Pragas. Rasa kesel gue ke Pragas sekarang makin meningkat ketika pesan gue sama sekali nggak di bales. Gue nanya sama dia soal hubungan gue sama dia itu apa.
Saat pulang sekolah juga tadi dia ngehindarin gue, bener-bener nggak ngelirik gue. Kalo dia nggak nerima perasaaan dan kehadiran gue yang cinta mati sama dia, kenapa perlakuannya di kemarin buat gue berpikir kalo dia kasih gue harapan.
Gue nggak masalah kalo dia selalu ngehindari gue karena dia tau gue gay, gue nggak masalah kalo dia nggak respon perasaan gue.
Tapi dia? Hey, bahkan dia nggak bales perasaan gue tapi tindakan dia ke gue buat gue berharap tinggi namun dia dengan mudahnya jatuhin gue sebegitu mudahnya.
"Sakit, hati gue sakit, Gas." Gue bergumam sambil megang dada gue, beneran rasanya nyeri banget.
Gue mencoba mejamin mata, karna ini udah pukul 01.53 dini hari. Semoga semua ini cuman mimpi, gue takut ditinggalin Pragas.
×××
Pragas p.o.vMalem ini gue nggak bisa tidur sama sekali, karena pikiran gue melayang ke acara tunangan yang bakalan di laksanain bulan depan. Iya, jadi kehadiran Stella ke sekolah tempat gue kerja, karena dia memang mau diskusi tentang kita.
Jujur, gue sedikit nggak percaya bakal bertunangan dengan Stella. Karna gue dan Stella kenal sejak 7 bulan lalu, tepatnya ketika gue berlibur ke lampung.
Lamunan gue buyar ketika sebuah pesan masuk, dan ternyata itu dari Dama. Gue kembali gelisah apalagi saat gue baca pesan dia.
Dama
gue nungguin lu bales chat gue.
Karna gue butuh kepastian dari lu,
Sebenernya hubungan kita ini apa?
Gue sama sekali nggak bisa jawab pesan Dama, gue juga bingung dengan perasaan gue sendiri. Kalo kalian nanya, nyaman nggak kalo di deket Dama? jawaban gue, iya! Tapi disisi lain gue sayang sama Stella dan juga gue bukan seorang gay.
Gue lebih memilih mengabaikan pesan Dama dan beralih ke pekerjaan yang sempat tertunda. Semoga besok pagi gue dan Dama nggak ketemu.
Tapi sepertinya Tuhan sama sekali nggak mendukung , sekarang gue liat Dama lagi duduk manis di motor milik salah satu guru dengan rambut nggak tertata rapi dan nampak urak-urakan, bahkan terdapat kantung mata yang menghitam.
Gue langsung buang pandangan dan milih mem-parkirkan motor yang agak jauh dari jarak motor yang Dama duduki, gue langsung bergegas keluar dari area parkir. Gue berjalan sedikit berlari karna gue sadar Dama ngikutin, bahkan sekarang gue memasuki ruang guru Dama masih betah ngikutin gue.
Srett!
Gue tersentak saat badan gue udah ditarik dengan paksa oleh Dama. Di wajah Dama terlihat guratan urat, dan gue yakini dia sedang marah. Bahkan dia mengabaikan tatapan-tatapan guru yang memandangnya aneh.
Brugh!
"akh!" gue merintih saat Dama mendorong badan gue kasar di salah satu bilik kamar mandi milik guru. Gue menahan badan Dama yang semakin mendekat.
"Dama, yang sopan kamu sama saya!" Dama hanya memunculkan senyum yang terlihat licik, anak ini bener-bener diluar nalar!
"sshhtttt," Dama menempelkan telunjuknya di bibir gue.
"Pelan-pelan sayang, nanti kita ketahuan." Benar ucapan dia, ada suara kran air mengalir di salah satu bilik kamar mandi guru ini dan mau nggak mau gue harus tetap tenang.
Tapi tidak dengan tangan Dama yang dengan mudahnya meremas bokongku. "Dama!" Dama justru tertawa kecil, desisan gue nggak dia anggap. Badan gue merinding saat bibir dama menyentuh daun telinga bahkan dia mengecup daun telinga gue dengan sensual.
"Ayo jawab tentang hubungan kita ini."
Gue tersentak saat dengan lancangnya bibir dama mengecup bibir gue, tangan gue langsung menahan kedua pundak nya. "Dama, jangan gila!" lagi dan lagi bukannya dia menjauh, Dama justru menarik pinggang gue hingga kedua tubuh kami bersentuhan, selalu saja peringatan gue dia abaikan.
"Makanya jawab pertanyaan gue, gue minta kepastian dari kejadian kita beberapa waktu yang lalu, Pragas Leo Pamungkas."
Gue mendongak dan menutup mata saat bibir Dama dengan lancangnya menjilat area sensitif gue, leher. Bahkan dia nggak hanya menjilat tetapi juga menggigit dengan sensual atau lebih tepatnya membuat kissmark.
"euggh~ , D-dama janganh," gue mencoba mendorong badan Dama, tapi nihil menyingkirkan badan bongsor Dama sangat susah gue singkirin , apalagi gue yang badan nya kecil.
Dia mulai menjauh dari leher kemudian dia meraih kedua tangan gue untuk dikalungkan dileher dia dan itu membuat gue sedikit berjinjit. Gue mendongak saat tangan besar Dama meraih dagu, dia mengecup dengan lembut area bibir. Perlakuan Dama buat gue merasa panas dingin.
Gue sempat melenguh saat tangan Dama kembali meremas bokong gue dengan sensual dan kini tangan Dama masuk ke dalam kemeja yang sempat dia buka kancing nya dan mengusap nipple gue saat mulutnya sibuk mengecupi leher gue dengan sedikit menggoda,
"uugh~ , D- ddama s , stophh," badan gue sedikit menggelinjang saat mulut Dama mengecup nipple gue dari luar.
"Bilang dulu kalau kita sekarang pacaran, Gas." Gue yang mendengar itu jelas menggeleng.
"hubungan kita nggak lebih dari seoranng guru dan murid, Dama."
Srett!
"aakhh!" Dama membuat badan gue membelakanginya, dan Dama langsung meremas kedua dada gue bahkan meremasnya agak kasar dan itu jelas membuat dada gue terasa nyeri.
"Kalo mau gue berenti, lu tinggal bilang Pragas Leo Pamungkas hanya milik Gilbertus Dama Nugroho."
Ngeselin banget murid gue yang satu ini. Tangan Dama terus meremas kedua dada gue dan mulutnya menjilat dan mengecupi leher bagian bawah telinga, sentuhan Dama sangat nikmat, tapi gue sadar ini salah gue udah punya Stella dan parahnya gue dan Dama sama sama lelaki.
jangan tergoda, Gas! monolog gue.
Tapi gue tetep nggak bisa keluar dari pelukan Dama yang mendominasi. "ugh!" Dama meremas aset gue, gue nggak tahan dengan kelakuan kurangajar Dama.
"annghhkk, Pragas L – leo pamung – kashh , ugh ~ hanya milikhh Gilbertus D – dama Nug – rohoo ahh!"
Gue menyerah, gue bener bener menyerah, gue nggak tahan dengan reaksi tubuh gue karena rangsangan yang di kasih Dama, memabukkan tapi gue harus menghindar , ini salah!
Dama langsung membalikan tubuh gue dan memeluk dengan erat, gue sama sekali nggak balas pelukan dia. Gue bisa ngerasain bahwa Dama mengecup pucuk kepala gue dengan lembut.
"Gilbertus Dama Nugroho juga cuma milik Pragas Leo Pamungkas." Itu bukan hanya gumamam biasa, gue tau ucapan Dama itu mutlak.
Gue nggak tau harus gimana. Apa gue harus lari dari masalah ini? Gue rasa nggak akan selesai justru makin panjang.
Bertahan dengan Dama? Lalu gimana sama Stella? Kita bahkan nggak lama lagi bakal bertunangan.
Dan apakah gue bisa bertahan dengan hubungan yang sangat tabu di Indonesia ini?
×××
t b c ...
jangan lupa vote dan komentarnya

KAMU SEDANG MEMBACA
MY TEACHER, MY UKE!
De Todo| SLOW UPDATE ! | judul awal : "saya guru," "dan gue murid lu!" and now : my teacher, my uke! "saya nggak mau jadi uke , saya lebih tua daripada kamu. jadi saya yang seme!" - Pragas "Pihak uke nggak mandang umur, Pak Pragas Leo Pamungkas." - Dam...