w a j i b m e n i n g g a l k a n j e j a k !happy reading
×××
"Pragas?"
Ciuman mereka berhenti dan langsung mendapati Geo dan Yohan, teman Pragas. Mereka berdua nampak sangat terkejut mendapati Pragas yang berciuman dengan seorang laki-laki yang terlihat lebih muda dengan Pragas.
Gagas demennya berondong apa gimana? batin Yohan yang menelisik penampilan Dama dari atas sampai bawah.
"Ini beneran lu, Gas?" Dama langsung meraih pundak Pragas agar dekat dengannya, bisa dikatakan Dama posesif dengan Pragas.
"lu berdua siapa?" Pragas langsung menyikut Dama dan melepas rangkulan posesif itu.
"Heh! Temen saya ini."
"Kalian ngapain disini?" Tanya Pragas pada kedua temannya ini.
"Cari spot yang nyaman buat ngobrol aja, Gas."
Pragas mengangguk dan mengikuti kedua temannya ini. Dama bingung, ikut atau tidak dengan mereka. Tapi terlambat, Pragas lebih dulu memilih untuk menarik tangannya.
Mereka memilih di sebuah cafe yang tempat tidak terlalu ramai. Memesan minuman dingin dan memulai obrolan.
"Gas, lu gay?" Dama langsung berhenti minum lalu menoleh ke samping dan mendapati Pragas yang tampak kaget dengan pertanyaan temannya itu.
"Gas?" Teman Pragas yang bernama Geo ini agaknya juga penasaran. Pragas meletakkan gelas dan menyamankan duduk, menatap kedua temannya dengan serius.
"Gue bukan gay, nyatanya gue pacaran sama Stella."
Deg!
Hati Dama mencelos, lalu terseyum dan tertawa getir. Hatinya kembali ngilu mendengar ucapan Pragas.
"Terus kenapa tadi ciuman sama ini bocah?" Dama yang merasa di tunjuk langsung mendongak menatap Yohan yang terlihat mengintimidasi namun dia abaikan lebih memilih menoleh ke arah Pragas, Dama menunggu kata-kata yang keluar dari mulut berbibir tipis itu.
"Siapa yang ciuman? Kita nggak ciuman kok, kalian liatnya dari sisi samping kan?" Mereka mengangguk dengan polosnya.
"Nah, mungkin dari sisi samping keliatan ciuman, aslinya gue sama dia tadi cuman ngomong tapi deketin telinga karna emang tadi suasananya rame banyak orang. Iyakan, Dama?" Dama hanya bisa mengangguk dengan patah-patah.
Kedua temannya itu tampak mengangguk dan terlihat nampak lega. "gue kira lu gay, Gas. Ngeri gue."
"Iya anjir, takut gue jadi ikutan gay. Gay kan penyakit menular."
Dama yang mendengar itu langsung menyandarkan punggungnya di kursi cafe, mendongak dan tertawa lalu kembali menatap ke arah Yohan yang tampak melihatnya aneh.
"Lu kenapa, cil?"
"What? Cil? You call me cil? Hey, look at me! Badan gue keliatan kayak bocah gitu!? ah , lebih baik gue sih , nggak kek lu badan gede , umur doang yang tua tapi pemikiran lu rendah banget!"
Brak!
"Apa maksud lu? Ada masalah apa lu sama gue?!"!Yohan membalas perkataan Dama dengan menggebrak meja, jelas itu membuat banyak perhatian dari pengunjung.
"Cih! Inget kata-kata gue. Gue emang gay, tapi gay bukan penyakit dan bukan penyakit yang menular! Kalo lu ikutan gay, berarti emang kontol lu yang nggak napsuan sama punya cewek!"
"Dama!"
"APA?!" Dama menepis kasar tangan Pragas hingga lelaki yang lebih tua darinya itu sedikit terhuyung ke belakang.
"MAU BELAIN KAWAN LU? SADAR WOY! MINSED KAWAN LU SALAH! NGGAK PUNYA OTAK!" ujarnya dengan napas yang menggebu gebu.
"Denger baik-baik lu bertiga, gay bukan penyakit menular! Gay hanya orintasi seksualitas yang berbeda!" lanjut nya dengan nada yang penuh dengan penekanan.
Byurrr!
Dama menyiram jus avokado tepat di wajah Yohan dan pergi menjauh dari orang-orang yang membuatnya muak.
"Dama!"
Dama berhenti berjalan dan menoleh kearah suara, yaitu suara Pragas. Yang dulu tatapan memuja, kini yang Pragas lihat adalah tatapan ingin memaki dan muak.
"Lu nggak usah sebut nama gue dan muncul di depan gue. Gue bener-bener muak sama orang yang denial dan nggak ngertiin perasaan seseorang! Anggep aja kita nggak pernah kenal, gue bakalan lupain lu!"
Setelah itu Dama melenggang menjauh dari cafe. Pragas lemas dengan perkataan Dama. Ia yakin, pasti Dama serius dengan ucapannya.
"S - saya nggak mau kehilangan kamu, Dam."
×××
t b c ....
jangan lupa vote dan komentarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TEACHER, MY UKE!
De Todo| SLOW UPDATE ! | judul awal : "saya guru," "dan gue murid lu!" and now : my teacher, my uke! "saya nggak mau jadi uke , saya lebih tua daripada kamu. jadi saya yang seme!" - Pragas "Pihak uke nggak mandang umur, Pak Pragas Leo Pamungkas." - Dam...