1.14

4.6K 210 4
                                    


  w a j i b   m e n i n g g a l k a n   j e j a k   !

happy reading

×××


Sepulang sekolah Dama dan Karissa —pacar baru Dama— mereka berdua berencana untuk ke mall. Karissa bilang bahwa ia ingin mencari baju dengan model dan brand yang berbeda dengan barang-barang yang sekarang ia miliki.

Kini mereka sudah tiba, Karissa berjalan dengan santai tapi wajahnya terlihat berseri-seri kala manik gelapnya melihat berbagai barang dengan brand yang terkenal.

"Dama, gue mau tas merk Gucci yang itu dong." rengeknya.

Dama hanya mengangguk dan hanya pasrah saat Karissa menyeretnya untuk masuk ke toko yang memilki brand Gucci itu. Selama menemani Karissa berbelanja, Dama lebih banyak diam.

Ketika Karissa bertanya apakah barang itu cocok dengannya, maka Dama dengan sangat malas hanya meng-iyakan.

Menemani Karissa berbelanja sampai 4 jam, itupun semuanya hanya berisikan tas, baju, aksesoris dan bahkan Karissa membeli handphone baru dengan alasan bosan dengan ponsel yang sekarang.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.12 WIB, Dama langsung mengantarkan Karissa pulang. Sungguh muak sebenarnya menemani Karissa berbelanja.

Setalah mengantarkan Karissa pulang, Dama tidak langsung pulang ke rumah , melainkan ke arah jembatan besar yang memang menjadi tempat wisata dimalam hari.

Karena disini akan ada banyak pedagang kaki lima, banyak pasangan muda mudi yang melakukan kencan bersama pacar masing-masing.

Dama berjalan kearah jembatan itu, menatap aliran air yang terlihat jernih, hanya sesat dirinya menikmati aliran air sungai itu.

Lalu memasukan kedua tangannya kedalam kantung celana dan menengadahkan kepalanya keatas, menatap langit malam yang begitu indah. Banyak bintang yang bertebaran, bahkan bulan terlihat sempurna dengan cahaya yang begitu terang.

Dama tersenyum, tersenyum miris lebih tepatnya. Dama tiba-tiba teringat dengan Pragas, dia ingat dulu saat sudah berani mengatakan cinta ke Pragas Dama membawa paksa guru itu ke taman bermain dan memandangi bintang dan bulan.

Walaupun hanya dirinya yang terlihat senang, tetapi Dama bisa melihat raut kagum Pragas saat dirinya memperlihatkan betapa indah angkasa saat dimalam hari.

"Hikssrrrottt..."

Dama menarik ingus yang tetiba ingin dikeluarkan, maklum cowok SMA ini sedang menahan air mata yang ingin keluar sejak tadi, namun dirinya tahan.

Menghapus ingus dan mata yang terlihat basah, Dama langsung jongkok di pinggir jembatan yang sepi. mengeluarkan sebungkus rokok dan korek.

Mengapit sebatang rokok dan menyalakan korek api tersebut. Menghisap rokok itu dalam dan mengembuskan asap keatas.

"Jangan ngerokok."

Dama diam, menatap seseorang yang tiba-tiba menarik dan membuang rokok tersebut dari mulutnya.

"Kamu udah banyak ngerokok kalo saya perhatikan." ujarnya sambil membukakan sebuah bungkus permen lollipop dengan rasa melon, rasa buah yang paling Dama sukai.

"Aaaaa..."

Dama nurut, dia membuka mulut dan memakan permen yang memang diarahkan untuknya. Lalu di emut nya permen lollipop itu dan indra penglihatannya tak luput dari seseorang yang ikutan duduk disampingnya yang sedang membukakan sebuah permen lollipop yang rasa strawberry untuk dirinya sendiri.

"Kamu jam segini kenapa malah kelayapan? besok ada ulangan di kelas saya, udah belajar?"

Dama masih diam dan memandangi Pragas yang entah darimana dan tau jika Dama sedang berada disini. Lalu membuang wajah, dia mencoba untuk konsisten pada perkataannya tempo hari. Dimana dia akan melupakan Pragas dan akan menganggap Dama tak pernah mengenal Pragas.

"Ngomong dong, berasa ngomong sama mayat saya nya."

"Lu kenapa tau kalo gue disini?" Dama berucap tanpa melihat manik Pragas.

Pragas memeluk lututnya sambil tersenyum, menumpukan pipinya  ke arah wajah Dama pada lutut, guna untuk melihat wajah tampan Dama.

"Lagi nemenin Stella jajan dia suntuk katanya jadinya saya ajak kesini, eh malah liat badan yang kelihatan nggak asing dan saya juga liat motor yang plat nya sama kek punya kamu." ujarnya sambil menatap terus wajah Dama.

Dama yang merasa ditatap pun menoleh kearah Pragas dan Dama langsung melihat senyuman manis yang selama ini dirinya kagumi.

Tanpa sadar tangannya menutupi wajah Pragas. "Nggak usah senyum, muka lu makin jelek." ujarnya berbohong. aslinya nggak kuat dengan senyuman manis yang Pragas tunjukan.

Pragas tertawa kecil dan menarik tangan besar Dana dari wajahnya dan menggenggam tangan besar itu.

"Kamu kenapa disini? harusnya kan belajar buat besok."

Dama ingin menyentak tangan Pragas, tapi dirinya juga rindu dengan Pragas. Dama mengabaikan pertanyaan dari Pragas dan memilih bangkit berniat untuk pergi menjauh dari Pragas. Dama tidak tahan dengan detak jantungnya yang semakin menjadi saat bersama Pragas.

"Dama, kamu mau kemana?" Pragas reflek berdiri saat Dama yang mulai melangkah jauh. Namun tertahan saat pertanyaan Pragas sehingga dirinya kembali berbalik ke arah Pragas.

"Bisa jauhin gue? gue takut kalo cinta gue ke lu makin dalem. tolong, jangan buat gue tersiksa , Gas." suara Dama sangat terdengar rapuh.

Pragas diam saat melihat punggung Dama semakin menjauh, hatinya ikut berdenyut dan itu terasa sakit. sakit saat Dama menyuruhnya menjauhi Dama.

mata Pragas mengeluarkan bulir-bulir air mata, namun ia tahan karena Stella datang membawa berbagai macam plastik yang berisikan banyak jenis kuliner ditempat itu.

"Lho, kamu nangis? by , kamu kenapa?" Stella panik, lalu membawa Pragas dalam dekapan hangat nya. Lalu menepuk-nepuk pelan punggung Pragas dengan lembut, sangat nyaman untuk Pragas.

"Baby, kamu kenapa?"

Pragas tak menjawab, dia semakin membenamkan wajahnya di perpotongan leher Stella menangis dalam diam. Menangis karena baru menyadari bahwa dirinya memang mulai mencintai Dama dengan tulus.

×××

"Geo, cara bujuk orang biar mau maafin kesalahan kita gimana?"

Geo yang sibuk berkutat dengan laptopnya menjadi berhenti akibat pertanyaan Pragas tiba-tiba.

"lu gelut sama Stella?" Pragas mengangguk patah-patah dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Setor muka terus, kalo udah lu sambil bilang gini 'by, maafin aku ya?' nah itu lu sambil kasih iming-iming apa gitu. kalo Stella suka duit ya lu kasih iming-iming duit. kalo nggak dateng kerumahnya terus ajak keluar."

Pragas yang serius mendengarkan hanya bisa mengangguk dengan otak yang mulai mencari cara agar Dama tak mengusirnya nanti.

"ok, thank you bro!"

×××

t b c ...
jangan lupa vote dan komentarnya

MY TEACHER, MY UKE! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang